Jantra Tradisi Bali 2023. Ceria Anak-anak Bermain Tajog, Deduplak dan Terompah
Sinar matahari mulai terasa panas. Sementara anak-anak peserta Jantra Tradisi Bali semangatnya semakin memanas. Jelas saja, karena sudah menjadi tekad mereka untuk tampil sebagai yang terbaik. Itulah suasana Jantra Tradisi Bali yang digelar bersamaan dengan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 di Lapangan Timur, Monumen Perjuangan Rakyat Bali (MPRB), Niti Mandala, Denpasar, Sabtu 24 Juni 2023.
Anak-anak setingkat SMP itu tampak serius, seakan tak peduli dengan serbuan permainan modern yang ada. Mereka merasa mantap melakukan permainan tradisional, dan masih menjadi sumber suka cita mereka. Meski melakukan sebuah olahraga tradisional, namun para peserta dari kabupten dan kota di Bali ini tampil menarik. Sebagain dari peserta menggunkan kain, seperti sebuah pertunjukan seni.
Jantra Tradisi Bali tahun 2023 ini memperlombakan tiga permainan tradisional Bali yakni Tajog, Deduplak, dan Terompah. Masing-masing kabupaten dan kota mengirimkan perwakilannya untuk adu nyali dalam permainan tradisional. “Seru, sambil menjaga keseimbangan berusaha mengalahkan yang lain,” ujar I Made Pranditya remaja asal Desa Pengiangan, Susut, Bangli ini.
Peserta lomba Tajog perwakilan Kabupaten Bangli itu mengakui, permainan tradisional mulai kehilangan pamor di kalangan remaja. Namun, ia masih menemukan keasyikan ketika memainkan Tajog. “Saya diperkenalkan permaianan tajog oleh pekak (kakek). Saya juga biasa menggambar permainan tajog. Semoga juga digelar sejumlah perlombaan permainan tradisional di sekolah-sekolah,” harapnya.
Penonton yang menyaksikan lomba itu sangat terhibur. Sama seperti pengunjung lainnya, Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) Provinsi Bali Prof. I Gede Arya Sugiartha juga gembira melihat antusiasme peserta yang mengikuti perlombaan. “Selain ketiga permainan tradisional tersebut, pada Minggu depan juga akan diperlombakan permainan Megala-gala,” kata Kadisbud Prof. Arya Sugiartha.
Peserta Jantra Tradisi Bali dalam setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Jantra Tradisi Bali yang digelar untuk tahun ketiga memang berupaya lebih mendekatkan generasi muda dengan permainan tradisional Bali. “Jantra Tradisi Bali ini menggali dan membangkitkan tradisi-tradisi Bali salah satunya olahraga dan permainan tradisional,” ujarnya.
Permainan tradisional sempat redup karena dominasi olahraga dan permainan modern. Padahal, permainan tradisional memiliki sejumlah unsur penting sportivitas, permainan, dan estetika. Karena itu kampanye permainan tradisional Bali akan terus dilakukan Disbud Kabupaten dan Kota termasuk di sekolah-sekolah. “Di lembaga-lembaga pendidikan sudah mulai masuk menjadi bagian dari pembelajaran,” jelas Mantan Rektor ISI Denpasar ini.
Disbud Bali akan melakukan inventarisasi agar nantinya semua permainan tradisional di Bali bisa dilestarikan, dan salah satunya bisa ditampilkan pada ajang Jantra Tradisi Bali. Bahkan nantinya bisa didaftarkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Hal itu sangat mungkin, karena setiap kabupaten dan kota di Bali pasti memiliki permainan tradisional khas.
Beberapa permainan tradisional Bali juga telah sukses ditetapkan menjadi WBTB seperti permainan Gangsing yang berkembang di Buleleng, hingga Gebug Ende yang ada di Karangasem. “Semuanya kita beri ruang untuk bangkit supaya mengemuka lagi,” pungkas pria asal Tabanan ini. [B/puspa]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali