Tujuh Perupa Red Dragonfly Pamerkan ‘Us’ di Artspace ARTOTEL Sanur

 Tujuh Perupa Red Dragonfly Pamerkan ‘Us’ di Artspace ARTOTEL Sanur

Tujuh perupa Red Dragonfly pamerkan ‘Us’ di Artspace ARTOTEL Sanur/Foto: darma

TUJUH perupa perempuan dari Red Dragonfly memajang karya lukisnya di Artspace, ARTOTEL Sanur – Bali. Mereka memamerkan sebanyak 27 karya lukis untuk pecinta seni di Bali ataupun dari luar negeri. Masing-masing karya tak hanya indah, tetapi sarat dengan pesan.

Ada yang mengangkat planet yang lagi menderita, kehidupan wanita yang menggelitik, mengangkat isu lingkungan, ada yang menyuarakan isi hati, sehingga dalam setiap deretan karya yang menghiasi lobi ARTOTEL Sanur itu berbicara tentang kisah yang menarik dibicarakan.

Sebanyak 7 perupa perempuan itu, terdiri dari Wike, Novi, Reski, Nadya, Lily, Ina dan Gaby. Mereka benar-banar menyoroti suara, perspektif, dan ekspresi tulus mereka melalui beragam material dan pendekatan artistik.

Menariknya, walau sama-sama menyajikan karya seni di atas kanvas, namun masing-masing perupa menyajikan ide, gagasan ataupun gaya yang tidak sama. Berbeda karya, tetapi ada sebuah kesamaanya yang menghubungan, yakni harmoni.

Baca Juga:  Pameran ‘BUILD UP’: Empat Seniman Bangun Proses Eksploratif dalam Perjalanan Karier Sebagai Perupa

Pameran bertajuk “Us (Kita)”, menjadi sebuah pameran seni kolaboratif antara Artotel Sanur Bali dan Red Dragonfly. Pameran dibuka pada Minggu, 16 November 2025 hingga berlangsung hingga 25 Februari 2026.

“Kami bangga bisa berkolaborasi dengan sekelompok perupa yang terdiri dari para wanita dengan kreativitas yang kemudian menghasilkan karya,” kata General Manager ARTOTEL Sanur – Bali, Agus Ade Surya Wirawan disela-sela pembukaan pameran itu.

Karya lukis yang disajikan dengan gaya yang berbeda-beda. Mereka menggambarkan kebebasan dan passion dari diri masing-masing, sehingga karya – karya ini dapat dinikmati oleh tamu hotel, tamu luar hotel, dan semua penikmat seni.

Perupa perempuan Red Dragonfly pamerkan ‘Us’ di Artspace ARTOTEL Sanur/Foto: darma

Wike dalam karya lukisnya, menyampaikan perjalanan hidupnya yang terkait dengan planet yang lagi menderita. Laut menjadi sangat penting yang diangkat lewat karya lukisanya. Hal itu diungkapkan lewat warna yang semuanya mengandung cerita.

Baca Juga:  Wayang Kulit ‘Jayadrata Antaka’ di PKB Ke-47, Ajak Penonton Menghargai Sesama dan Memanusiakan Manusia

Momen yang diangkat adalah sun rice di Pantai Sanur, bale, wanita Bali dan kura-kura sebagai simbol panjang umur. Semua onjek itu memberi kekuatan. “Pesannya untuk memberi kekuatan bagi para wanita, kita pasti bias, maka penting membangkikat keyakinan itu,” terangnya.

Reski menyajikan karya-karya yang dibuatnya secara tiba-tiba. Ketika ia jalan-jalan dan melihat sesuatu, ia langsung menggambarnya. Wanita ini memang suka sketsa atau menggambar langsung di tempat (en plein air) saat bepergian atau berjalan-jalan.

Jika melihat pamerannya itu, menunjukkan karya-karya Reski memiliki sifat observatif dan kreatif, di mana ide atau pemandangan menarik langsung diabadikan dalam bentuk visual. Ini yang menarik dari pelukis perempaun ini.

Lily suka menggambar dengan teknik border. Teknik ini sebagai cara untuk mengkomunikasikan emosi dan perasaannya. Ia melukis dengan menggunakan benang yang menyampaikan pesan kebaikan, juga kejujuran.

Baca Juga:  Jangan Hilangkan Taksu Kesenian Sakral

Sulaman tangan menampilkan gambar wajah wanita yang dilengkapi bunga. “Inspirasi dari keseharian saya. Saya banyak memikirkan inspirasi dari sudut pandang seoarang perempuan,” bebernya.

Novi menyajikan line art, jenis seni yang dibuat dari garis-garis tegas untuk membentuk sebuah gambar. Ia lebih banyak menggunakan warna hitam putih dan tanpa gradasi warna. Karya seni visual ini berfokus pada kontur dan bentuk objek melalui goresan garis.

Gaby menyajikan karya lukis bergaya realis yang menggunakan media akrilik. Gaya ini menekankan pada penggambaran yang akurat dan jujur terhadap objek atau potret. Ia lebih banyak mengangkat tema air dan tentang elemen wanita.

Nadya, menggunakan cat air dalam karya lukisanya. Ia juga lebih banyak mengangkat tema alam yang belakangan ini sering diperskosa oleh manusia. “Kita sebagai wanita harus percaya diri, jangan minder. Semua perbedaan itu, ada sesuatu yang lebih untuk saling membangun,” ucapnya.

Baca Juga:  Wariga Relevan Sepanjang Zaman, Melakukan Kegiatan Tak Tepat Waktunya Menjadi Santapan Bhatara Kala

Wike yang merupkan koordinator pameran mengatakan, semua purupa perempuan ini benar-banar menyoroti suara, perspektif, dan ekspresi tulus mereka melalui beragam material dan pendekatan artistik.

Jika menyimak karya-karya itu, sebagai bukti tujuh seniman perempuan ini memang luar biasa. Alirannya sangat beragam, ada yang kontenporer art, abstrak, realis, ilustrasi dan lainnya. Masing-masing karya tampak jelas perbedaannya.

Itu karena karya mereka saling menonjolkan individualis dari masing-masing. “Persamaan dari kita semua, karena kita sama-sama suka art. Ini cara kami untuk mengekspresikan apa yang kita sukai. Maka kita angkat Us, karena hubungan dari kita semua,” ungkapnya.

Wanita ini saling menyupot satu sama lain. “Us itu mengungkapkan perjalanan hidup kita, apa yang kita sukai. Us itu hubungan dari artis dan orang yang melihat art-nya itu. Hubungan antara orang yang melihat lukisan dengan karya kita,” terang Wike.

Baca Juga:  Ida Bagus Anom Ranuara Pencetus Drama Klasik

Wike mengatakan, cerita ‘Us’ (Kita) bermula pada akhir tahun 2022 dengan sebuah postingan sederhana di salah satu sosial media oleh Wike di grup Komunitas Sanur, undangan terbuka untuk pertemuan seni informal di sebuah kafe lokal.

“Awalnya bermula dari keinginan untuk menciptakan ruang aman dan inspiratif bagi perempuan untuk berkumpul, mengekspresikan diri, dan saling mendukung melalui kreativitas, kemudian berkembang menjadi tempat di mana perempuan menuangkan hati mereka ke dalam karya seni,” ceritanya.

Pada tahun 2023, kelompok ini melahirkan Red Dragonfly Artisan Corner, sebuah pusat kreatif kolaboratif di mana seniman perempuan berbagi kisah mereka dan memamerkan karya seni mereka kepada publik.

“Corner ini dengan cepat berkembang melampaui ruang fisik, menjadi rumah bagi ekspresi artistik di mana setiap karya mencerminkan perjalanan pribadi dan jiwa pembuatnya,” imbuhnya. [B/darma]

Related post