PKB XLVI Ditarget Pengunjung 1.8 Juta, Sekaa Kesenian Wajib Tandatangai Pakta Integritas Sampah

 PKB XLVI Ditarget Pengunjung 1.8 Juta, Sekaa Kesenian Wajib Tandatangai Pakta Integritas Sampah

“Peed Aya” Mengawali PKB XLV Tahun 2023 /Foto: doc.balihbalihan

Tinggal empat hari lagi, Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI siap digelar. Pembukaan PKB tahun 2024 berlangsung bersamaan dengan pembukaan Peed Aya (Pawai) di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, pada Sabtu 15 Juni 2024, mulai pukul 16.00 Wita.

PKB yang mengangkat tema “Jana Kerthi Paramaguna Wikrama, Harkat Martabat Manusia Unggul” itu rencana dibuka Presiden RI, Joko Widodo. Saat itu, Peed Aya hanya diikuti oleh peserta dari kabupaten dan kota di Bali, serta Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.

PKB tahun 2024 ini dilaksanakan sebanyak 29 hari penuh. Sebanyak 27 kali dipusatkan di Taman Budaya Provinsi Bali dan sebanyak 2 hari merupakan Bali World Culture Celebration yang akan menampilkan grup kesenian dari beberapa negara.

“Jika pada PKB 2023, jumlah pengunjung PKB sebanyak 1.6 juta, maka tahun 2024 ini kami menargetkan jumlah pengunjung sebanyak 1.8 juta orang,” kata Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) Provinsi Bali, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha saat memberikan pengarahan kepada panitia di Taman Budaya Provinsi Bali, Selasa 11 Juni 2024. 

Baca Juga:  Tiga Sastrawan Berbagi Proses Kreatif; Platform Menulis Makin Beragam, Tapi Tetap Kontrol Diri

Hal tersebut diyakini Kadisbud Prof Arya Sugiartha, karena jumlah pergelaran PKB kali ini sebanyak 540, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 490 pergelaran. Sebab, jenis pertunjukan yang tampil lebih banyak, dan kualitasnya juga lebih bagus.

Hal itu, karena semua tim bekerja lebih keras dan penuh semangat. Walau dana PKB mengalami penurun menjadi 6 Milyar dari PKB sebelumnya yang berjumlah 10 Milyar, tetapi kualitasnya lebih bagus. Itu karena semua tim bekerja lebih keras dan selalu bersemangat.

Untuk materi pergelaran sudah siap pentas, tinggal sekarang mengajak para pengisi acara PKB untuk menjaga kebersihan. Artinya, para seniman itu tak hanya piawai menari dan memainkan gamelan, tetapi juga tak mengilangkan budaya hidup bersih.

Kadisbud Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha dan Kepala Taman Budaya, Wayan Ria Arsika saat memberikan pengarahan PKB XKVI kepada panitia/Foto: ist

Setiap seniman diwajibkan mengelola sampahnya sendiri, baik itu sampah sehabis merias, sisa-sisa property serta sampah makanan dan minuman. Bahkan, setiap sekaa diwajibkan menandatangai pakta integritas tentang sampah.

Baca Juga:  Bleganjur Kuno, Kini dan Nanti Catatan Lomba Bleganjur Ngarap dalam Kasanga Festival

Itu artinya, disamping memikirkan kesuksesan pentas, masing-masing sekaa mesti mampu mengelola sampahnya. “Sekaa kesenian itu harus menyiapkan seorang petugas khusus yang mengurusi sampahnya sendiri,” ucap mantan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.

Panitia, tepat menyiapkan tempat yang bersih bagi para sekaa kesenian, maka setelah meninggalkan temat itu mesti kembali bersih. “Sekaa yang terbukti tak mengelola sampahnya dengan baikm dan meningalkan sampah di Taman Budaya akan di black list, tidak akan diberikan kesempatan pentas di PKB selanjutnya,” ujarnya.

Dalam hajatan ini seniman tak hanya pintar menari dan memainkan gamelan, tetapi penting memiliki gaya hidup bersih. Sampah-sampah yang dihasilkan dari proses berias hingga pentas wajib dikelola sendiri. Sampah itu dikumpulkan kemudian dibawa pulang.

Panitia yang menemukan sekaa yang meninggalkan sampah, akan langsung ditegur. Jika tak mengindahkan teguran itu, panitia akan melaporkan kepada petugas keamanan. “Bukan ke sini (Taman Budaya) membawa sampah, maka sampah harus dibawa pulang,” tegasnya.

Baca Juga:  Catatan Kecil Perjalan | Bakti Wiyasa dari situs ke situs kuno di Bali

Sementara Kepala UPTD Taman Budaya, Wayan Ria Arsika menambahkan, PKB sudah berlangsung selama 46 tahun dan tergolong dewasa, maka seniman sudah mesti memiliki budaya bersih guna menjaga hajatan tahunan ini tetap menarik.

Selain para seniman, pameran kuliner juga wajib menandatangai pakta intergritas tersebut. Pengelola kuliner juga harus memungut sampahnya sendiri, lalu membawanya pulang jangan dibiarkan di tempat ini. “Taman budaya bukan tempat pembuangan sampah,” sebutnya.

Para petugas kebersihan tidak akan memungut sampah pera pengelola kuliner ataupun sekaa kesenian yang pentas. Maka, para penjaga kuliner wajib menjaga kebersihan arealnya sendiri. Semua pengisi PJB ini mesti konsisten menjaga kebersihan dan kenyamanan pesta seni ini.

Tiga hal yang mesti diperhatikan para pengelola stan kuliner. Pertama menjaga arealnya agar tidak kotor, tidak ada sampah plastik dan tidak ada memakai sterofum. “Jika peserta pameran kuliner tidak memperhatikan ketiga itu, maka mereka tidak diijinkan berpameran lagi,” ucapnya.

Baca Juga:  Jantra Tradisi Bali: Menanamkan Nilai Budaya Pada Anak Melalui Olahraga Tradisional

Para penjaga stan pameran kuliner ini mesti mengikuti syarat yang diberikan panitia, demi menjaga kenyaman ajang seni yahunan ini. Apalagi, mereka tidak menyewa ataupun membayar stand. “Stand-stand kuliner ini diberikan secara gratis, tidak ada yang membayar Rp 5 pun,” paparnya.

Karena itu, para pengelola pameran kuliner mesti bertanggungjawab dengan kebersihan areanya sendiri. Entah, mereka mencari tenaga kebersihan sendiri, lalu membayar upahnya sendiri. Itu terserah cara mereka menjaga kebersihan. Panitia tidak mau tahu urusan itu, yang penting di areal sekitarnya bersih. [B/*/darma]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi seni budaya di Bali

Related post