Program GWK Me.Nari: Sebuah Cara Mendukung Literasi Budaya Seni Tari

 Program GWK Me.Nari: Sebuah Cara Mendukung Literasi Budaya Seni Tari

Siswi menarikan Tari Pendet dalam program GWK Me.Nari/Foto: ist

Musik gamelan dimulai. Ratusan anak setingkat Sekolah Dasar (SD) itu kemudian berekspresi melalui gerak tari yang indah. Cantik, meski hanya dibalut busana putih kuning, serta hiasan kepala dengan bunga hidup, namun sajian mereka tak pernah redup.

Itulah evaluasi dan pemberian apresiasi terhadap 118 siswi dan 41 siswa yang telah mengikuti Program Garuda Wisnu Kencana (GWK) bertajuk Me.Nari pada Minggu, 11 Februari 2024. Para siswa sajikan Tari Wirayuda dan para siswi menyajikan Tari Pendet.

Tari Wirayuda berkisah pasukan yang siap dan berani berperang dalam membela tanah air dari ancaman musuh. Sedangkan Tari Pendet, berupa tari sebagai bentuk ucapan selamat datang atas turunnya Dewa di Bumi.

Baca Juga:  Remaja Bali “Debat Mabasa Bali” Duta Klungkung, Badung dan Buleleng Juara

Penampilan siswa siswi dalam evaluasi mempu memukau penonton yang hadir. Selain dihadiri oleh lebih dari 400 orang, sajian para siswa siswi ini mendapat sambutan dan dukungan baik dari seluruh orang tua siswa-siswi serta seluruh pihak yang terlibat.

Suasana evaluasi dan apresiasi terhadap 118 siswi dan 41 siswa di GWK Me.Nari/Foto: ist.

“Kami memiliki program GWK Me.Nari, sebuah edukasi budaya seni tari Bali kepada siswa-siswi Sekolah Dasar (SD) di sekitar GWK Cultural Park dalam bentuk pembelajaran menari bersama,” kata Operation Director GWK Cultural Park, Stefanus Yonathan Astayasa.

Me.Nari ini sebagai komitmen GWK dalam urusan seni dan budaya Bali. Setiap event yang digelar, lebih banyak menampilkan pertunjukan seni yang indah. Bahkan, sering mengadakan kegiatan yang mengedukasi.

Kegiatan ini adalah memberikan pelatihan seni tari kepada anak-anak yang diselenggarakan tanpa dipungut biaya apapun. Para pelatih tari merupakan penari tetap GWK lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang professional dibidangnya.

Baca Juga:  Semakin Tinggi Minat Generasi Muda “Ngwacen Lontar”

“Program ini, telah kami luncurkan pada akhir tahun lalu, dan telah terdaftar lebih dari 300 siswa untuk mengikuti pembelajaran rutin yang berlangsung dari Senin hingga Jumat. Masyarakat, sekolah, maupun orang tua menyambut program ini dengan positif,” paparnya.

Pemberian apresiasi terhadap siswa dan siswi yang tampil terbaik dalam GWK Me.Nari/Foto: ist.

Program ini berkolaborasi dengan Departemen Attraction & Event GWK. Setelah 3 minggu melakukan pelatihan, maka dilaksanakan evaluasi serta pemberian apresiasi. “Tidak hanya melalui GWK Me.Nari, kami berupaya terus konsisten dalam mendukung pelestarian budaya Bali,” tekadnya.

Stefanus Yonathan Astayasa program Me.Nari ini sebagai bentuk pelestarian budaya Bali, juga menjadi daya tarik wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara. Turis dari Eropa seperti Jerman dan Belanda datang khusus ke GWK untuk menyaksikan pementasan belajar seni tari ini.

Salah satu kegiatan rutin yang diadakan GWK setiap harinya adalah pementasan tari reguler di setiap jam. Pementasan reguler berupa 15 Pertunjukan Tari oleh Sanggar yang dimiliki GWK termasuk Tari Kecak yang dikolaborasikan dengan Ogoh-ogoh.

“Setelah program GWK Me.Nari ini, kami akan melanjutkan dengan program GWK Menabuh alat musik, salah satunya Gamelan Bali. Kegiatan ini, akan menjadi atraksi budaya, menjadi bagian dari pelestarian seni dan budaya Bali,” tutup Stefanus. [B/ris]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post