Seniman Inspiratif Ni Way Berbagi Kisah Perjalanan dan Art Therapy di Sudakara Artspace

 Seniman Inspiratif Ni Way Berbagi Kisah Perjalanan dan Art Therapy di Sudakara Artspace

Pameran tunggal Ni Way di Sudakara Artspace/Foto: doc.balihbalihan

Pameran tunggal Ni Wayan Sutariyani yang akrab disapa Ni Way bertajuk “Soul Free” masih berlangsung di Sudakara Artspace, Sudamala Resort Sanur. Sejak dibuka pada, Kamis 15 Agustus 2024, pesan dan makna dalam setiap lukisan itu selalau menarik pengunjung.

Ya, itu karena karya-karya lukis yang dipamerkan itu, sebuah perayaan kebebasan dalam berkreativitas Ni Way. Apalagi, kali ini suasana pameran itu diisi dengan acara Artist Talk yang mengajak semua pengunjung mengupas setiap lukisan yang ada.

“Di setiap lukisan saya itu selalu ada ceritanya. Nah, antara lukisan satu dengan lainnya ceritanya itu tidak sama. Semuanya memiliki kisah sesuai dengan pengalaman yang pernah saya alami,” kata Ni Way dalam acara Artist Talk eksklusif itu, Kamis 12 September 2024 itu.

Acara yang sangat akrab ini, menjadi kesempatan langka bagi pengunjung atau publik untuk mengenal lebih dekat sosok di balik karya-karya yang penuh makna itu. Ni Way berbagi kisah inspiratif tentang perjalanan kreatifnya, mulai dari awal mula ia jatuh cinta pada dunia seni.

Baca Juga:  Prof. Dibia Garap Buku “I Ketut Maria Pahlawan Seni Kebyar Bali” Diluncurkan pada HUT Kota Tabanan

Termasuk bagaimana seni itu telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hidupnya. “Saya sempat vakum melukis selama 10 tahun. Saat itu, saya di Madura bersama ayah yang usaha galangan kapal, jadi saya ikut mengerjakan itu,” paparnya.

Seniman inspiratif Ni Way gelar acara Artist Talk di Sudakara Artspace/Foto: doc.balihbalihan

Setelah pandemi ketika kembali menetap di Bali, Ni Way kembali aktif melukis. Melukis memang passion Ni Way. Namun, duka atas kepergian orangtua dan saudaranya pada tahun 2020 dan 2021, membuat Ni Way kembali melukis dengan tema hope atau harapan selalu ada.

Dalam karya-karya lukis itu, ada satu karya bersujud sebagai bentuk rasa bersyukur, pengharapan, dan terimakasih. “Sebelumnya saya memang sudah melukis, dan kemudian kembali lagi ke Bali, ketika ayah dan ibu saya pergi untuk selamanya,” imbuhnya.

Setelah di Bali, waktunya lebih banyak untuk menuangkan ide-ide ke dalam media kanvas. Maka, tak main-main, lukisan yang dihasilkannya usai aktif kembali mencapai 200 selama 4 tahun terakhir.

Baca Juga:  Kutipan dari Script Monolog Ni Pollok Bercerita

“Saya membuat lukisan itu berseri. Dalam satu seri itu bisa mencapai sebanyak 25 lukisan. Seperti tema Time, fullnya ada sebanyak 27 lukisan berseri. Bahkan, untuk tema Friendship masih 11 lukisan,” sebutnya ke peserta yang kebanyakan penggiat dan penikmati seni.

Seniman inspiratif Ni Way gelar pameran karya lukis dipadu Single Entrepreneur Club/Foto: doc.balihbalihan

Ni Way mengatakan, dalam satu seri itu terkadang tak tuntas dikerjakan selesai hari itu, terkadang dilanjut lagi pada waktu berikutnya. Satu diantara, lukisan yang cukup berkesan baginya adalah lukisan bertajuk Sing Hallelujah 2.

Menurutnya, Hallelujah itu merupakan lukisan pertamanya setelah ia vakum melukis selama 10 tahun. Lalu tentang pemilihan ide adalah pengalamannya. Kalau ia lagi marah, diolah dulu, bukan marah-marah disampaikan kepada orang, melainkan diungkap dalam seni goresan.

Untuk pameran di Sudakara ArtSpace ia menyajikan sebanyak 24 lukisan dengan 3 tema, Unconditionally Love, Thankfull dan Friendship. Ada 7 lukisan yang laku terjual dari 24 lukisan itu. Ni Way akan mengadakan pameran di beberapa tempat, termasuk di Jakarta pada Juli 2025.

Baca Juga:  Laporan Pentas “The Seen and Unseen” dari Australia [2] – Kami Merayakan Galungan di Negara Lain

Selain diisi dengan acara Artist Talk, pameran Soul Free itu juga dimeriahkan dengan acara Single Entrepreneur Club yang menyajikan berbagai hasil produk mereka. Acara itu mirip dengan pameran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Berbagai jenis karya para perempuan itu menjadi daya tarik para pengunjung, termasuk wisatawan asing yang tinggal di hotel itu. “Single Entrepreneur ini karena kita bergerak menghadirkan sesuatu yang membutikan bahwa kita lebih kuat,” ucap Ni Way.

Setelah itu, akan dilanjutkan dengan Art Therapy yang akan mengajak orang untuk melakukan dancing of paper. “Kita mendengarkan musik dengan memejamkan mata melakukan corat-coret,” paparnya.

Mereka hanya memegang pensil, lalu mendengarkan musik kemudian menghitung ketukan dari musik itu lalu bergerak. “Melalui ketukan musik itu, mereka mulai menggerakan pensil di atas kertas, setelah membuka matanya maka sudah ada coretan bagian dari jiwanya,” ucapnya.

Baca Juga:  I Wayan Seregeg dan I Wayan Mudita Adnyana Menerima Penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama

COO Sudamala Resorts, Ricky Putra mengatakan, Ni Way sebagai seorang terapis seni membahas bagaimana seni dapat menjadi alat yang kuat untuk penyembuhan dan pengembangan diri. “Kami sangat antusias menghadirkan Ni Way dalam acara ini,” ujarnya.

Menurut Ricky Putra, karya-karyanya tidak hanya indah, tetapi juga mengandung pesan yang mendalam. “Kami berharap acara ini dapat menginspirasi banyak orang untuk lebih menghargai seni dan menemukan kekuatan penyembuhan di dalamnya,” tutupnya. [B/puspa]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post