Lomba “Ngelawar” dan “Gebogan” Cara Melestarikan Tradisi dan Budaya Bali
Bagai menggelar upacara saja. Para lelaki mengenakan busana adat lengkap dengan pisau duduk bersila dengan wajah senang. Di depannya, ada pisau dan talenan (landasan untuk memotong) serta berbagai bahan bumbu dan buah untuk dijadikan lawar, masakan berupa campuran sayur-sayuran dan daging cincang yang dibumbui secara merata khas umat Hindu di Bali. Sementara para ibu-ibu PKK, tampak membuat gebogan terdiri dari kumpulan buah-buahan, jajan atau bunga yang disusun rapi diatas sebuah dulang merupakan sesaji dipersembahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Itulah suasana Festival Budaya Geladag (Fesbug) merupakan rangkaian Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-54 Sekaa Teruna Ria Remaja Jaya Kusuma di Banjar Geladag, Minggu 5 Maret 2023. Fesbug dikemas dengan berbagai kegiatan, seperti lomba ngelawar yang melibatkan anggota regu warga banjar adat, sekaa teruna dan lomba gebogan untuk ibu-ibu PKK Banjar Geladag. Seluruh peserta tampak senang dan penuh kebersamaan mengikuti lomba yang dibuka oleh Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara itu.
Tradisi membuat lawar atau lazim disebut “ngelawar” biasa dilakukan oleh umat Hindu di Bali setiap menggelar upacara yadnya. Sebut saja pada saat merayakan hari suci Galungan dan Kuningan, termasuk upacara pernikahan dan lainya, tradisi “ngelawar” tidak pernah absen dilakukan. Baik itu dilakukan di rumah, tempat suci, maupun di banjar. Lawar sebagai simbol kelengkapan alam semesta, karena setiap unsur kekayaan alam yang lengkap terdapat dalam lawar itu. Hal ini menunjukkan, Tuhan telah menganugerahkan kekayaan alam.
Untuk lomba ngelawar ini melibatkan 10 kelompok peserta Lomba Ngelawar dan 6 kelompok Lomba Gebogan. Walikota Jaya Negara tampak berbaur bersama peserta Lomba Ngelawar dan Gebogan. Bahkan, ikut dalam kegiatan “ngeramas” atau memotong kecil-kecil daging olahan untuk lawar. Disela-sela perlombaan tersebut Walikota Jaya Negara mengapresiasi kegiatan lomba Ngelawar dan Gebogan yang dilaksanakan Sekaa Teruna Banjar Geladag, Pedungan sebagai implementasi visi-misi, Mewujudkan Kota Kreatif Berbasis Budaya Menuju Denpasar Maju.
Festival Budaya Geladag salah satu cermin dari pelaksanaan Visi Misi Denpasar kreatif Berwawasan Budaya yang menguatkan tradisi dalam kegiatan bermasyarakat terlebih dalam era kecepatan teknologi saat ini. “Visi-misi yang kami bangun serta program prioritas yang direncanakan, digerakkan oleh Weda Wakya Vasudaiva Khutumbakam yang mengandung makna dalam kehidupan ini kita semua bersaudara. Semua sektor kehidupan itu selesaikan dengan paras paros sarpanaya, salunglung sabayantaka. Lomba ngelawar ini bentuk implementasi dalam pelestarian Tradisi dan Budaya Bali,” papar Walikota Jaya Nagara.
Ketua Sekaa Teruna Ria Remaja Jaya Kesuma, Banjar Geladag, Gita Rifaldo didampingi Ketua Panitia Hut Ke-54 Tahun, Komang Yuda Saputra menyampaikan tahun ini kita kemas dengan berbagai kegiatan. Sebelumnya pada tanggal 18 Februari pihaknya menggelar Lomba Ogoh-Ogoh Mini, Lomba Sketsa Digital untuk peserta umum se-Bali, dan Tournament Mobile Legend yang dibuka untuk umum. “Pada akhir lomba Ngelawar juga digelar magibung bersama, serta kami mengucapkan terima kasih kepada Walikota Denpasar yang telah hadir dan membuka kegiatan lomba ini,” ujarnya. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali