Pameran Lukis Teknik “Pecut Lidi” Dipajang di I Gusti Gede Aryadi Tanah Lot
Sawah, padi, dan aktivitas petani mewarnai pameran tunggal Komang Bayu AM di I Gusti Gede Aryadi Artspace, Hotel Dewi Sinta dan Restaurant, Tanah Lot. Tentu saja, itu karena tema pameran yang diusung adalah “Swi Krethi” Memuliakan Sawah. Walau demikian, aktivitas budaya, seperti pujawali (upacara piodalan) di pura, barong, serta aktivis sembahyang juga menjadi ide dalam beberapa lukisan tersebut. Karena itu, menyaksikan karya seni berbagai ukuran itu, cukup mewakili begaimana masyarakat Bali memuliakan pertanian itu.
Sedikitnya ada sebanyak 35 karya yang dipajang dalam pameran yang telah dibuka oleh politisi dan seniman, Boping Suryadi pada, Rabu 11 Januari 2023. Karya-karya ini dipajang sangat rapi dan indah, sehingga menjadi daya tarik pengunjung Daya Tarik Wisata yang ada di Desa beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan itu. “Saya ingin menyampaikan melalui karya seni rupa ini, bahwa Tabanan sebagai daerah agraris agar tetap eksis bertani. Karena daerah Tabanan ini memang pertanian,” kata Komang Bayu,
Karya Komang Bayu kali ini memang beda dari karya seni rupa lainnya. Ia membuat karya lukisan dengan menggunakan teknik yang ditemukan sendiri, yaitu “Pecut Lidi”. Semua karya lukis itu dibuat dengan system teknik “Pecut Lidi” itu. “Saya sempat belajar pada seniman Made Tedol Subrata yang melukis memakai kojong (terbuat dari daun pisang yang berbentuk kerucut). Saya kemudian mencoba memakai pecut lidi, sehingga tidak sama. Saya mencoba dan terus mencoba. Kelihatannya bagus, maka saya tetap memakai teknik ini,” paparnya.
Sebagai pelukis, jelas Komang Bayu, harus mampu menciptakan teknik sendiri dalam menghasilkan karya. Bukan hanya meminjam teknik pelukis lain. Semua karya lukis ini, merupakan karya petamanya memakai teknik pecut lidi. Satu lukisan bisa dibuatnya dalam waktu 2 hari. Itu juga tergantung bahan yang dipakai, apakah cat air atau minyak.
Menurutnya, selama ini, teknik pecut lidi tidak ada kendala. Hanya saja, dalam membuat lukisan obnjek itu, tanga terkadang bergetar, karena tangan belum terlatih dengan biasa. “Jujur, saya merasa puas dengan hasil dari menggunakan teknik pecut lidi ini,” jelas Komang Bayu senang.
Managing Director Dewi Sinta Hotel & Restota, I Gusti Bagus Made Damara mengatakan, Artspace sudah digagas dan dirancang oleh owner, almarhum I Gusti Gede Aryadi, namun belum bisa diresmikan karena beliau mendahului wafat. Adanya artspace ini sebagai upaya untuk memberikan ruang bagi para seniman untuk memajang hasil karyanya. “Kami merasa senang karena dapat memberikan ruang kepada para seniman untuk menampilkan karya-karyanya,” sebutnya,
Pameran solo Komang Bali ini akan berlangsung sebulan, setelah itu akan dilanjutkan dengan pameran seniman yang lain. Kehadiran Artspace ini tak hanya direspon oleh para seniman, tetapi juga masyarakat seni. Hal itu, dibuktikan sejak dibukanya pameran itu, selalu saja ada pengunjung yang menyaksikan pameran tersebut. “Ajik Aryadi sangat mencintai seni termasuk dekat dengan para seniman, sehingga menyiapkan Artspace untuk memberikan ruang pada seniman. Beliau ingin membuka Artspace itu sebelum G20, sehingga bisa memajang karya para seniman,” lanjut Damara yang juga Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Tabanan ini. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali