Terdampar di Bali, Sun Rong Fang Gelar Pameran Obart di Galeri Zen1

 Terdampar di Bali, Sun Rong Fang Gelar Pameran Obart di Galeri Zen1

Pandemi Covid-19 bisa mengubah segalanya. Termasuk, Sun Rong Fang (Funky Sun) seorang perupa asal Negeri Tirai Bambu. Pada Desember 2019, ia mendarat di Bali bermaksud merayakan tahun baru di Pulau Dewata. Tetapi, Covid-19 dengan cepat mewabah, sehingga karena satu dan lain halnya Sun tak pulang ke negaranya. Ia terdampar di Pulau Dewatai. Namun, hal itu menjadi berkah baginya. Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk menekan laju penularan Covid-19, memberikan banyak waktu kepadanya untuk tekun berkarya.

Sun Rong Fang

Di tempat tinggalnya yang jauh dari keramaian, yakni di Tegallalang – Ubud, Sun merenung dan mencipta. Sun banyak merenungkan situasi kemanusiaan yang berubah secara dramatis akibat pandemi. Ia menciptakan karya seni yang menanggapi kehidupan baru manusia di tengah ancaman penyakit menular. Karya seni itu berupa goresan ekspresi yang sangan indah dan sarat makna. “Saya memamerkan karya lukis itu di Galeri Zen1, Badung, Bali. Saya memajangnya selama 20 hari (2 – 22 Mei 2021),” katanya disela-sela pameramn ini dibuka, Minggu 2 Mei 2021.

Wanita berkulit putih ini memamerkan sebanyak 26 karya lukis dan 2 karya instalasi. Tema pameran perdananya di Indonesia ini, itu tergolong unik, yakni “Obart”, berasal dari dua kata “obat” dan “art” (seni). Konon, ia mendengar dari seseorang, bahwa nama Ubud bermakna obat. Obart menjadi ungkapan baru yang menunjuk gagasan kreatif seorang perupa Cina di Ubud, tentang pertalian mendalam antara seni dan pengobatan. Seni dan penyembuhan.

Dalam situasi pandemi Covid-19, semua orang menghadapi masalah kesehatan. Ada yang kehilangan anggota keluarga, ada yang menderita, ada yang ketakutan. “Nah, yang bisa kita lakukan dalam situasi ini adalah memahami tubuh kita dengan cara yang benar. Itulah sebabnya aku ingin berbagi Obart dengan semua orang melalui seniku,” ungkapnya serius.

Baca Juga:  “Fashion” Kreatifitas Anak Muda dalam D'Youth Carnaval Competition

Kurator pameran, Arif Bagus Prasetyo mengatakan, melalui serangkaian gubahan visual puitis yang lahir dari renungan tentang tubuh dan alam, pameran Obart berbicara tentang seni penyembuhan. “Sun tampak memahami seni penyembuhan dalam dua arti yang tak terpisahkan. Penyembuhan sebagai seni, dan seni sebagai penyembuhan,” ujarnya.

Karya-karya dalam Obart ini berangkat dari pengalaman pribadi Sun ketika menyembuhkan dirinya sendiri, khususnya masalah psikologis yang dialaminya. Obart merefleksikan bagaimana Sun berpikir tentang dirinya dan lingkungan, tentang dunia di dalam dan di luar dirinya. Refleksi personal tentang penyembuhan ini berjalin dengan pemikiran mengenai kehidupan umat manusia yang kini berjuang menyembuhkan diri dari pandemi. Penyembuhan yang diangkat dalam Obart berakar pada ajaran Taoisme, tradisi filosofis-religius tua Cina yang dianut oleh Sun.

Tema penyembuhan yang diresapi pandangan Taois tampil menonjol dalam sejumlah lukisan Sun yang dibuat pada media kertas beras khas Cina. Keselarasan dengan alam terungkap dalam lukisan-lukisan yang menampilkan citraan alam seperti bunga, daun, batang pohon, dan binatang. Citraan-citraan itu digoreskan pada kertas dengan garis mengalun dan sentuhan penuh perasaan.

Karakter liris yang kuat juga terpancar dari beberapa lukisan kertas lain yang bersubjek figur manusia. Ada orang-orang yang digambarkan sedang melakukan kegiatan jasmani seperti kungfu. Ada pula seseorang yang duduk dengan sikap tubuh meditatif. Sebuah lukisan memperlihatkan skema pertautan antara titik-titik pada wajah dengan organ internal manusia. Figur manusia dalam lukisan Sun seperti menunjukkan kesadaran tinggi akan tubuh.

Sun Rong Fang

Hampir semua lukisan kertas Sun yang bersubjek manusia disertai dengan tulisan beraksara Cina. Tulisan Cina tersebut dikutipnya dari buku kecil manual ajaran Taoisme yang dibawanya ke mana pun ia pergi. Selain lukisan kertas, pameran Obart juga menampilkan salinan cetak dari lukisan digital yang dikerjakan dengan aplikasi lukis di komputer tablet. “Karya-karya ini merupakan bagian dari seri buku harian visual (visual diary) yang dihasilkan Sun sejak beberapa tahun lalu,” papar Arif.

Baca Juga:  TNI Manunggal Membangun Desa Beri Dampak Positif Bagi Kemajuan Wilayah

Sebagaimana lazimnya pelukis Cina, Sun akrab dengan teknik lukis pada kertas beras. Ia bahkan belajar kaligrafi dari kakeknya sejak kecil. Namun, Sun tak segan melukis dengan media komputer tablet. Baginya, bahan lukis tidak penting. Yang penting adalah apa yang disampaikan dalam lukisan. Meskipun demikian, efek visual khas lukisan tetap menjadi salah satu daya tarik kuat karya digital Sun.

Berbeda dengan lukisan kertasnya yang terasa “Cina”, lukisan digital Sun berkarakter kosmopolitan. Karya-karya digital Sun menampilkan pemandangan berbagai belahan dunia: Eropa, Mesir, India, Hong Kong, Bali. Ada keragaman budaya. Ada percampuran ras, etnis, jenis kelamin, kelas sosial, bahkan agama. Seakan tidak ada lagi batas kultural dan sekat identitas.

Lukisan digital Sun bertabur warna-warni cerah. Suasananya terasa ceria. Alam yang molek. Kota nan elok. Daun dan bunga begitu segar. Makanan dan minuman bertebaran. Orang-orang bersantai menikmati hidup. “Semua seakan memancarkan energi positif.
Sun yang juga menekuni kungfu dan ilmu penyembuhan tradisional Cina ini ingin berbagi energi yang baik, yang sehat, melalui seni. Seni itu seperti obat. Seni itu seperti vitamin. Seni memberi energi yang baik dan menyembuhkan,” sebutnya.

Pemilik Galeri Zen1, Nicolaus F. Kuswanto mengatakan, suatu kehormatan baginya karena pelukis level dunia seperti Sun, memilih Galeri Zen1 sebagai tempat pameran. ‘’Tentunya kami tetap padu bersama kurator untuk pengembangan konsep serta seleksi karya yang ditampilkan,’’ ujarnya.

Keistimewaan karya Sun, ada pada digital drawing dengan ipad untuk tema tema journey dan kaligrafi di atas kertas dengan filosofi kebhatinan, pengobatan dan inner power.
Melalui karya-karyanya, Sun menjadikan seni sebagai salah satu obat penting dengan pesan-pesan dan energi positif dalam melawan pandemi Covid-19. [B/*]

Related post

48 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *