Kesenian Cak Hibur Wisatawan di DTW Tanah Lot, Pentas Setiap Hari

Kesenian Cak di DTW Tanah Lot/Foto: doc.DTW Tanah Lot
Sir…, yanger yangur yanger yang sir! Melodi itu terdengar begitu manis. Apalagi, dipadu dengan gerakan badan ke kanan dan ke kiri penuh jiwa, serta getaran jemari di atas kepala yang mampu menciptakan suasana malam yang semakin indah.
Penampilnnya begitu atraktif. Pada posisi yang lain, mereka membawakan gending yang berbeda dan dengan gerak yang berbeda pula. Ketika, mereka menari dalam posisi berdiri, langkahnya menghentak mengikuti irama lagu, cak… cak… cak… Sir! Cak… cak… cak.. sir!
Itulah pertunjukan kesenian Cak di De Jukung, tempat makan terletak di Daya Tarik Wisata (DTW) Tanah Lot, Tabanan, Bali. Kesenian tradisional Bali ini mejadi sajian menarik kepada wisatawan yang sedang menikmati DTW perpaduan alam dan budaya itu.
Kesenian yang diciptakan oleh Wayan Limbak, penari asal Bali dan Walter Spies, seorang pelukis dari Jerman pada tahun 1930-an itu disajikan setiap hari, setelah moment sunset berlangsung. Cak ini mengangkat cerita dari Epos Ramayana.
“Sajian kesenian Cak ini menjadi atraksi tambahan kepada wisatawan ketika sedang berwisata di DTW yang terletak di Desa Beraban, Kecamatan Kediri ini,” kata Kepala Divisi Promosi dan Pengembangan, I Wayan Sanjaya, Kamis 28 November 2024.

Pertunjukan Cak yang didukung penari alami ini, tampil dengan suara yang lirih mengiringi gerak tari dari dirinya sendiri. Ua menari, ia yang mengiringi. Gerak tarinya tergolong sederhana, hanya dipadu dengan lagu-lagu indah menjadi pertunjukan seni yang menarik dan berisi.
Para penari (Cak) yang hanya mengenakan kain poleng dengan telanjang dada menari-menari penuh enerjik. Ini menjadi sebuah pementasan yang menggabungkan unsur tari, nayanyi dan vokal mengundang decak kagum penonton.
“Pementasan Cak ini berlangsung di atas panggung berkapasitas 500 orang dan menampilkan kisah Sang Rama mencari istrinya yang diculik Rahwana yang dibantu Sang Hanoman,” papar Sanjaya.
Semangat dan kreativitas para penari, sajian Cak ini mampu menarik para tamu untuk menyaksikan kesenian yang berdurasi sekitar 30 menit ini. Pertunjukan Cak ini diadakan setiap hari, sangat disukai oleh wisatawan domestic ataupun mancanegara.
“Pertunjukan ini sangat diminati wisatawan, utamanya tamu asal India, karena mungkin ada kesamaan budaya dengan Bali,” ungkap Sanjaya.
Selain itu, rombongan wisatawan domestik yang kebanyakan merupakan rombongan gathering sebuah perusahaan juga sangat antusias untuk menyaksikan pertunjukan seni ini. “Sempat vacum pada saat Covid, namun sejak akhir 2022 kemali dipentaskan,” lanjutnya.
Para penari yang mendukung kesenian Cak ini berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Ada juga dari siswa, yang kebetulan menjadikan pertunjukan kecak ini sebagai tempat untuk menyalurkan dan mengapresiasikan hobby mereka di bidang seni.
“Berapapun jumlah tamu yang hadir, Cak ini selalu pentas, karena sudah dijadwalkan setiap hari. Kami beryukur, setiap Cak ini tampil selalu ada penontonnya,” tutup Sanjaya. [B/darma]

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali