Tiga Hal Penting Perlu Diperhatikan dalam Menggarap Drama Bali Modern

 Tiga Hal Penting Perlu Diperhatikan dalam Menggarap Drama Bali Modern

Pertunjukan drama Bali modern pada perhelatan BBB sebelumnya/Foto: doc.balihbalihan

Drama Bali Modern sebagai salah satu seni pertunjukan di Bali. “Disebut dengan Drama Bali Modern, karena merupakan Drama Modern yang menggunakan bahasa Bali,” kata Dr. A.A. Mas Ruscitadewi, M.Phil.H saat memberikan workshop Drama Bali Modern, Sabtu 3 Pebruari 2024.

Dalam menggarap Drama Bali Modern itu ada tiga hal penting yang harus diperhatikan. Ketiga hal penting itu adalah Wirasa yang memiliki rasa, Wiraga memiliki raga, dan Wirama memiliki tembang, seperti ombak dan ayunan.

Wirasa itu tidak dapat dilihat, tetapi dirasakan. Kalau Wiraga, itu adalah karya sastranya. Apakah itu karya sastra berupa kekawin, geguritan, cerita, cerita panjang, puisi, drama dan lainnya. Itu karena karya sastra mempenguruhi drama secara keseluruhan.

“Sementara Wirama itu sama dengan alur yang dipakai menggambarkan cerita. Ada yang memulai dengan cerita sedih, dilanjutkan dengan gembira, lalu bahagia atau lainnya,” ungkapnya dalam workshop serangkaian Bulan Bahasa Bali (BBB) VI di Taman Budaya Provinsi Bali itu.

Mas Ruscitadewi, sapaan akrabnya menegaskan, seni pertunjukan drama itu akan menjadi bagus, kalau ceritanya bagus. Karena drama tak bisa dipisahkan dengan cerita yang disajikan. Wirasa drama, jiwanya ada pada karya sastra yang menjadi hal utama.

“Bali memiliki banyak inspirasi dalam membuat drama, tetapi intinya adalah sering dan rajin membaca teks. Bukan hanya teks saja, tetapi juga membaca situasi dan kondisi. Karena seni itu intinya adalah kejujuran,” ucapnya.

Workshop Drama Bali Modern serangkaian BBB VI di Taman Budaya Bali/Foto: ist.

Drama itu menyajikan seni yang mengangkat cerita melalui jiwa dan raga dari seorang pemain drama. Ada dua bidang seni yang terkait dengan pertunjukan drama itu, yakni sastra (cerita) ibaratnya ayah, dan seni pertunjukan itu sebagai ibu.

Kedua hal tersebut sangat berkaitan, seperti suami istri. Drama Bali Modern menggunakan bahasa Bali dalam menyampaikan pesan. “Sekali lagi, Drama itu tidak berada di depan atau belakang, tetapi ada di dalam jiwa dan raga pemain,” tegasnya.

Baca Juga:  Ketut Putrayasa Rancang “Patung Penjor” Piala Balimakarya Film Festival 2022

Sementara narasumber I Made Sidia, S.Sp.,M.Sn memaparkan tentang Drama Wayang Modern Bali yang terdiri dari tradisi sesuai dengan pakem, drama wayang inovasi yang dibuat baru serta drama wayang konetmporer sesuai dengan perkembangan jaman (Bali Jani).

“Kalau membicarakan drama, wayang itu adalah drama. Ketika pertunjukan wayang tradisi ini dimulai dengan wirama, ada yang disajikan dengan menggelegar dan ada pula yang halus,” sebut Dosen Pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini.

Pertunjukan drama tradisi pada umumnya tanpa naskah. Semua peran dan kisah itu dibagi di belakang panggung. Berbeda dengan drama modern yang memakai naskah. Sementara wayang memakai transkrip.

Wayang tradisi itu biasa memakai kelir 3 atau 5 meter, tetapi drama wayang moderm itu menggunakan genre layar hingga 10 meter, seperti film. Drama wayang modern juga didukung dengan alat yang modern, seperti proyektor yang kini disebut video mapping.

Dalang Wayang Listrik serta penggarap Bali Agung Bali Safari ini kemudian meyakinkan para peserta dengan menyajikan contoh karya-karya wayang tergolong modern yang pernah digarapnya.

“Workshop Drama Bali Modern serangkaian Bulan Bahasa Bali ini penting diberikan kepada anak-anak, khususnya penggiat seni drama dan teater. Dengan begitu, mereka bisa membedakan yang mani drama tradisi dan drama modern,” ucap Kurator Drs. I Gede Nala Antara, M.Hum.

Drama Bali Modern itu, utamanya isinya berbahasa Bali. Namun, semua pementasa drama itu tidak murni bisa bahasa Bali. Sebut saja, ketika menyajikan cerita yang menampilkan tokoh menggambarkan seorang dari Jawa, tentu berbeda bahasanya.

Maka itu, bahasa dalam drama itu bisa dicampur. Kalau tokoh itu orang Bali maka tidak mesti menggunakan bahasa Bali yang standar. Sebab, kalau tokoh itu dari Buleleng maka bisa saja menggunakan bahasa Bali dengan dialek Buleleng.

Baca Juga:  Sanctoo Suites & Villas Tunjukkan Eksistensi Bahasa Bali

Tokoh drama orang asing, maka mereka menggunakan bahasa Inggris. Kalau pun nantinya orang asing itu belajar bahasa Bali, tentu kemampuan sutradara yang akan mengelola dialog itu. “Itulah warna dalam drama Bali modern,” ujarnya.

Lalu, mungkinkah drama Bali modern itu mengambil cerita dari teks tradisi yang diadaptasi menjadi modern? Bentuk teater modern biasa mengangkat cerita modern, tetapi bisa pula mengankat cerita tradisi yang diadaptasi kekinian.

Tergantung dari alur cerita dan tokoh-tokohnya termasuk pula settingnya. Hal itu yang mesti dipahami para peserta workshop. “Peserta yang hadir sangat kritis. Hal itu bisa dilihat dari petanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber,” katanya.

Peserta workshop yang hadir kali ini memang kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Sebut saja Rio perwakilan dari penggiat teater di SMA Kota Denpasar menanyakan tentang batasan drama realis dan suryalis.

Widi perwakilan dari SMA Gianyar menanyakan apakah dalam pertunjukan seni drama itu bisa memasukan unsur tari yang dominan, apakah nanti tidak seperti sendratari. Lalu, Wayan Supardita menanyakan, apa sesungguhnya drama Bali modern itu. [B/darma]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post