Ni Luh Desi In Diana Sari Ciptakan Desain Kemasan Bambu Ramah Lingkungan Berkonsep ‘Tri Ratimaya’
Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn,M.Sn, dosen Program Studi (Prodi) Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain (DKV FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar berhasil menciptakan desain kemasan bambu berwujud ‘keben’ (sebuah tempat sesajen atau upacara milik masyarakat Hindu di Bali. Desainj kemasan bambu itu tergolong unik yang mewakili wajah Bali dengan konsep ‘Tri Ratimaya’. “Desain itu, teinspirasi dari motif tenun geringsing yang kemudian kami aplikasikan ke bentuk anyaman bambu,” kata Desi Diana Sari, Minggu 23 Oktober 2022.
Warna yang digunakan berupa warna alam yang terdiri dari daun ketapang menghasilkan warna hitam, daun mangga dan daun strobilanthes (indigo) menghasilkan warna hijau, daun mangga dan kayu secang menghasilkan warna oranye. “Kami menciptakan desain kemasan bambu yang baru. Bahan dan warnanya ramah lingkungan untuk memaknai kolaborasi tiga keindahan yang ada di Pulau Dewata,” imbuhnya.
Tiga keindahan itu, bersumber dari potensi khas yang dimiliki oleh Desa Tigawasa dan desa Sembiran Singaraja dengan potensi kerajinan anyaman buluh dan warna alam. Desa Kayubihi Bangli dengan potensi kerajinan keben dan Tenganan Pegeringsingan Karangasem dengan tenun Gringsing. “Melalui kolaborasi dari tiga potensi yang dimiliki kabupaten tersebut, kami wujudkan dalam desain kemasan bambu yang baru dan ramah lingkungan,” lanjutnya gamblang.
Desi Diana Sari lalu mengatakan, tahap awal pembuatan didahului dengan membuat motif sumber ide dari tenun geringsing, seperti membuat motif cemplong kemudian di olah pada komputer secara digital dengan mengacu pada teknik anyaman. Setelah motif digital jadi, selanjutnya dibawa ke perajin anyaman bambu di Desa Tigawasa Singaraja dan Kayubihi Bangli untuk diwujudkan ke dalam kemasan bambu (keben) berbentuk persegi dan persegi panjang. “Kemasan bambu ini sangat baik digunakan untuk kemasan oleh-oleh khas Bali.
Konsep ramah lingkungan menjadi ide besar dalam proses penggarapan desain kemasan bambu melalui skema P2S ini, karena masih jarang ditemukan pengaplikasian warna alam pada kemasan bambu. Hal ini dilakukan diharapkan sebagai solusi untuk mengurangi plastik, serta sebagai upaya menonjolkan identitas budaya lokal yang khas. “Penciptaan desain baru dan ramah lingkungan ini sebagai upaya mendukung peraturan Gubernur melalui PERGUB Nomor 97 Tahun 2018 tentang pembatasan penggunaan kemasan plastik sekali pakai,” ungkapnya.
Dalam P2S itu, Desi Diana Sari mengangkat judul “Perancangan Desain Kemasan Berbahan Bambu sebagai Sustainable Packaging untuk Kemasan Oleh-Oleh Khas Bali”. Tujuan untuk merancang desain kemasan berbahan bambu sebagai kemasan oleh-oleh khas Bali dengan mengembangkan berbagai bentuk desain kemasan berbahan bambu yang ramah lingkungan. “Dalam pelaksanaan P2S selama delapan bulan, kami menghasilkan beberapa luaran terdiri dari produk kemasan dengan motif baru bersumber dari tenun Geringsing,” tegasnya.
Desi Diana Sari menambahkan, motif ini diciptakan dengan program computer berbasis vektor, mengadopsi teknik anyaman yang dilakukan oleh perajin keben di desa Tigawasa Singaraja dan Kayubihi Bangli. Keistimewaan dari Desain kemasan bambu yang tercipta adalah penggunaan warna alam hasil kolaborasi dengan Pagi Motley yang berlokasi di Desa Sembiran Tejakula Buleleng. “Motif kemasan bambu yang tercipta ini sudah kami daftarkan hak ciptanya di Sentra HKI ISI Denpasar,” pungkasnya. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali