33 Diorama di Monumen Perjuangan Rakyat Bali Melukiskan Spirit Perjuangan Rakyat Bali
Jangan hanya memandang kemegahan Monumen Perjuangan Rakyat Bali (MPRB) dari luar saja, sekali waktu masuklah ke dalam. Monumen yang juga menjadi Daya Tarik Wisata (DTW) di Kota Denpasar itu merupakan pusat rekreasi dan wisata edukasi yang menarik.
Wisatawan yang berkunjung, paling tidak mendapat pelajaran terkait dengan perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa. Semua itu dapat disaksikan melalui diorama berjumlah 33 buah, lengkap dengan penjelasannya.
MPRB terletak di pusat Kota Denpasar, tepatnya di Lapangan Puputan Renon, Sumerta Kelod, tepatnya Jalan Raya Puputan No.142, Kota Denpasar, Bali. Masyarakat yang datang ke Lapangan Puputan Renon itu biasanya untuk rekreasi, seperti berolah raga, jalan-jalan menikmati suasana untuk melepas kepenatan.
“Padahal, kawasan hijau ini memiliki sebuah monumen sebagai pusat wisata edukasi, yakni spirit perjuangan rakyat Bali yang dilukiskan dalam sebuah diorama,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) MPRB, I Made Artana Yasa, Rabu 11 Oktober 2023.
Monumen ini melambangkan perjuangan rakyat Bali yang berada diatas tanah 13,8 hektar. Luas gedung 4900 meter ini dirancang oleh Ir. Ida Gede pada tahun 1981, namun pembangunan monumen mulai dilakukan pada tahun 1987 atas prakarsa mantan Gubernur Bali, Ida Bagus Mantra.
Monumen ini baru diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri pada tanggal 14 Juni 2003. Sejarah MPRB ini menawarkan arsitektur khas tradisional Bali. “Pembangunan MPRB ini sarat akan makna filosofi agama Hindu di Bali,” ucap seniman karawitan ini.
Guci Amertha disimbolkan dengan kumbha (semacam periuk) yang dapat dilihat di bagian atas monumen, Ekor Naga Basuki terwujud dekat Swamba dan kepalanya pada Kori Agung, Badan Bedawang Akupa yang diwujudkan pada landasan monumen dan kepalanya pada Kori Agung.
Lalu, Gunung Mendara Giri yang diwujudkan dengan monumen menjulang tinggi, dan Kolam yang mengelilingi monumen diibaratkan sebagai Ksirarnawa (lautan susu). Tidak hanya memiliki nilai filosofi Hindu, monumen Bajra Sandhi juga sarat akan simbol kemerdekaan.
Anak tangga yang berada di pintu utama monumen berjumlah 17. Tiang agung yang berada di bagian dalam monumen jumlahnya 8 yang memiliki ketinggian 45 meter. “Angka-angka tersebut adalah tanggal kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945,” terang pria asal Tabanan ini.
Nah, yang menjadi daya tarik MPRB ini adalah diorama yang ada. Di dalam diorama itu melukiskan spirit perjuangan rakyat Bali. Fasilitas yang ada sebagai cara membantu wisatawan untuk memahami makna puluhan diorama yang ada.
“Diorama berjumlah 33 itu, sebuah rekonstruksi yang menggambarkan suasana kondisi perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa, dari jaman pra sejarah, sejarah, Bali mula, jaman kerajaan, jaman memperebutkan kemerdekaan, mempertahankan kemerdekan serta jaman mengisi kemerdekaan,” papar Artana Yasa.
Berada di kawasan ini pikiran akan menjadi lebih terbuka, karena setelah melaksanakan jalan-jalan melihat suasana, maka stres menjadi berkurang. Maka itu, MPRB juga bisa dikatakan sebagai sebuah tujuan wisata lahir bathin.
“Berwisata di MPRB, kita bisa mendapatkan ilmu, khususnya tentang sejarah, disamping rekreasi sehat itu. Kami menyiapkan tempat yang bersih, sehingga nyaman untuk semua orang. Ini cara untuk mengedukasi masayarakat untuk jangan membuang sampah sembarangan,” ucapnya.
MPRB memiliki bentuk yang sangat ekonik. Lokasinya yang strategis banyak dimanfaatkan sebagai lokasi prawedding serta syuting film. Pada lantai paling atas yang biasa disebut dari ruang pantau, pengunjung bisa melihat suasana sekeliling Renon.
“Kalau untuk pengunjung, sampai di rungan ini, mereka kita suguhkan tayangan film, lalu berkunjung ke diorama. Pengunjung juga bisa naik ke ruang pantai terletak di lantai atas (seperti menara) menyaksikan pemandangan lingkungan sekitar,” ucapnya.
Wisatawan asing, utamanya India yang peling banyak berkunjung ke MPRB ini. Dalam sehari, rata-rata 400 orang dalam sehari. Sayangnya, masyarakat lokal Bali utamanya yang berstatus siswa dan mahasiswa belum optimal berkunjung ke DTW MPRB ini.
Karena itu, Artana Yasa berharap, masyarakat lokal bisa berkunjung dan belajar di MPRB ini. Sebab, diorama yang ada itu, spiritnya adalah perjuangan dari masa ke masa yang memiliki makna, sebagai masyarakat agar bisa maju dan sukses harus berjuang.
Pengunjung wajib membayar tiket masuk sebesar Rp 50 ribu untuk dewasa dan Rp 25 ribu untuk anak-anak (wisatawa asing), Rp 25 ribu dan Rp 10 ribu untuk dewasa dan anak-anak wisatawan domestik, serta pelajar hanya membayar Rp 2 ribu, mahasiswa Rp 5 ribu.
MPRB ini buka setiap hari mulai pukul 07.30 Wita sampai pukul 17.00 Wita, kecuali hari raya besar dipermaklumkan karena tutup. “Kalau hari raya, biasanya buka karena memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berwisata,” jelasnya. [B/astu]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali