Jalan-jalan ke Museum Bali, Belajar dan Mengenal Benda-benda Bersejarah
Kalau sudah musim libur, jangan lupa berkunjung ke Museum Bali. Daya Tarik Wisata (DTW) yang beralamat di Jalan Mayor Wisnu Denpasar, tepatnya di pusat Kota Propinsi Bali atau sebelah Timur Lapangan Puputan Badung itu sebagai pusat belajar sekaligus berwisata di Pulau Dewata.
Museum yang menyimpan pengetahuan menyangkut peradaban manusia dari zaman ke zaman, khususnya pada masyarakat Bali dapat memberikan pengenalan terhadap benda-benda bersejarah. Museum Bali buka setiap hari, mulai pukul 07.30 Wita – pukul 15.30 Wita.
Sebelum masuk ke areal museum, para pengunjung diwajiban membeli tiket masuk. Untuk pelajar dikenakan tiket sebesar Rp 2.000, Mahasiswa sebesar Rp 5.000, wisatawan nusantara dewasa Rp 25.000, dan wisatawan nusantara anak-anak Rp 10.000. Sementara untuk wisatawan asing dewasa sebesar Rp 50.000 dan asing anak-anak Rp 25.000.
“Kalau pelajar biasanya diawali dengan bersurat agar bisa berkunjung dan mendapatkan bimbingan khususnya pengetahuan tentang benda-benda yang ada di Museum Bali. Nantinya, ada petugas khusus yang membinanya,” kata Kepala Seksi Edukasi dan Preparasi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Bali, Paeno, Rabu 16 November 2023.
Ketika masuk ke areal Museum Bali, seperti masuk ke sebuah pura. Itu karena konsep pembangunnya memadukan desain pura dan puri. Tembok dan bangunannya penuh ukiran Bali yang sangat khas. Di areal museum juga terasa sejuk, karena dikelilingi dengan tumbuhan bunga serta tumbuhan tropis lainnya.
Museum Bali memiliki tiga halaman yaitu halaman luar, tengah dan halaman dalam. Masing-masing halaman di batasi dengan tembok dan gapura (candi bentar dan candi kurung) sebagai pintu masuk dengan ornament Bali tradisional yang khas. Di sebelah selatan jaba tengah terdapat Bale Kulkul (menara kentongan).
Di halaman tengah, ada Gedung Timur dengan dua lantai. Gedung ini menyajikan benda-benda sejarah dan pra sejarah. Penataannya sangat indah, karena dipadu dengan peralatan, sarana dan prasarana kehidupan yang ada di Bali. Lantai atas, memamerkan benda-benda Panca Yadnya serta hal terkait dengan seni bangunan dan seni rupa.
Lalu, pada halaman dalam terdapat tiga buah gedung masing-masing disebut Gedung Tabanan, Gedung Karangasem dan Gedung Buleleng. Nama-nama daerah itu menyumbangkan gedung tersebut juga untuk mewakili gaya arsitektur Bali Selatan, Bali Timur, dan Bali Utara.
Gedung Tabanan terletak paling utara yang menggambarkan seni bangunan tradisional Bali Selatan. Ruangan ini memamerkan koleksi etnografi dan benda-benda kesenian. Gedung ini dulunya memajang koleksi benda-benda yang terkait dengan seni pertunjukan, baik dalam bentuk seni tari ataupun dramatari.
Sekarang Gedung Tabanan ini memajang berbagai jenis keris, baik keris berdasarkan bentuknya, fungsinya dan maknanya. Koleksi keris yang ada merupakan milik Museum Bali yang didapat dari membeli, berdasaran sumbangan dan ada yang diserahkan oleh pemerintah Belanda.
Di sebelah selatan merupakan Gedung Karangasem, khusus memamerkan bentuk cili dalam berbagai fungsi dan makna. Cili merupakan hiasan orang cantik sebagai lambang kesuburan. Gedung ini menggambarkan seni bangunan Bali Timur dengan koleksi lukisan, seni rupa, arkeologi dan beberapa benda jaman pra sejarah.
Lalu, Gedung Buleleng mewakili seni bangunan Bali Utara dengan koleksi, berbagai jenis pis bolong (uang kepeng), diantaranya, uang kepeng untuk perdagangan, ada pis Arjuna (uang kepeng bergambar Arjuna), pis Bima, pis Tualen dan pis Sangut.
Museum Bali dibangun pada tahun 1910 oleh W.F.J.Kroon, seorang Asisten Residen untuk Bali Selatan. Perencanaan dan pembangunannya bersama-sama dengan para undagi (ahli bangunan tradisional Bali), seperti I Gusti Ketut Rai dan I Gusti Ketut Gede Kandel dari Denpasar.
Setelah pembangunan rampung, maka museum dibuka dengan resmi pada tanggal 8 Desember 1932 dengan nama Bali Museum. Kini, Museum Bali menjadi bagian dari Wisata Kota (City Tour) Denpasar. Wisatawan nusantara dan wisatawan asing memilih berwisata di museum ini, termasuk masyarakat local.
Paeno mengatakan, saat ini minat masyarakat lokal melakukan kunjungan ke Museum Bali mulai meningkat. Hal itu tak terlepas dari upaya Museum Bali melaksanakan Program Museum Keliling mendatangi sekolah-sekolah untuk menginformasikan Museum Bali kepada siswa juga para guru.
Program ini, sasarannya adalah siswa-siswi sekolah tingkat SMP, SMA, SMK dan lainnya di seluruh kabupaten dan kota di Bali. Tak hanya itu, Museum Bali juga melaksanakan Lomba Cerdas Cermat Museum tingkat SMP dan Lomba Story Telling tentang museum.
“Boleh dibilang program yang kami lakukan itu berhasil, sehingga memberikan dampak yang sangat positif terhadap jumlah kunjungan ke museum. Bahkan, berdasarkan data dari tahun 2021, 2022 hingga November 2023 ini jumlah kunjungan terus meningkat,” pungkas Paeno. [B/puspa]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali