Festival Konservasi Lontar di Kota Denpasar. I Nyoman Astawan Punya 86 Lontar dari Usada Sari, Tenung Wong Wisaya Anluh hingga Kawisesan

 Festival Konservasi Lontar di Kota Denpasar. I Nyoman Astawan Punya 86 Lontar dari Usada Sari, Tenung Wong Wisaya Anluh hingga Kawisesan

Selama pelaksanaan Festival Konservasi Lontar serangkaian Bulan Bahasa Bali V, Tim Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar paling banyak melakukan konservasi dan identifikasi lontar. Konservasi yang focus pada lontar milik I Nyoman Astawan, S.T. yang beralamat di Jalan Gunung Merapi, Gang III No 4 Lingkungan Banjar Pemedilan, Kelurahan Pemecutan, Kecamatan Denpasar Barat itu memiliki sebanyak 86 lontar. “Semua lontar dalam keadaan baik, sehingga dapat teridentifikasi,” kata Kordinator Penyuluh Bahasa Bali di Kota Denpasar, Wayan Yogik Aditya Urdhahana, S.S.,M.Pd.H usai festival, Jumat 24 Pebruari 2023.

Tim Penyuluh Bahasa Bali yang bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali itu melakukan konservasi lontar sebanyak 50 cakep, dan 17 Kropak yang didalamnya terdapat 34 lontar. Saat itu, juga menemukan dua karya berupa prasi atau gambar komik di atas daun lontar dengan menggambil cerita Rajapala dan I Durma. “Menariknya, setiap lontar ditulis menggunakan system penulisan yang pada umumnya dengan penyajian, yaitu di tulis 4 baris dalam tiap lembarnya dengan cara bolak balik (rekto verso). Bahasa yang digunakan juga beraneka ragam, seperti Jawa Kuno, Kawi Bali, Melayu dan Bali,” paparnya.

Adapun identifikasi lontar dapat di klasifikasikan sebagai berikut : Tutur, Wariga, Usada, Mantra / Puja, Babad, Kidung, Kakawin, Geguritan, Parwa (termasuk Utara Kanda), dan Prasi. Sementara Judul Lontar yang dapat untuk diidentifikasi, yaitu Pengalahang Musuh Ring Awak Muah Pematuh Grubug, Panugrahan Bhatara Siwa, Piteges Pengawaking Kukus Manik, Sundari Siksa, Aji Sang Hyang Swa Mandala, Kanda Pat, Pamargi Nyiramang Layon, Kaputusan Kaki Twa, Pawarah Ira Bhhatara Darma Siwa, Babad Bandesa Manik Mas, Bhagawan Panyarikan, Tutur Bang Bungalan, Tenung Wong Wisaya Anluh, Gaguritan Candrawati, Gaguritan Rasutama Miwah Kawiswara, Windu Ngwang Sastra, Panugrahan Sri Dewi Saci ring Sri Jaya Kasunu, Tingkahing Prasasti, Babad Dalem, dan Tenung Wong Lara.

Baca Juga:  Kalimosada: Usadha Bali Pinaka Panepas Pangradban Kaliyuga

Ada pula Katuturan Pawara Hira Bhatara Dharma Siwa, Usada Sari, Tutur Jagat Karana, Gaguritan Tantri, Katuturan Adhi Sira Mpu Kekran, Kundalini, Babad Kayu Selem, Tutur Uriga, Gaguritan Purwa Sangara, Sastra Widi, Pratingkahing Masang Mantra, Panerangan, Prasi Rajapala, Saptawara Anut Tanggal Panglong, Kaputusan Sang Hyang Amarisuda, Gaguritan Panji, Babad Pande Bang, Tutur Utama, Tanya Lara, Sang Hyang Tanpa Rupa Warna, Patengeraning Paribasa, Kidung Wargasari, Tutur Smara Reka, Gaguritan Catur Kanda, Katuturan Tatwa Carita ring Kuna, Kaputusan Kaki Twa, Parwa Tekaning Weton, Sundari Gama, dan Adi Atma Tatwa.

Selain itu, ada pula Usana Bali, Kusuma Dewa, Tutur Bang Bungalan, Kawisesan, Catur Bumi, Tutur Bwana Purana, Puja Mantra, Gaguritan Dukuh Suladri I, II dan III, Pratekan Bhatara Ring Bali, Gaguritan Abimayu, Sarwa Puja, Kalimosada Kuranta Bolong, Kaputusan Aji Saraswati, Panugrahan Mpu Kuturan, Ramayana I, Tutur Aji Janantaka, Guna Kamimitan, Usada, Pangawi Wisesa, Kaputusan Sangkul Putih, Prasi I Durma, Cerita Babad, Katuturan Bhagawan Wrespati, Wekasing Aksara Mawisesa, Panulung, Gaguritan Puyung Sugih, Gaguritan Basur, Gaguritan Rangda Kasyan, Gending Bungkling, Gaguritan Lubdaya, Gaguritan Wariga, Gaguritan Kamahardikan, Pupuh Anut Pagongan, Kakawin Baratayuda Maarti dan Tutur Uriga.

Yogik menambahkan, lontar-lontar tersebut dapat diidentifikasi, karena dalam keadaan terawat baik. Lontar tersebut disimpan di Gedong. Pemiliknya melakukan perawatan secara sederhana dengan cara membersihkan debu-debu yang melekat setiap menjelang Hari Suci Saraswati. Lalu, secara ritual setiap Saraswati pemilik senantiasa melaksanakan pemuliaan terhadap Lontar dengan menghaturkan upacara sebagaimana mestinya. “Bapak I Nyoman Astawan, selaku pewaris lontar ini telah mengerti cara merawat lontar, sehingga semua lontar dalam keadaan bagus,” ujarnya senang.

Sementara I Nyoman Astawan mengucapkan terima kasi kepada Tim Penyuluh Bahasa Bali yang telah melaksanakan program Pemerintah Provinsi Bali dalam merawat aksara bahasa dan sastra Bali melalui festival ini. Adanya penyuluh bahasa Bali, utamanya kepada Pemerintah Provinsi Bali sudah mengadakan program Pelestarian Budaya Bali, khususnya di bidang Sastra Bali ini. “Kami ucapkan terimakasih sudah ikut melestarikan lontar yang kami miliki sebagai warisan leluhur kami agar bisa berguna bagi masyarakat luas,” ucapnya.

Baca Juga:  Menghidupkan 'Style' Topeng Tugek Carangsari

Karena merasakan manfaatnya, Astawan berharap agar program ini bisa berlanjut lagi. Misalnya dilanjutkan dengan mengalih aksara dan bahasakan kembali, agar bisa dimengerti dan bisa disebarluaskan terutama naskah-naskah yang tergolong unik atau jarang yang diketahui orang. “Kalau naskah-naskah sudah diketahui, maka akan sangat bermanfaat bagi masyarakat luas,” harapnya. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post