Kadek Sonia Piscayanti Sastrawan Perempuan dari Bali Utara

 Kadek Sonia Piscayanti Sastrawan Perempuan dari Bali Utara

Kadek Sonia Piscayanti sastrawan perempuan dan dosen dari Bali Utara

Kadek Sonia Piscayanti, S.Pd., M.Pd. sebagai sastrawan perempuan yang menerima penghargaan Bali Jani Nugraha serangkaian dengan Festival Seni Bali Jani (FSBJ) IV, Tahun 2022. Ia menerima penghargaan Bali Jani Nugraha dibidang sastra, dan sebagai penulis naskah drama juga sutradara teater. Sastrawan asal Bali Utara dan dosen Jurusan Bahasa Inggris, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja ini sudah mencintai sastra sejak kecil. Ketika beranjak remaja, ia langsung terjun dalam dunia sastra. Sentuhan sastra berawal dari aktivitas di sekolahnya. Alasannya pun jelas, sastra sebagai pembebasan dan pembelajaran terus menerus tanpa henti, dan tiada akhir.

Sastra sudah menjadi bagian hidupnya. Melalui sastra itu, ia jadikan cara memandang dunia dengan perspektif berbeda. Semua itu, kemudian dituangkan ke dalam cerpen, prosa dan puisi, naskah drama dan esai.

Wanita kelahiran, Singaraja, 4 Maret 1984 ini sejak SD sudah dikenalkan kepada puisi oleh guru di sekolahnya. Saat itu pula, ia menyukai puisi, sehingga ia selalu menulis dan menulis lagi. Untuk membuktikan kemampuannya itu, ia juga mengasahnya dalam lomba mengarang, lomba bercerita, hingga lomba menulis. Hal itu, ia lakukan di jenjang pendidikan SMP, SMA, hingga mahasiswa. Demikian pula ketika berada di dalam kehidupan kampus, ia mengikuti berbagai aktivitas kemahasiswaan, terutama aktif dengan kegiatan sastra. Saat menjadi mahasiswa dulu, ia pernah masuk 15 besar mahasiswa berprestasi tingkat nasional.

Kadek Sonia, demikian ia biasa dipanggil, mengawali lomba cerpen di Balai Bahasa, bahkan mampu meraih juara. Merasa ketagihan, ia mulai mengikuti lomba-lomba yang lain, hingga puncaknya sebagai juara II tingkat nasional sebagai penulis cerpen. Karya-karyanya pun terus mengalir hingga saat ini. Walau telah menggondol berbagai prestasi, dalam dirinya bertekad akan terus berkarya melalui tulisan dengan harapannya bisa selalu memberikan manfaat bagi dirinya, juga orang lain. “Walau sibuk dengan kegiatan sastra, namun saya merasa pengalaman yang paling berharga ketika menjadi seorang ibu, di samping menjadi penulis,” imbuhnya.

Wanita yang selalu haus dengan ilmu pengetahuan ini, terus menggali potensi diri hingga akhirnya dikenal bukan hanya sebagai penulis, tetapi juga pelopor gerakan literasi untuk anak-anak usia dini. Di bawah Komunitas Mahima, ia terus menularkan cinta membaca kepada anak-anak. Membaca, kemudian menceritakan kembali apa yang telah dipahami dari bacaan itu yang selalu diturunkan kepada anak-anak. Caranya pun tergolong unik. Anak-anak terkadang diajak bermain drama, teater, karena di sana ada unsur membaca dan bercerita. Drama yang diberikan terkadang menggunakan bahas Inggris, sebagai bentuk pembelajaran bahasa asing bagi anak-anak.

Sebagai penulis perempuan, Kadek Sonia sering menjadi rujukan dalam karya-karya sastra, baik di Bali, luar Bali hingga luar negeri. Ia boleh dibilang sebagai pembicara sastra langganan Ubud Writers & Readers Festival. Ia juga pernah diundang menjadi salah satu penulis perempuan dalam pertemuan penulis se-Asia Pasifik di OzAsia Festival, Adelaide Australia tahun 2013, pernah didaulat menulis naskah dan menyutradarai pementasan hibah seni budaya program Dikti ke Eropa dan ke sejumlah negara lainnya.

Bagi wanita yang tinggal Jalan Pantai Indah III No. 46 Singaraja ini menegaskan, semua bidang sastra yang ada paling memungkinkan interaksi langsung dengan audiens, adalah teater. Maka itu, ia banyak bergerak dalam bidang teater. Ia selalu memiliki ide-ide untuk pembuatan naskah teater, bahkan langsung bertindak sebagai sutradara. Seni teater tidak hanya menghibur, juga sarat dengan nilai-nilai terutama nilai pendidikan yang sangat bermanfaat dalam kehidupan. Teater sebagai sebuah seni yang menggabungkan semua bidang seni, seperti sastra, akting, lighting, directing, dan managing, sehingga menjadi sebuah upaya kompleks yang paling menyentuh seluruh sisi seni, termasuk mengelola penonton. “Tantangannya juga langsung mendapatkan respons penonton, maka bermain teater sangat baik untuk bahan pembelajaran,” ucapnya.

Baca Juga:  Persembahkan “Ritus” Pesan Sanggar Lokananta Menjaga Bumi di FSBJ III

Mahasiswa pascasarjana yang sedang menempuh pendidikan Doktoral ini memiliki prinsip mandiri sebagai penulis. Ia ingin menjadi penulis perempuan secara mandiri dengan terus menggali potensi diri. Sebagai kaum perempuan, ia tidak bisa berharap dari pemerintah, sosial, dunia lain atau siapapun. Dalam urusan menulis, perempuan itu harus menentukan nasibnya sendiri. Karena, perempuan yang cerdas harus mandiri dan mencoba menggali potensinya tanpa berharap berlebihan dari orang lain.

Kadek Sonia selaku pendiri penerbitan independen Mahima Institute Indonesia meyakini kalau teater itu menjadi alternatif perempuan dalam berbagi kisah, bermanfaat sebagai trauma healing yang dialami para ibu. Dengan begitu, bebannya akan semakin berkurang. Teater bukan hanya sebagai seni, tetapi juga sebagai penyembuhan. Sebut saja karya Layonsari (2016) dan proyek pementasan teater 11 Ibu 11, Panggung, 11 Kisah. Dalam teater ini, benar-benar membuat dirinya menyadari bahwa sastra dan teater dapat berpihak pada ibu yang suaranya selama ini belum terdengar. “Saya merasa sangat berkesan dalam proyek pementasan ini. Itu pun saya alami, para ibu juga mampu berkecimpung dalam dunia teater,” paparnya.

Kadek Sonia Piscayanti
Kadek Sonia Piscayanti sastrawan perempuan dan dosen dari Bali Utara

Di dalam berkreativitas, khususnya dalam urusan sastra di tingkat lokal, Kadek Sonia telah memiliki segudang pengalaman. Sebut saja saat mengikuti Ubud Writers & Readers Festival, ia didapuk sebagai pembicara. Saat itu, ia tampil bersama dengan lebih dari 180 pembicara dari 30 negara, khususnya pakar seni, sastra, dan budaya. Di samping memiliki kesibukan di kampus, ia juga mengajar bidang sastra seperti puisi, prosa, dan drama. Ia menulis sekaligus menyutradarai naskah “Layonsari” di Belanda dan Prancis pada acara Culture Grant dari Direktorat Pendidikan Tinggi Indonesia (2014). Selain itu, beberapa naskah ditulis dan disutradarai oleh Sonia yang dipentaskan pada tahun 2022 di Bali yakni “Kisah Nyoman Rai Srimben”, “Men Tiwas Men Sugih”, dan “Legenda Rasa Kopi Banyuatis”.

Beberapa karya sastra yang telah dibuatnya, seperti Cerpen “Negeri Perempuan”, pemenang harapan III Sayembara Penulisan Cerpen Berbahasa Indonesia Tingkat Remaja Wilayah Propinsi Bali, NTB, dan NTT yang digelar oleh Balai Bahasa Denpasar (2003), Cerpen “Aku, Kaler, dan Buyar”, masuk sebagai 10 nominasi cerpen terbaik Sayembara Penulisan Cerpen Berbahasa Indonesia Tingkat Remaja Wilayah Propinsi Bali, NTB, dan NTT yang digelar oleh Balai Bahasa Denpasar (2003), dan pernah sebagai Sepuluh Peserta Unggulan Meresensi Cerpen yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Denpasar (2003).

Cerpen “Hueeek…Cuh” meraih Juara 1 Sayembara Cerpen yang diadakan Balai Bahasa (2004), Cerpen “Hueek…Cuh” juga diikutkan dalam Lomba Cerpen Tingkat nasional dan meraih Juara Harapan I (2004), Cerpen Negeri Perempuan dialihwahanakan menjadi naskah drama dengan judul sama “Negeri Perempuan” dan menjadi pemenang naskah drama se-Bali (2005), Menulis cerpen Kisah Ajaib dari Negeri Singaraja (2012), Menulis esai di berbagai media (2005-sekarang), Menulis puisi bahasa Inggris (Burning Hair, 2017), Menulis puisi di media Tatkala.co, juga Menulis opini di berbagai media.

Baca Juga:  “Rupek” Ketika Kalanari Theatre Movement Yogyakarta Mengupas Situs Air Bali

Buku-buku Kadek Sonia yang telah diterbitkan, di antaranya; kumpulan cerpen ‘’Karena Saya Ingin Berlari’’ tahun 2005, kumpulan cerpen ‘’Perempuan Tanpa Nama’’ tahun 2016, Naskah Teater ”Negeri Perempuan” diterbitkan dalam kumpulan naskah teater ”Nyunnyan Nyunnyenn” tahun 2005, menerbitkan antologi cerpen dan puisi untuk komunitas Mahima, ‘’Hadiah untuk Langit’’, 2012, menerbitkan buku kumpulan puisi dan prosa untuk Buleleng Festival, 2013, menerbitkan naskah drama berbahasa Inggris The Story of A Tree, 2013, menerbitkan buku ajar The Art of Drama The Art of Life, 2014, menerbitkan buku ajar The Art of Literature, 2015, menerbitkan buku ajar Mindful and Creative Learning of EFL Poetry, 2020, menerbitkan dongeng Kayu Mogok Sekolah, 2020, dan menerbitkan buku puisi Prihentemen, 2022.

Kadek Sonia telah menulis karya naskah teater ”Negeri Perempuan” dipentaskan di Parade Teater se-Bali tahun 2005 disutradarai oleh Putu Satria Kusuma. Juga menulis naskah teater ”Negeri Perempuan” dipentaskan di Pesta Kesenian Bali tahun 2012 disutradarai Kadek Sonia Piscayanti. Menulis naskah teater Jayaprana Layonsari (2013) yang dipentaskan di Buleleng Festival. Menulis naskah teater Reinkarnasi Layonsari (2014) yang dipentaskan di Belanda dan Prancis. Menulis dan mementaskan naskah Jayaprana Layonsari di Pesta Kesenian Bali (2017). Menulis naskah teater Perempuan Tanpa Nama (2017), dan Menulis 5 naskah teater berbahasa Inggris ”The Story of A Tree” dipentaskan di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Ganesha tahun 2013-2018.

Ia juga menulis naskah teater Schizophrenia dipentaskan dalam rangka festival di Singaraja (2018), menulis Naskah teater Schizophrenia dipentaskan ulang dalam rangka festival di Ubud (2018) 32, Menulis 11 naskah teater 11 Ibu, 11 Panggung, 11 Kisah (2018), menulis naskah teater 11 Ibu, 11 Panggung 11 Kisah dipentaskan di Singaraja (2018) di 11 titik rumah di Singaraja. Menulis naskah teater Raya Raya Cinta (2021) yang dipentaskan di Festival Seni Bali Jani. Menulis naskah teater digital “TAL” (2021). Menulis naskah teater Kisah Nyoman Rai Srimben (2022) yang menjadi naskah lomba Teater SMP se-Buleleng 2022, dan menulis naskah teater Legenda Rasa (Kopi Banyuatis), 2022.

Sementara di tingkat nasional, Kadek Sonia telah melahirkan karya sastra; Cerpen “Menu Makan Malam” dimuat di Jawa Pos, 2005, Cerpen “Karena Saya Ingin Berlari” meraih juara dua dalam Sayembara Penulisan Cerita Pendek tingkat Nasional 2005, Cerpen “Karena Saya Ingin Berlari” dimuat di Koran Tempo, 2006, Cerpen “Pada Suatu Pagi” dimuat di Suara Pembaruan, 2006, Cerpen “Kosong” dimuat di Jurnal Cerpen Indonesia (Akar Indonesia), 2009, Cerpen “Laki-Laki Tua yang Ingin Mati” dimuat dalam antologi “Lobakan” (Koekoesan), 2009, Cerpen “Bunga Sepatu Ungu Callista” sebagai Juara 1 Lomba Penulisan Cerpen di Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Nasional di Makassar, 12 September 2006, Menulis esai Esai “Discovering Shakespeare in Singaraja” di The Jakarta Post, 2012, Cerpen “Langit ini Mengejekku” dimuat di Jawa Pos, 2013, serta Mendapatkan penghargaan Widya Pataka dalam kategori seni sastra tahun 2015.

Baca Juga:  Festival Seni Bali Jani Ajang Berkembangnya Teater di Bali Ida Bagus Anom Ranuara : Teater Penting Dalam Dunia Pendidikan

Kadek Sonia juga telah menerbitkan buku tingkat nasional, seperti kumpulan cerpen “Karena Saya Ingin Berlari” (Akar Indonesia, Yogyakarta, 2007), menerbitkan buku kumpulan cerpen “Perempuan Tanpa Nama”, 2015, menerbitkan buku ajar sastra berbahasa Inggris “Literature is Fun” (Mahima Institute Indonesia, 2012), menjadi editor kumpulan puisi dan prosa penulis muda Bali Utara “Hadiah untuk Langit” (Mahima Institute Indonesia, 2012), menerbitkan buku Dongeng Kayu seri pertama (2020), dan menerbitkan buku Dongeng Kayu seri kedua (segera terbit, 2022).

Sementara karya naskah teater untuk nasional, yaitu, mementaskan naskah “Reinkarnasi Layonsari” pada tahun 2016 di Bali Mandara Nawanatya, mementaskan naskah “Perempuan Tanpa Nama” pada tahun 2017 di Bali Mandara Mahalango 4, memperoleh hibah Cipta Media Ekspresi untuk proposal 11 Ibu, 11 Panggung, 11 Kisah, 2018, mementaskan 11 naskah teater dokumenter dalam hibah Cipta Media Ekspresi, 2018, menerbitkan kumpulan naskah teater “Jayaprana Layonsari dan 11 Kisah Ibu” tahun 2021, menerbitkan buku dokumentasi proses pentas 11 Ibu 11 Panggung 11 Kisah tahun 2021, mendapatkan penghargaan sebagai nominee Penghargaan Sastra untuk kategori Naskah Drama atas karya Jayaprana Layonsari dan 11 Kisah Ibu dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tahun 2021.

Untuk pengalaman internasional yaitu, menjadi pembicara di Ubud Writers and Readers Festival, sejak tahun 2005-sekarang, menjadi duta di Hibah Seni Budaya Dikti tahun 2014 ke Belanda dan Prancis membawakan naskah Layonsari karya Kadek Sonia Piscayanti, menjadi kurator di Ubud Writers and Readers Festival, tahun 2016 dan 2020, menjadi pembicara di OzAsia Festival, 2013, menjadi penulis naskah dan sutradara Muhibah Seni Budaya ke Eropa, 2014, dan menjadi pembicara di Overseas Mobility Program di Griffith University, 2012.

Selain itu, Kadek Sonia jugta menjadi pembicara di Asia Pacific Writers and Translators di China, 2017, menjadi ketua panitia Asia Pacific Writers and Translators di Universitas Pendidikan Ganesha (2018), menjadi pembicara pada international conference di Asia Pacific Writers and Translators di Macau, China, menjadi penampil di Festival India di Dwijing Festival (2019), menjadi pembicara pada international conference di Nepal di Asia Creative Writing Workshop (2020), menjadi pembicara pada international conference di event ISET (2021), menjadi pembicara pada international conference di event Asia TEFL-TEFLIN (2022), menjadi pembicara pada international conference di event ELTLT (2022)

Dari kegiatan sastra itu, Kadek Sonia telah mendapatkan penghargaan, di antaranya; Penghargaan Widya Pataka tahun 2015 sebagai penulis sastra modern, mendapatkan penghargaan sebagai nominee Penghargaan Sastra untuk kategori Naskah Drama atas karya Jayaprana Layonsari dan 11 Kisah Ibu dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tahun 2021, mendapatkan Muhibah Seni Budaya ke Belanda dan Prancis 2014, mendapatkan Overseas Mobility Program ke Australia 2012, Mendapatkan undangan penulis terpilih Indonesia ke Asia Pacific Writers and Translators di China, 2017, dan mendapatkan undangan penulis terpilih Indonesia ke Dwijing Festival di India 2019. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post