Gebogan Khas “Bebadungan” di Festival Seni Budaya Badung

 Gebogan Khas “Bebadungan” di Festival Seni Budaya Badung

Lomba Gebogan “Bebadungan” di Festival Seni Budaya Badung 2023/Foto: ist

Menyaksikan para wanita yang “nyuun” (menjunjung) gebogan, pikiran menjadi melayang ke masa lalu. Dulu, ketika piodalan (upacara) di Pura Khayangan Tiga atau pura besar lain di desa setempat, ibu-ibu pasti membuat Gebogan atau Pajegan yang sangat cantik dan indah.

Gebogan biasa dibuat oleh umat Hindu di Bali untuk sesaji, persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Gebogan itu terdiri dari kumpulan buah-buahan lokal, jajan atau bunga warna warni yang disusun rapi di atas sebuah dulang.

Ibu-ibu yang berpakaian adat Bali yang sangat rapi dan mempesona membawa gebogan menuju pura sebagai bentuk persembahan. Ibu-ibu yang membawa gebogan itu berbaris rapi dengan langkah lembut penuh rasa. Biasanya, pada sebuah desa, barisan gebogan ini diiringi dengan gamelan bleganjur.

Kini barisan gebongan yang sangat indah itu meriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-14 Ibukota Mangupura. Bentuk, bahan dan hiasannya tertata rapi. Hal itu wajar, karena gebongan diombakan dalam hajatan bertajuk “Festival Seni Budaya Badung”.

Gebogan yang dilombakan juga tergolong khusus, yakni Gebogan “Bebadungan” yang digelar oleh Pasikian Yowana Badung. Ada pula lomba penjor. Seremoni pembukaan acara berlangsung di depan Kantor Bupati Badung menuju Utama Mandala Pura Lingga Bhuana, Puspem Badung, Jumat 20 Oktober 2023.

Lomba Gebogan “Bebadungan” di Festival Seni Budaya Badung 2023/Foto: ist

Lomba penjor dan gebogan yang bertema “Sundara Rupa” dengan tajuk Bebadungan. “Ini merupakan petunjuk dari Bapak Bupati, bagaimana kedepannya kita membuat penjor dengan ciri khas Badung itu sendiri,” kata Manggala Pasikian Yowana Kabupaten Badung dr. Prayoga Mahardika Putra.

Lomba yang bertajuk Bebadungan ini disebut memantik kesadaran beryadnya teruna-teruni di Kabupaten Badung melalui lomba gebogan dan penjor. Lomba Penjor mengambil ciri khas Badung yang ada pada tatuasan. Untuk gebogan memiliki ciri khas ada pada cili (mahkota) gebogan dengan motif tampak lebih ramai dari daerah lain yang berisi hiasan dan bunga.

Baca Juga:  Umat Hindu di Bali Mengungkapkan Kasih Sayang Terhadap Tumbuh-tumbuhan dengan Upacara Tumpek Bubuh

“Acara yang diinisiasi oleh Pasikian Yowana/Sekaa Teruna se-Kab Badung dan dibantu dana hibah Dinas Kebudayaan Badung total sebesar Rp 544.355.000 juta. Dana itu disalurkan kepada Sekaa Teruna/Yowana di 122 Desa Adat se-Kabupaten Badung,” ucap Prayoga Mahardika Putra.

“Apaun rinciannya rincian Rp 284.925.000 untuk bantuan sarana prasarana penjor kepada masing-masing Yowana/Sekaa Teruna, Rp 71.980.000 untuk sarana prasarana gebogan dan Rp 187.450.000 untuk penyelenggaraan serta hadiah,” lanjutnya.

Sekretaris Daerah (Sekda) I Wayan Adi Arnawa saat membuka lomba tersebut mengatakan, lomba penjor dan gebogan Bebadungan ini merupakan satu bukti langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung melalui paiketan yowana se-Badung.

“Uang yang diperoleh dari sektor pariwisata dikembalikan dan disalurkan kepada sektor budaya termasuk seni dan adat. Bagaimanapun juga, Badung merupakan daerah pariwisata berbasis budaya suatu kekuatan dengan indikator pelestarian,” jelas Sekda Adi Arnawa.

Lomba penjor, lomba gebogan termasuk fashion show kain ikat produk Badung akan menjadi grand ambassador Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). “Kedepan saya berharap kegiatan seperti ini agar lebih kompleksitas dengan cakupan yang lebih luas, tidak sebatas lomba penjor dan gebogan,” harapnya. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post