Museum Bali Miliki Koleksi Kain Langka Berumur Ratusan Tahun
Kapan terakhir berwisata ke Museum Bali? Museum yang terletak di Jl. Mayor Wisnu No. 1 Dangin Puri, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali kini memiliki Gedung Timur dalam tahap pengembangannya.
Gedung Timur sebagai gedung pameran tetap yang baru, melengkapi tiga Gedung bersejarah yang sudah dibangun sejak tahun 1910, yakni Gedung Tabanan, Gedung Karangasem, dan Gedung Buleleng.
Ruangan Gedung Timur Museum Bali ini dihiasi pameran temporer koleksi Museum Bali dengan kategori wastra Bali yang langka. Ada sebanyak 43 wastra Bali terpilih serta 20 artefak pendukung yang dipajang merupakan karya terpilih dari 529 artefak wastra.
Wastra Bali yang sangat langka dan artefak wastra itu kini menghiasi ruang Gedung Timur di Museum Bali itu. Berbagai motif, warna, dan cara pembuatan wastra langka tersebut sangat menarik untuk dikunjungi.
“Pameran temporer koleksi Museum Bali menjadi salah satu kegiatan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Bali untuk meningkatkan fungsi dan kinerja Museum Bali sebagai Museum Etnografi,” kata Kurator pameran Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana bersama Prof. Dr. I Made Bandem, Jumat 22 September 2023.
Pameran temporer tersebut mengangkat tema ”SAMUDRA MANTANA: Lautan Pengetahuan dan Informasi Peradaban Bali” mulai berlangsung dari, Jumat 22 September 2023 dan akan berlangsung selama 10 hari.
Wastra yang dipamerkan terdiri dari berbagai jenis, seperti wastra geringsing, wastra songket, wastra endek, wastra cepuk, dan lainnya. Untuk wastra ini ada yang cukup tua, ada yang berumur 100 hingga 200 tahunan.
Tahapan kurasi karya Pameran Temporer Wastra Bali diawali dari seleksi koleksi etnografika wastra Bali yang sebanyak 529 artefak wastra. Kemudian, dilanjutkan menyeleksi artefak etnografika, seperti alat yang digunakan dalam siklus pembuatan wastra.
“Selanjutnya melakukan seleksi karya pendukung berupa video, film pendek terkait pembuatan wastra Bali,” ujar Tjok Istri Ratna Cora yang Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini serius.
Tahap berikutnya kriteria seleksi dengan kondisi minimal keutuhannya 80 persen yang mewakili daerah pesisir, daratan hingga pegunungan. “Setelah seluruh tahapan dikurasi, akhirnya terpilih 43 wastra Bali serta 20 artefak pendukung,” ungkap wanita yang selalu enerjik ini.
Secara keseluruhan, artefak etnografik wastra serta artefak etnografik pendukung yang dipamerkan ini diharapkan dapat mengedukasi masyarakat, penikmat wastra, para kolektor, seniman tenun, dan para siswa.
Pameran ini sangat bermanfaat terutama bagi kalangan pendidikan. “Tujuan dari pameran ini untuk mengajak anak-anak setingkat SD, SMP, hingga SMA untuk terbiasa berkunjung ke museum,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha.
Belajar sejarah di museum akan menjadi sangat menarik. Sebab, yang menjelaskan itu langsung para kurator atau pengelola. “Kurator ini akan menjelaskan yang mana namanya kain cepuk, kekhasan cepuk Buleleng, Karangasem dan sebagainya, sehingga anak-anak didik langsung mengenalnya,” ungkapnya.
Belakangan ini, kunjungan warga local khususnya ke museum masih rendah. Berbeda dengan kunjungan wisatawan asing, juga wisatawa nusantara yang cukup tinggi. “Orang kita untuk datang ke museum masih rendah, utamanya anak-anak siswa kita,” sebut mantan Rektor ISI itu.
Hal ini menjadi tantangan kedepannya. Karena itu, berbagai kegiatan digencarkan agar minat anak-anak siswa datang ke museum semakin meningkat. Sebut saja, dengan membuat kegiatan museum keliling, sosialisasi ke sekolah-sekolah, hingga menggelar cerdas cermat anak-anak.
Hal ini merupakan salah satu cara agar para siswa SD hingga SMA mengetahu kegiatan ataupun agenda museum di Bali. “Lokasi Museum Bali yang berada di titik Nol Kota Provinsi Bali ini merupakan Museum Etnografi yang dikelola sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. [B/darma]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali