‘Pewaris Jagat Bali’: Lagu Wajib Peserta Lomba Gending Rare Bulan Bahasa Bali VII

 ‘Pewaris Jagat Bali’: Lagu Wajib Peserta Lomba Gending Rare Bulan Bahasa Bali VII

Penampilan para peserta lomba Gending Rare rangkaian Bulan Bahasa Bali VII di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali jampir merata. Semua pererta tampil memukau, dan masing-masing memiliki kelebihan, mulai dari vocal, teknik juga penampilan.

Lomba ini diikuti sebanyak 23 peserta, dari 25 peserta yang mendaftar. Mereka membawakan satu buah lagu wajib berjudul “Pewaris Jagat Bali” dan satu lagu bebas. Meski ini lomba mengutamakan kualitas vocal, tetapi para peserta juga memperhitungkan penampilan.

“Anak-anak setingkat Sekolah Dasar (SD) yang mengikuti lomba Hending Rare tahun ini jauh lebih berkembang dan kualitasnya bagus-bagus semua. Kalau dibandingan dengan tahun lalu, ini bagus-bagus,” ujar Ketut Sumerjana selaku dewan juri, Selasa 11 Pebruari 2025).

Sumerjana menegaskan, rata-rata peserta dari kalangan anak-anak se tingkat SD itu memiliki kemampuan olah vokal dan penguasaan panggung yang cukup baik. “Perkembangan anak-anak dalam mengkemas vokal begitupula penguasaan panggung, cukup baik,” sebutnya.

Baca Juga:  Bendesa Adat Kunci Awal Pengembangan Bahasa Bali di Masyarakat

Dari lagu yang disajikan, lanjut Sumerjana, juga ada peningkatan. Dimana lagu-lagu Bali di masa lalu itu di aransemen baru, lalu disajikan sangat menarik. “Seperti lagu Cening Putri Ayu, di aransemen menawarkan bentuk kebaruan, dan cukup menarik,” ungkapnya.

Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu kemudian berharap, melalui lomba ini dapat memotivasi anak-anak untuk melangkah ke tingkat lebih tinggi lagi. “Ini bisa mengharumkan nama Bali, selanjutnya juga bisa tampil di ajang nasional maupun internasional,” sarannya .

Dewan juri Putu Liana Dewi mengaku, melihat ada perubahan kualitas peserta dibanding tahun lalu. “Saya melihat perubahan dibandingkan tahun lalu. Kalau sebelumnya banyak vokalisasinya yang kurang, saat mengeksplorasi panggung juga sangat lemah,” paparnya.

Liana yang juga mantan penyanyi cilik ini menekankan, dalam bernyanyi yang terpenting ada powernya, bernyanyi itu seperti membawa cerita. “Sekarang ini, rata-rata semua bagus, hebat adik-adik kita, begitupula dukungan buat orang tuanya,” ucap Liana.

Baca Juga:  Festival Komponis Perempuan Wrdhi Cwaram: Merayakan Bentuk-bentuk Musikal yang Lahir dari Ekspresi Kekinian

Demikian pula halnya, juri ketiga Dr. Gusti Sudarta yang memuji para peserta dengan memiliki kemampuan bernyanyi luar biasa. “Kita sampai bingung untuk menentukan mana yang paling baik diantara yang terbaik,” ujar dosen ISI Denpasar itu.

Gusti Sudarta menilai secara keseluruhan teknik vokal sangat bagus anak-anak walaupun masih SD. Antusias anak-anak untuk belajar Tembang Rare kian meningkat. “Lagu anak-anak semakin dikembangkan, dan diciptakan lebih banyak lagi lagu-lagu untuk anak-anak,” harapnya.

Bila perlu, sambungnya, seleksi lomba bisa dilakukan mulai dari kabupaten dan kota. “Apabila jumlah peserta cukup banyak, seperti lomba gender di ajang PKB, itu melalui seleksi kabupaten kota, mereka bertarung dulu di tingkat daerah pemenangnya bisa mewakili untuk maju di tingkat provinsi,” tandasnya.

Dalam lomba Gending Rare tahun ini tim dewan juri menetapkan tiga pemenang . Untuk juara I diraih Ni Putu Stista Pradnya Dwyastra dari Bangli, posisi kedua Nithi Warsiki Prajawati (Denpasar) dan juara ketiga Ni Luh Putu Eka Octaviani (Denpasar). [BB/darma]

Related post