“Catur Kumbha Mahosadhi” Sendratari Garapan ISI Denpasar Tebar Pesona di Pembukaan PKB XLIV

 “Catur Kumbha Mahosadhi”  Sendratari Garapan ISI Denpasar Tebar Pesona di Pembukaan PKB XLIV

Kreatif dan detail. Pergelaran Seni Drama dan Tari (Sendratari) karya Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar pada malam pertama Pesta Kesenian Bali (PKB), Minggu 12 Juni 2022 mempesona undangan dan ribuan penonton yang hadir memenuhi tempat duduk panggung terbuka Ardha Chandra, Taman Budaya Provinsi Bali. Sebanyak 200-an seniman, dari penari, penabuh, gerong, dalang, dan narator, serta penata lampu juga video, tampil padu, saling menguatkan, sekaligus berhasil mencipta tempo artistik yang memukau.

Garapan yang menyajikan lakon Ratu Ayu Mas Membah itu menyajikan berbagai adegan yang mendapat respon tepuk tangan penonton. Narasi mitologis tentang kemuliaan dan kesucian danau Batur dikreasi dengan memadukan kekuatan tari, ritmis gamelan, mistis gending dan tembang, juga gemerlap tata lampu, efek asap buatan, efek bunyi elektronik, dan teknologi video. Kisah ditegaskan oleh Dr. Ketut Kodi, dalang tunggal pergelaran itu. Garapan penuh inovasi dan kuat dengan tradisi itu disaksikan Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian, Menteri Parekraf Sandiaga Uno, Gubernur Bali Wayan Koster, dan pejabat daerah Bali lainnya.

Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. Wayan Kun Adnyana, selaku penanggungjawab pergelaran, menjelaskan, lakon Ratu Ayu Mas Membah mengisahkan nun jauh di masa lalu, kala gunung Batur purba meletus. Menjadikan Tampur Hyang mengambil jalan tapa samadi memohon anugerah Bhatara Indra. Bhatara Indra mencipta danau Batur, dan mengamanatkan agar air jernih menyejukkan kehidupan ini dibagi ke seluruh penjuru Bali. Ratu Ayu Mas Membah membagi air, bertemu kaula dan prajuru negari.

Catur Kumbha Mahosadhi

Guru Besar Sejarah Seni Rupa itu menjelaskan, dalam perjalanan membagi air Batur, Ratu Ayu Mas Membah mengalami banyak godaan, hingga bertriwikrama menjadi sosok tua renta. Kemudian mencipta tiga danau untuk menggenapi danau Batur, yakni: Buyan, Tamblingan, dan Beratan. “Empat sumber mata air abadi yang menghidupi dan penyembuh peradaban Bali; Catur Kumbha Mahosadhi,” sebutnya.

Baca Juga:  “Bali World Cultural Celebrations 2022”, Pentaskan Penekun Gamelan Bali Luar Negeri

Pada adegan penutup itu, benar-benar menjadi puncak yang mengesankan. Ratu Ayu Mas Membah dari sosok renta menyempurna sebagai jelita sempurna dalam prabawa Dewi Danu. Babak akhir ini ditata berkarisma dengan penampilan Sadyang Panji, tiga barong purbawi, naga raksana, dan juga tata cahaya dan efek bunyi elektronik yang mengesankan.

Pada garapan ini, Rektor ISI Prof Kun Adnyana turun langsung bersama direktur artistik Dr Ketut Suteja, Ketua Produksi Dr Made Arsiniwati, pengarah Prof Komang Sudirga, koreografer Surya Negara, Adi Gunarta, Bang Sada, Komang Sri Wahyuni, Wayan Suartini, dan Tjok Istri Padmini. Sementara komposisi gamelan dipandu komposer Dr Ketut Garwa, Nyoman Kariasa, Diana Putra, Nyoman Parta, Nyoman Mariana, Nyoman Sudina, dan Andika Putra.

Catur Kumbha Mahosadhi

Selain karena penguasaan gerak tari yang mumpuni dari kalangan dosen seperti Made Sidia, Ida Wayan Satyani, Wayan Sutirta, juga didukung penuh talenta muda mahasiswa sarjana dan pasca sarjana ISI Denpasar. Penampilan juga disempurnakan tembang gerong, tata kostum, rias karakter, dan properti pertunjukan. Desainer kostum, properti, video, tata panggung, gerong, narator dan tandak, serta tata rias diterjunkan dari lintas Fakultas, seperti Anom Mayun Konta, Cok Alit Artawan, Ayu Ketut Putri Rahayuning, Bagus Hari Kayana, Sekar Marheni, Made Astari, Ngurah Dwijaksara, Bagus Bratanatyam, Sulistyawati, Ngurah Sudibia, Sutapa, Manik Suryani, Agung Swandewi, dan Nyoman Kasih.

Dr. Ketut Suteja menjelaskan, pergelaran hasil kolaborasi ISI Denpasar dengan Komunitas Usadhi Lango ini dipersiapkan selama kurang lebih tiga bulan. Proses penciptaan karya dimulai dengan penyusunan skenario yang diarahkan oleh Ratu Begawan Putra Nawangasa, latihan sektoral, dan gelar gabungan. “Patapukan atau topeng Ratu Ayu Mas Membah memang merupakan topeng yang disakralkan, sejak pertama dipergelarkan pada acara Nuwur Kakuwung Ranu di jaba pura segara danau Batur, 14 Mei 2022 lalu kerjasama ISI Denpasar dengan Yayasan Puri Kauhan Ubud,” ungkapnya. [B/*]

Related post