Pentas di Ajang PKB, Tari ‘Janger Maborbor’ Banjar Bukti Bangli Simbol ‘Melebur Mala’

Tari Barong mengawali pergelaran ‘Janger Maborbor’ Banjar Bukti Bangli di PKB XLVI/Foto: doc.balihbalihan
Melihat jadwal Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-46 yang terpasang di sebelah kiri jalan utara menuju areal Taman Budaya Provinsi Bali pengunjung langsung tertarik dengan rekasadana (pergelaran) Janger Maborbor.
Para pengunjung tak bisa membayangkan pergelaran Janger Maborbor itu sepereti apa bentuknya, Mereka merasa penasaran, sehingga menyiapkan waktunya untuk menyaksikan sajian seni itu.
Kesenian itu disajikan oleh para seniman dari Banjar Bukti, Desa Yangapi, Kecamatan Tembuku, Duta Kabupaten Bangli, Sabtu 6 Juli 2024. Benar saja, ketika baru sampai di Taman Budaya, sekaa kesenian Janger sudah menjadi sorotan pengunjung.
Itu karena mengusung Barong sesuwunan dari Jenger Mabobor atau Sanghyang Jaran dengan iringan baleganjur. Sesuwunan yang diturunkan dari truk, lalu “diiring merarean” (istirahat) di Padmasana Taman Budaya.
Sementara para penari Janger kemudian berias di bale bengong berdekatan dengan Padmasana. Setelah waktu jadwal pentas semakin dekat, Barong Macan itu kemudian “diiring” (diarak) ke tempat pementasan itu.
Kesenian ini, sesungguhynya dipentaskan di Kalangan Madya Mandala, namun atas pertimbangan sekaa janger kemudian mementaskan kesenian tergolong sacral itu di halaman panggung tersebut atau di depan Panggung Terbuka Ardha Candra.
Iring-iringan barong dan janger itu menjadi perhatian pegunjung PKB. Tak sedikit yang mengabadikan melalui kamera hand pone mereka. Pengunjung yang sebelumnya berjubal menyaksikan Arja Cupak di Kalangan Angsoka, sebagian berhamburan tergoda prosesi iring-iringan itu.
Pementasan kemudian diawali dengan sesolahan (pergelaran) Tari Barong. Setekag gamelan mulai di tabuh, penari barong lalu menari. Gerakannya sangat khas, tak banyak motif, namun terasa sangat kuat. Mula-mula hanya ngelembar barong, beberapa menit kemudian satu-persatu warga desa Yang Api ikut menari (trance).
Ada yang menarikan sampian, menari sambil menggigit ayam hidup-hidup, dan membawa berbagai sesajen lainnya. Suasana menjadi khusuk, namun kamera penonton selalu siaga merekam moment yang ada. Kemudian berlanjut pada pementasan Janger, kesenian yang identic dengan tari pergaulan.
Penari wanita (janger) dan laki-laki (kecak) menari sambil menyanyi dengan penuh kebersamaan. Namun, gending-gending yang disajikan terasa beda, klasik dan memiliki sepirit yang sangat terasa. Setelah menari beberapa adegan, kemudian ada yang kerauhan (trance), lalu prosesi maborbor, para penari mandi dengan api yang ada di tempat pentas itu.
Para pengunjung PKB saat itu, disuguhkan atraksi seni yang jauh dari logika. Tari Janger Maborbor itu, mirip sebuah atraksi akrobatik dalam panggung modern. Spontan, pengunjung dari berbagai kalangan itu semakin mendekat.
Jero Mangku Wayan Geder (59) mengatakan, terkait dengan kesenian Janger Maborbor yang ditampilkan di PKB ini ada yang beda dengan aslinya. Tetapi, pada saat adegan maborbor itu sama dengan yang biasa dilakukan Desa Yangapi. Maborbor itu, tetap aslinya.
“Kami meyakini “Sesuwunan” yang berwujud Barong yang diiring itu menghendaki supaya ada Janger, sehingga Janger (Sanghyang) dan Barong selalu berkaitan dan selalu beriringan. Tradisi ini sudah ada sejak lama yang diwarisi oleh para leluhur kami sejak dulu. Kami tidak tahu pasti, kapan sesungguhnya tradisi ini dimulai,” katanya.
Jero Mangku Geder kemudian menerangkan, dahulu kala di Banjar Bukti terjadi wabah penyakit menular yang menyebabkan banyak nyawa melayang sia sia. Hubungan sosial antara masyarakat menjadi renggang akibat prasangka buruk dan isu-isu yang berbau ilmu hitam berkembang saat itu.
Akibat kacaunya Banjar pada saat itu, prajuru dan tetua Banjar melakukan paruman secara mendadak dan disepakati untuk melakukan ritual nunas baos. Dalam ritual yang dilakukan di Pura Dukuh setempat turun sebuah pewisik melalui salah satu pemangku yang mengalami kesurupan.
Dalam kesurupan itu, disebutkan Manik Angkeran yang berstana di Gunung Agung Menganugrahkan hewan peliharaanya berapa Macan kepada Ide Betara Ratu Sakti Dukuh yang berstana di Banjar Bukti. “Masyarakat Bukti diminta untuk membuatkan prilingga berbentuk Barong Macan,” ucap Mangku Geder.
Pewisik tersebut juga dibarengi dengan harus dibetuknya sebuah tari yang ditarikan oleh pemuda dan pemudi yang disebut dengan Tari Jangger. Tari dipentaskan ketika wali dipura Dukuh sebagai tari tolak bala dan tari pergaulan yang mengungkapan solah adung para pemuda dan pemudi Banjar Bukti.
Tari ini menggunakan media api sebagai simbul untuk melebur mala atau penyakit yang ada di seluruh wilayah Banjar. Tari Janger ini ditata oleh Ida Bagus Sadewa (Alm) dan I Gede Martawan sebagai penata tabuh. Sementara Seka Teruna sebagai penyaji. [B/darma]

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali