“Subak Teba Majalangu”, Wisata Edukasi Merasakan Aktivitas Petani di Sawah 

 “Subak Teba Majalangu”, Wisata Edukasi Merasakan Aktivitas Petani di Sawah 

Aktivitas anak-anak dalam dunia pertanian, kini hanya ada dalam cerita. Selain karena waktu yang sangat cepat, lahan pertanian juga sangat minim yang bisa ditemukan mereka di jaman ini. Padahal, mengenalkan dan mengedukasi anak tentang alam, salah satu pertanian sangat penting untuk tumbuh kembang mereka dalam pembentukan karakter. Tidak hanya akademik atau pelajaran yang diterima di sekolah formal saja, tetapi mengenal alam pertanian juga sebuah edukasi yang dapat menciptakan karakter anak.

Lalu, dimana bisa mendapatkan pengalaman bertani itu? Di Kota Denpasar yang merupakan kota heterogen yang merupakan ibukota Provinsi Bali ini memiliki sebuah kawasan menawarkan aktivitas bertani. Namanya, “Wisata Edukasi Subak Teba Majalangu” yang berada di kawasan Desa Budaya Kertalangu, tepatnya di Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali. Teba Majelangu merupakan gabungan dua kata. Teba artinya halaman belakang, dan Majelangu merupakan sebuah nama kerajaan masa lampau di Kesiman.

Wisata edukasi ini memiliki ikon semut dengan filosofinya, yaitu gotong royong dan bekerja keras. Nah, jika merasa jenuh atau ingin melakoni kisah petani yang ada di dalam buku-buku itu, ada baiknya jalan-jalan ke Subak Teba Majelangu. Tempat wisata ini, memang disiapkan bagi para siswa sebagai tempat belajar di alam, sesuai dengan kurikulum merdeka belajar. Memang, penduduk di Kota Denpasar sangat jarang memiliki teba, maka Teba Majelangu ini menjadi teba masyarakat sebagai tempat untuk aktivitas.

Subak Teba Majalangu
Areal persawahan sebagai aktivitas membajak sawah.

Teba Majalangu memiliki Patung Semut sebagai Icon Wisata, Kandang Siap, Kandang Kelinci, Kandang Sampi dan Kandang Bebek sebagai tempat pembelajaran hewan. Selain itu juga terdapat kebun organik dan lapangan yang luas sebagai tempat outbond mengusung konsep edukasi pertanian, Teba Majalangu juga dilengkapi dengan Museum Subak Mini dimana anak-anak dapat melihat dan belajar tentang alat pertanian tempo dulu. Di teba ini, para siswa akan diajarkan terkait dengan system jaringan irigasi, tata cara pertanian Bali mulai dari proses pembibitan, pengolahan lahan, menanam padi, merawat padi, sampai dengan proses panen.

Baca Juga:  LUNA Beer Garden, Pengalaman Kuliner Unik di Puncak Tebing

Selain kegiatan edukasi subak, juga ada berbagai paket wisata lainnya seperti belajar matekap, belajar membuat canang, belajar tentang hewan, belajar tentang tanaman organik, kegiatan cooking class, serta kegiatan perkemahan. Untuk para pecinta kuliner bisa mencicipi laklak Bali yang tersedia di warung tegik poh yang ada di tengah kawasan Teba Majalangu. “Ini salah satu kawasan wisata yang mengajak anak-anak belajar tentang alam, khususnya tata kelola air, subak dan alam,” kata Pengelola Wisata Edukasi Subak Teba Majalangu, Made Semara Putra.

Agar bisa ketemu wisata edukasi ini, pengunjung melewati Desa Budaya Kertalangu lalu menuju jalur jogging. Selanjutnya memasuki gerbang Subak Teba Majalangu, dan membeli tiket, selanjutnya bisa menikmati subak ini. Melewati gerbang, pengunjung bisa menyaksikan Patung Semut raksasa sebagai bukti Majelangu kesohor, namun rajanya tak permah menghiraukan nasehat orang tua, sehingga Sang Raja dikutuk, kerajaannya akan direbut semut. Teba Majelangu ini selain sebagai halaman belakang kerajaan, ini juga dijadikan kurikulum merdeka belajar.

Subak Teba Majalangu
Warung Tegik tempat anak-anak membuat jajan Bali, minuman sampai makan.

Di areal teba ini, memelihara binatang sawah. Mulai dari ayam yang dipergunakan upacara, kelinci, kambing, itik dan sapi. Semua binatang itu ada kegunaannya. Di sebelahnya, ada tanaman bunga, sayur mayor, tanaman obat khusus untuk upacara umat Hindu. Warung Tegik merupakan tempat anak-anak membuat jajan Bali, minuman sampai makan. Tempat ini untuk mengedukasi produk bunga dan daun. Misalnya, bunga teleng dijadikan teh yang bagus untuk kesehatan. Termasuk pula membudidayakan tanaman rosela.

Di Teba Majelangu juga memiliki Museum Mini dengan bangunan yang klasik. Di situ ada ‘tengala’ yang dikemudikan oleh petani menggunakan power 2 ekor sapi. Ada pula ‘lampit’ untuk meratakan tanah sawah, ‘cangkul’ untuk mencacah tanah, ‘pengelunduan’ alat perawatan tanaman padi agar terhindar dari gulma yang dilakukan setelah padi ditanam, ‘i cakar’ merawat tanaman padi belum tumbuh, dan ‘kikis’ perawatan padi setelah berumur di atas 30 hari. Ada pula berbagai jenis sabit, dan alat mengusir burung.

Baca Juga:  Membuat dan Memahami Makna Banten Otonan Sesuai "Sastra"

Datang dari museum mini, pengunjung lalu diperkenalkan permainan sawah, diantaranya tajok, deduplak kayu. Anak-anak juga diberikan kesempatan untuk merasakan ‘matekap” membajak sawah menggunakan sapi. Memula (menanam) dengan system nandur (menanam mundur, dan lainnya. Kalau ingin bergelut dengan lumpur, juga disediakan tempat khusus yang tanah sudah bersih, bebas dari kuman. Lalu disiapkan keran dan shower untuk membersihkan diri, lalu kembali ke desa. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post