Bedah Buku Karya Made Suar Timuhun di Bulan Bahasa Bali

 Bedah Buku Karya Made Suar Timuhun di Bulan Bahasa Bali

Bedah Buku Karya Made Suar Timuhun di Bulan Bahasa Bali/Foto: ist

Serangkaian perayaan Bulan Bahasa Bali tahun 2025 digelar acara bedah buku kumpulan cerpen karya Made Suar-Timuhun. Ada dua buku yang dibedah yakni Klangen Ngeberang Angen dan Anak Muani Ane Tusing Kena Iusan Pakibeh Jagat.

Bedah buku yang digelar di stand Bulan Bahasa Bali di Gedung Ksirarnawa, Art Center, Selasa 11 Februari 2025 digelar atas kerjasama Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Komunitas Mahima, Suara Saking Bali, Pustaka Ekspresi dan Komunitas Wartawan Budaya.

Dua pembedah dihadirkan, I Made Wiadnyana (Penyuluh Bahasa Bali) membahas buku Klangen Ngeberang Angen dan Made Nurjaya Putra Mahadika (penulis dan guru) membahas buku Anak Muani Ane Tusing Kena Iusan Pakibeh Jagat.

Diskusi selama dua jam ini berjalan hangat dengan kehadiran siswa SMAN 3 Denpasar, SMPN 14 Denpasar dan beberapa Penyuluh Bahasa Bali. Made Wiadnyana menuturkan, kumpulan cerpen Klangen Ngeberang Angen memuat 13 cerpen bertema edukasi hingga persoalan cinta.

Baca Juga:  100 Model Peragakan 33 Fashion Designer Nasional dan Internasional di BIFW 2022

Yang menarik menurutnya adalah salah satu cerpen berjudul Tresna Muduhin. “Tidak seperti pada umumnya, karena cinta menjadi gila. Tapi ini orang gila yang jatuh cinta,” paparnya.

Selain itu, ada juga beberapa cerpen yang memuat edukasi dan petuah. “Secara umum cerpen ini hampir senada. Beberapa juga konfliknya kurang diolah sehingga terkesan datar,” paparnya.

Sementara Made Nurjaya menyebut kumpulan Anak Muani Ane Tusing Kena Iusan Pakibeh Jagat banyak memuat cerita diskriminasi terhadap perempuan.

Dari 11 cerpen, ia mencatat ada 8 cerpen yang memposisikan perempuan sebagai pembawa masalah. “Saya jadi ingat kisah Mahabharata yang konfliknya bermula dari Drupadi dan Ramayana, perang terjadi karena Dewi Sita,” katanya.

Bahkan dalam kumpulan ini juga ada kisah hubungan sedarah antara anak dengan ibu, hingga menantu dengan mertua.

Baca Juga:  Debat Mabasa Bali, Tontonan Menarik Diajang Bulan Bahasa Bali

Sementara tiga cerpen lainnya berkisah tentang pria. “Salah satunya ada yang unik, dimana ada seorang laki-laki yang mengalami keterbelakangan mental bisa sukses dari beternak sapi. Saya kira ini sangat unik,” paparnya.

Penulis, Made Suar-Timuhun mengaku, cerpen dalam kumpulan Klangen Ngeberang Angen ia tulis sepanjang tahun 2016 hingga 2022. “Ini saya tulis di masa-masa saya kurang produktif,” paparnya lelaki asal Klungkung ini.

Sedangkan kumpulan Anak Muani Ane Tusing Kena Iusan Pakibeh Jagat ditulisnya selama 6 bulan dan terbit tahun 2024. Baginya, dalam menulis sebuah cerpen harus terus berlatih dan menulis, sehingga sebuah cerita bisa terselesaikan. [BB/*]

Related post