Dari Dialog Budaya BWCC. Gamelan Bali Dikenal Dunia Sejak 1928 Direkam Perusahaan Asal Jerman

 Dari Dialog Budaya BWCC. Gamelan Bali Dikenal Dunia Sejak 1928 Direkam Perusahaan Asal Jerman

Gamelan Bali telah mewarnai dinamika perkembangan musik dunia, nahkan telah menghiasi panggung global. Belakangan ini, setidaknya ada 500 perangkat gamelan di Amerika Serikat, dan lebih dari 100 lainya tersebar di Inggris, Jerman, Prancis, Belanda, Jepang, Australia, dan kawasan Asia Tenggara. Hal tersebut terungkap dalam Dialog Budaya bertajuk “Balinese Gamelan on Global Stage” pada Bali World Culture Celebration (BWCC) serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV secara Dalam Jaringan (Daring) dari dari Kantor Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali, Jumat 24 Juni 2022.

Dari tiga pembicara yang telah memiliki reputasi internasional dalam dialog tersebut, seperti Prof Dr I Made Bandem MA (Indonesia), Jody Diamond (Amerika Serikat), dan Prof Dr Shin Nakagawa (Jepang) itu, Prof bandem mengatakan, gamelan Bali memiliki sejumlah keunggulan dan ciri khas dibanding instrumen musik lainnya. Dari sisi material, gamelan utama, seperti gong gede atau gong kebyar dibuat dari bahan perunggu yang terbuat dari campuran timah putih dan tembaga dengan perbandingan 7 berbanding 3. “Perpaduan tersebut menghasilkan suara unik di telinga orang yang mendengarnya,” kata Prof Bandem.

Kisah perjalanan gamelan Bali hingga dikenal dunia lalu dibebernya. Gamelan Bali mulai dikenal ketika pada 1928 setelah adanya rekaman-rekaman berupa piringan hitam yang berisi suara gamelan-gamelan Bali, seperti Janger, Gambuh, Kekawin, dan lain-lainnya. Gamelan tersebut direkam oleh perusahaan rekaman asal Jerman, Odeon dan Beka. “Ada beberapa keunikan yang dimiliki gamelan kita, dari suaranya, dari larasnya, dari teknik permainan juga, ngumbang ngisep, laki perempuan, semuanya terangkum dalam kebudayaan Bali di dalam gamelan,” ungkapnya.

Gamelan Bali kemudian semakin populer di luar negeri melalui pameran-pameran. Salah satu pameran terbesar, yakni pameran di Prancis pada 1931. Dari situ, kemudian membuat gamelan Bali jadi ikut mempengaruhi perkembangan musik dan teater barat. Kepopuleran gamelan Bali kian bergema ketika ada misi kebudayaan pasca Indonesia merdeka. Pada 1952 misalnya, Sekaa Gong Peliatan, Ubud pentaskan gamelan Bali di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat.

Baca Juga:  GM Sven Remo Pertahankan SenS Hotel sebagai 10% Hotel Peringkat Teratas di Seluruh Dunia

Pada 1986, sudah ada perumusan mengenai gamelan Bali di luar negeri. Gamelan Bali menjadi fokus pembahasan pada perhelatan First International Gamelan Festival di Vancouver Kanada. Pada saat itu dirumuskan enam karakteristik utama gamelan Bali, antara lain memanfaatkan ansambel untuk memainkan gubahan baru yang diwarnai musik kontemporer barat, mengembangkannya bersama instrumen baru seraya memainkan komposisi baru yang bersumber pada komposisi tradisional, merancang dan mengembangkan instrumentasi, orkestrasi, dan bebunyian baru untuk komposisi gamelan bergenre avant-garde.

Gamelan Bali kemudian semakin populer di dunia karena didukung dengan masuknya gamelan Bali pada kurikulum pendidikan tinggi, khususnya di kampus-kampus Amerika Serikat. Mulai dikembangkannya studi musikologi di sana, menyebabkan gamelan Bali semakin dikenal publik di luar negeri. Mereka pada akhirnya tidak saja belajar memainkan gamelan Bali, seperti layaknya dimainkan di Pulau Dewata, namun mengembangkannya dengan memadukan dengan konsep musik yang mereka miliki sebelumnya.

Seiring bertambahnya popularitas gamelan Bali di dunia, Prof Bandem berharap ada kebijakan dari pemerintah untuk membina warga asing yang berminat belajar gamelan Bali, dengan cara mengirimkan guru atau grup kesenian dari Bali ke luar negeri. “Mereka harus tahu filosofi gamelan Bali, harus tahu gamelan Bali, harus tahu keindahannya. Hal ini juga sebagai bagian dari visi menjadikan Bali sebagai pusat kebudayaan dunia,” sebut k Prof Bandem.

Jody Diamond lalu membeberkan, orang asing yang pertama ingin belajar gamelan Bali selalu berharap bisa memainkan gamelan Bali, seperti orang di Bali. Akan tetapi, menurut pria yang pertama kali menjejakkan kaki di Pulau Dewata pada tahun 1961 itu, setelah puluhan tahun gamelan Bali dikenal luas, timbullah pemikiran orang asing untuk mengombinasikan dengan konsep musik yang sebelumnya telah mereka miliki. [B/*]

Related post