Anak-anak Desa Adat Tanjung Bungkak Membuat Canang Sari dan Klakat Sudamala

 Anak-anak Desa Adat Tanjung Bungkak Membuat Canang Sari dan Klakat Sudamala

Pelan, tetapi pasti. Puluhan anak-anak setingkat Sekolah Dasar (SD) di Desa Adat Tanjung Bungkak, Desa Sumerta Kelod , Kecamatan Denpasar Timur tampak serius mengikuti kegiatan budaya Bali. Mereka tampak ceria, dan tampil rapi dengan mengenakan busana adat madya, seperti kain, baju bebas, slempot, dan udeng untuk anak laki-laki), lalu duduk manis dan belajar membuat “canang sari” untuk anak-anak wanita, dan “klakat sudamala” untuk anak-anak laki-laki. Hanya memerlukan waktu 2 jam, masing-masing anak sudah menghasilkan produk budaya Bali yang sudah ditentukan.

Klakat Sudamala

Itulah suasana kegiatan budaya bertajuk “Pasraman Kilat” di Pura Khayangan Desa Adat Tanjung Bungkak, Desa Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Sabtu 8 Oktober 2022. Pesertanya, sebanyak 30 anak, merupakan perwakilan dari tiga banjar di Desa Adat Tanjung Bungkak, seperti Banjar Sebudi, Banjar Tanjung Bungkak Kaja dan Banjar Tanjung Bungkak Kelod. Menariknya, setelah membuat canang sari dan klakat, para peserta kemudian diuji dengan berbagai pertanyaan, terkait dengan bahan dan manfaat dari alat budaya yang dibuat.

Petajuh 1 Bidang Parhyangan dan Pawongan Desa Adat Tanjung Bungkak, I Nyoman Widiarta yang didampingi prejuru I Ketut Madiana mengatakan, kegiatan pasraman kilat ini, sebagai upaya untuk mengenalkan budaya Bali kepada anak-anak sejak dini. Sebagai generasi kedepan, anak-anak ini dituntut untuk mengetahui dan menjaga budaya warisan leluhur itu. “Kegiatan ini juga untuk menciptakan generasi penerus yang berkarakter. Mereka akan menjadi generasi penerus yang mengajegkan budaya yang ada di desa ini,” paparnya.

Klakat Sudamala

Pelaksanaan pasraman kilat ini, juga sebagai implentasi dari Program Pemerintah Provinsi Bali berdasarakan Peraturan Daerah No 4 Tahun 2019, sehingga kegiatan ini menghadirkan para “srati”, orang yang ahli dalam membuat banten (sarana upacara). Mesti waktunya hanya 2 jam, namun pelatihan ini dilaksanakan secara serius, namun yang pasti tidak menegangkan. “Kami percaya kegiatan ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman menarik bagi anak-anak. Artinya, selama 2 jam anak-anak sudah pasti melakukan kegiatan positif,” sebut Widiarta,

Baca Juga:  Penuh Kreativitas Lomba Baleganjur Witning Kelangon Se-Bali di GWK

Pelatihan ini dimulai pukul 10.00 Wita hingga pukul 12.00 Wita. Pada akhir kegiatan, anak-anak yang mengikuti pelatihan itu diberikan sertifikat serta uang saku, lalu foto bersama sebagai kenang-kenangan. [B/*]

Related post