Persahabatan Seni Kolaborasi Bali Malaysia Watercolor Art Exhibition 2024
Perupa Bali dan Malaysia menggelar pameran bersama “watercolor Art Exhibition 2024” di Bakti Wiyasa Art Gallery di Desa Pemanis, Tabanan, Bali. Pameran yang melibatkan 35 perupa, terdiri dari 19 perupa asal Malaysia dan 16 perupa asal Bali memajang sebanyak 50 karya.
Pameran Kolaborasi Bali Malaysia watercolor Art Exhibition 2024 akan dibuka oleh Anak Agung Gde Rai atau biasa dipanggil Agung Rai, pemilik ARMA Museum pada, Sabtu 23 November. Pameran akan berlangsung hingga 30 November 2024.
“Pameran Kolaborasi Bali Malaysia watercolor Art Exhibition 2024 ini menampilkan perkembangan terkini dari progress teknik watercolor masing-masing perupa,” kata Made Bakti Wiyasa saat jumpa pers di Bakti Wiyasa Art Gallery, Jumat 22 November 2024
Pada saar jumpa pers itu, hadir pula dua perupa Malaysia, yakni Alina Hermeney dan Gunasegar MKK Olakanathan serta didampingi I Made Sutarjaya dan Bagus Sastra perupa termuda dalam pameran itu.
Dalam pameran ini, lanjut Bakti Wiyasa, Perupa Bali (Indonesia) dan perupa Malaysia satu gagasan berbahasa secara visual dengan media cat air atau watercolor. Pameran ini membuktikan, dunia seni rupa mengalami perkembangan dinamis dan signifikan.
“Bergairahnya dunia seni rupa dan infrastrukturnya pada suatu negara menjadi penanda penting dari sebuah Bangsa. Dunia seni rupa, dunia dengan cat air atau watercolor telah hadir sebagai wacana tersendiri,” jelas Bakti Wiyasa santai
Pameran merupakan keberagaman yang harmoni, merepresentasikan kekayaan bahasa visual dari masing masing bangsa dalam ungkapan yang bebas sesuai karakter personal tipa perupa dalam mengekspresikan cat air.
Menurut Bakyi Wiyasa, pameran persahaban seni ini terjalin tidak pertama kalinya antar Indonesi dan Malaysia. Sebelumnya pernah beberapa kali didahului kerjasama dan pameran bersama, kolaborasi kreatif antar dua bangsa Indonesia-Malaysia di Bandung.
Juga event Titian Muhibah Seni Malaysia-Indonesia sempat terselengara antar seniman kedua bangsa beberapa periode sebelumnya. “Pameran ini semacam representasi keterbukaan hubungan, jejaring antar bangsa dalam ranah seni rupa dunia,” sebut Bakti Wiyasa.
Bakti Wiyasa art Gallery hadir dari desa kecil di Bali guna membangun jejaring yang terbuka dan saling mengapresiasi. Galeri ini diharapkan bisa menjadi semacam panggung terbuka dalam menjalin persahabatan global dengan pameran bersama, art residence para perupa berkarya.
Lalu, melewati beberapa waktu di Desa Pemanis Tabanan Bali kemudian berakhir dengan pameran di ruang pajang Bakti Wiyasa Art Gallery. “Di sini, kita bisa simak kekayaan keindahan karya-karya perupa Indonesia (Bali) dan Malaysia,” harapnya.
Alina mengaku senang dan bangga terlibat dalam pameran bersama perupa Bali ini. Para perupa di Bali, memang lahir dengan jiwa seni. Beda dengan perupa di Malaysia itu yang lahir dari sekolah juga karena hobi, dan itu dilakukan dalam masih bekerja.
“Saya akan terus melukis untuk generasi kedepan. Sebab, generasi kedepan yang sibuk dengan teknologi. Intinya, saua ingin berkontribusi dengan anak-anak generasi akan datang,” ucap Alina serius.
Menurutnya, melukis itu merupakan kesadaran di dalam diri. Lalu, dikembangkan melalui ilmu dan dari kesadaran diri. “Kalau sibuk dengan teknologi, gadget maka pikiran itu akan disitu saja, padahal kita mempunyai perwatakan yang berbeda,” sebutnya.
Alina dan Gunasegar mengaku senang melakukan pameran di alam terbuka, dekat sawah, serta pemandangan alam yang eksotik. Pameran ini, untuk mendekatkan diri kepada alam. “Serasa, ada kontak bathin, kesejukan dan seusana lebih nyaman,” ucap Gunasegar.
Beda dengan pameran di Malaysia yang selalu di dalam gedung-gedung tinggi. “Saya akan mengundang warga Malaysia di Bali untuk menyaksikan pameran ini,” ujarnya.
Menarik dari pameran ini, para perupa tidak mempermasalahkan karya-karya mereka dibeli ataupun tidak laku. “Yang terpenting adalah kolaborasi persahabatan ini bisa terjaga dengan perupa Bali. Terjual atau tidak terjual itu tak penting,” semua mereka kompak.
Bali menampilkan karya-karya perupa yang konsiten dalam pencapain cat air mereka banyak melakukan inovasi teknik dalam bereksplorasi cat air, seperti Ngurah Darma, I Made Sutarjaya, Moelyoto, Irwan Wijayanto, Mangku Mahendra, Nyoman Wijaya, Krisnha Aditya.
Demikian pula perupa yang lekat dengan karya cat air di Indonesia Inovasi dan ekplorasi cara ungkap cat air yang menarik diterapkan apik, yakni perupa Tommy F Awuy, I Wayan Sudarna Putra, Bagus Sastra, Nyoman Loka Suara, Romi Sukadana, Gede Sukana, Darmo.
Karya-karya mereka dilatari dengan pengalaman yang panjang dalam mengolah karakter cat air untuk kebutuhan ekspresi. Mereka kemudian menampilkan karya ternaiknya dalam pameran yang berlangsung sekitar semingu ini.
Para perupa dari Malaysia pula dengan pengalaman yang matang menghadirkan pencapain-pencapain terkininya, yitu Alina Hermeney, Gunasegar MKK Olakanathan, Jenny Lim Mei Ling, Abby Lo (Lo Peik Sim), Adelynn Chan Yoke Nam, Amanda Vashti Leonard, Chloe Ong.
Termasuk Freda Lim, Jacob Lee Chor Kok, Katherine Chia, Liew Lee Shah, Lilian Lo Wei Chui, Liviana Lvy, Mabel Lim, Ng Chiao Ling, Pragya Agarwal, Sathi Koka, Theresa Wong, Wong Hoe Sin.
Dalam pamerran ini, Alina berhasil mengkoordinasi kawan-kawannya di Malaysia untuk bersepakat menggelar pameran Kolaborasi Bali Malaysia International Watercolor Art Exhibition 2024. [B/darma]