Karya Kreatif Generasi Muda: 7 Kecamatan Pentaskan Kekhasan Budaya Daerah dalam Pawai Budaya Gianyar

Pawai Budaya menyambut perayaan Hari Ulang Tahun HUT ke-254 Kota Gianyar/Foto: doc. Hms Gianyar
PAWAI Budaya menyambut perayaan Hari Ulang Tahun HUT ke-254 Kota Gianyar menjadi tontonan paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Jauh sebelum acara dimulai, Open Stage Balai Budaya Gianyar yang menjadi pusat perhelatan budaya itu sudah dipadati pengunjung.
Hal itu, tentu memacu semangat duta tujuh kecamatan se-Kabupaten Gianyar untuk tampil menarik dengan menunjukkan kreasi terbaiknya. Meski dalam bentuk pertunjukan seni berjalan, namun para duta kecamatan tak main-main dalam menggarap, sehingga menarik untuk ditonton.
Pawai Budaya kali ini para seniman menyajikan karya kreatif yang mengarah pada penggambaran jati diri dan kekhasan budaya daerah di wilayah Kabupaten Gianyar yang selalu berkembang.
Pawai Budaya diawali dari Duta Kecamatan Tegallalang mengangkat cerita Memelang, ritual sakral tahunan yang dilaksanakan di Desa Sebatu sebagai ungkapan rasa syukur krama subak dan doa untuk kesuburan padi. Lalu, menampilkan ogoh-ogoh Batan Merem dari ST. Cila Mekar.
Duta Kecamatan Payangan menampilkan fragmentari yang berjudul Tirta Malung, yang menceritakan tentang perjalanan Rsi Markandiya ke Desa Melinggih Kelod Payangan, dimana beliau mendirikan tempat pemujaan yang disebut Tirta Malung.
Sampai sekarang bebaturan tersebut menjadi sebuah tempat suci disebut Pura Sinutan, dan seiring perkembangan jaman yang akhirnya menjadi Pura Senetan. Puncaknya Duta Kecamatan Payangan menampilkan ogoh-ogoh Bhuta Dungulan.
Duta Kecamatan Tampaksiring menampilkan kesenian tari khas lokal Desa Pejeng Kaja seperti Tari Rejang Pependetan dan Tari Baris Bedil, sebagai wujud simbul atas karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagai Garapan Tematik, Kecamatan Tampaksiring menampilkan fragmentari dengan judul Asura Bhuta, yang menceritakan tentang kisah perjalanan Mayadenawa akan adanya tukad petanu. Puncaknya Duta Kecamatan Tampaksiring menampilkan ogoh-ogoh Tulak Tunggul.
Duta Kecamatan Ubud,menampilkan karya monumental yang sudah tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat yaitu Legong Peliatan. Lalu, menampilkan fragmentari yang berjudul Singa Ambara Kerta, serya pucak menampilkan ogoh-ogoh Catur Sanak dari STT. Pandawa Banjar Tarukan Mas.
Duta Kecamatan Sukawati membawakan garapan tematik dengan judul Mekencan Kencan, yang memiliki makna ungkapan rasa bahagia dan syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa karena seluruh rentetan sudah berjalan dengan baik.
Upacara Makencan-kencan diawali dengan tarian rejang Dewa, prosesi pemendakan, prosesi metajen, gegaluhan, Tarian Gambor, persembahan Baris Miasa, dan acara Incang Incung yang diakhiri dengan Nguying atau ngurek. Puncaknya Duta Kecamatan Sukawati menampilkan ogoh-ogoh Sapatha Kala atau Kutukan Kala.
Duta Kecamatan Blahbatuh mementaskan yang berjudul Saeka Shanti yang menceritakan, tentang pesamuan dari Sembilan sekta dipadukan menjadi Tri Murti menganut paham Siwa Budha sebagai dasar agama, pembentukan Pura Kayangan Tiga dan Desa Pekraman.
Tempat pelaksanaan samuan agung tersebut diberi nama Pura Samuan Tiga yang berlokasi di Desa Bedulu Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar. Puncaknya Duta Kecamatan Blahbatuh menampilkan ogoh-ogoh Sandikala dari Sekaa Teruna Dharma Sisula.
Terakhir Duta Kecamatan Gianyar membawakan fragmentari dengan judul Kancing Gelung, mengisahkan perjalanan suci Dharmayatra Dang Hyang Niratha atau Dang Hyang Dwijendra atau Pedanda Sakti Wawu Rauh menuju arah timur.
Biasanya beliau menganugerahkan Kancing Gelung yang diletakkan di pelinggih sebagai tanda bahwa beliau pernah berdharma yatra ke pura tersebut. Puncaknya Duta Kecamatan Gianyar menampilkan ogoh-ogoh Sapta Timira.
“Pawai budaya ini diapresiasi setinggi-tingginya karena mengedepankan tata titi Jagat Bali dimana melibatkan adat, seni, dan budaya,” kata Wakil Gubernur Bali, I Nyoman Giri Prasta yang turut hadir di menyaksikan pawai yang berlangsung Kamis 17 April 2025 itu.
Kabupaten Gianyar memang maju dari segala aspek, namun jangan sampai menggerus adat dan budaya Gianyar yang memang menjadi ikon Kota Seni di Bali. Dengan pawai ini akan memberikan wadah kepada seniman dan budayawan untuk mengeluarkan karya terbaiknya.
“Saya berharap masyarakat yang hadir dalam pawai ini Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentram Kerta Raharja,” harap Wakil Gubernur Goto Prasta.
Sementara, Bupati Gianyar I Made Mahayastra tampak bangga atas pawai seni dan budaya yang ditampilkan itu. Pawai budaya ini, merupakan salah satu momentum untuk memperkenalkan, menyebarluaskan dan melestarikan kekayaan seni dan budaya yang dimiliki Gianyar.
Bupati Mahayastra berharap pawai budaya ini tidak hanya menjadi tontonan yang indah, tetapi juga menjadi representasi utuh dari kekayaan dan keberagaman budaya Kabupaten Gianyar.
“Kami berkomitmen untuk terus mendorong dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan seni dan budaya di seluruh wilayah Gianyar, sebagai upaya nyata dalam melestarikan warisan leluhur dan memperkuat identitas Gianyar yang kita cintai,” tegasnya. Bupati Mahayastra. [B/*/]

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali