Realitas Cat Air I Made Dolar Astawa: Seni Rupa di Antara Pariwisata, Representasi, dan Identitas Bali
Realitas Cat Air I Made Dolar Astawa/Foto: ist
PERALIHAN medium dan gaya yang dilakukan I Made Dolar Astawa seniman kelahiran Banjar Sema Payangan, 21 Agustus 1972, di penghujung tahun 2025 dari kecenderungan abstraksi menuju realisme cat air mdapat dibaca sebagai sebuah sikap kritis terhadap lanskap pariwisata Bali yang kian kompleks.
Pilihan untuk merekam ruang-ruang hotel, sudut bangunan, dan aktivitas wisatawan bukanlah tindakan dekoratif semata, melainkan strategi visual untuk menempatkan seni rupa sebagai medium refleksi atas relasi antara budaya lokal dan industri pariwisata global.
Dalam sejarah seni rupa Bali kontemporer, representasi pariwisata sering terjebak pada glorifikasi eksotisme atau, sebaliknya, penolakan total terhadap modernitas. I Made Dolar Astawa memilih posisi antara: ia tidak menolak pariwisata, namun juga tidak merayakannya secara berlebihan.
Melalui lukisan cat air yang realistik, tenang, dan terukur, ia menghadirkan keseharian pariwisata Bali sebagai ruang negosiasi yang terus berlangsung antara tradisi, ekonomi, dan kapital.
Berulangnya elemen arsitektur Bali seperti candi bentar, angkul-angkul, struktur atap tradisional, ornamentasi batu padas, serta tata ruang yang berlandaskan kosmologi berfungsi sebagai penanda visual yang sarat makna.

Elemen-elemen ini tidak hadir sekadar sebagai identitas estetis, melainkan sebagai simbol keberlanjutan nilai adat dan filosofi ruang Bali. Dalam konteks pariwisata, arsitektur tradisional kerap direduksi menjadi citra atau dekorasi, namun dalam karya Dolar Astawa ia diposisikan sebagai subjek budaya yang tetap memiliki daya hidup dan martabat.
Pilihan medium cat air memperkuat wacana ini secara konseptual. Transparansi warna, ketergantungan pada cahaya, serta sifat medium yang nyaris tidak memberi ruang koreksi menjadikan cat air sebagai metafora visual atas kondisi budaya Bali itu sendiri: indah, sensitif, dan rentan.
Setiap sapuan warna yang bersifat final merefleksikan keputusan-keputusan dalam pembangunan pariwisata yang sering kali tidak dapat ditarik kembali.
Kehadiran wisatawan dalam karya-karya ini ditempatkan secara sadar dalam posisi non-dominan. Mereka hadir sebagai bagian dari ruang, bukan pusat narasi.
Pendekatan ini secara halus menggeser sudut pandang pariwisata massal yang lazim memusatkan pengalaman pada wisatawan semata, dan menegaskan bahwa budaya Bali adalah subjek utama, sementara pariwisata seharusnya berperan sebagai tamu yang menghormati ruang yang dikunjunginya.
Objek seperti Griya Santrian ditampilkan bukan sekadar sebagai representasi hotel, melainkan sebagai studi kasus relasi ideal antara pariwisata dan budaya. Arsitektur, lanskap, dan atmosfer yang dilukiskan memperlihatkan bahwa industri pariwisata masih memiliki peluang untuk berpijak pada tradisi tanpa menjadikannya sekadar komoditas visual.
Namun, pada saat yang sama, karya-karya ini tetap menyisakan pertanyaan kritis: sejauh mana model pariwisata berbasis budaya ini mampu bertahan di tengah tekanan ekonomi dan logika pasar global?
Posisi I Made Dolar Astawa sebagai seniman sekaligus pengelola ruang seni di kawasan pariwisata Sanur menempatkan praktiknya dalam wilayah yang ambigu sekaligus produktif. Ia tidak berbicara dari luar sistem, melainkan dari dalam.
Lukisan-lukisan ini dapat dibaca sebagai bentuk refleksi internal sebuah kritik yang tidak hadir sebagai perlawanan frontal, melainkan sebagai ajakan untuk membaca ulang arah pariwisata Bali secara lebih etis dan berkesadaran.
Dengan demikian, karya cat air I Made Dolar Astawa merumuskan wacana tentang pariwisata berbasis budaya yang tidak kehilangan identitas dan nilai. Ia menolak Bali sebagai citra eksotis yang homogen, dan menawarkan Bali sebagai ruang hidup yang berlapis sejarah, filosofi, dan praktik budaya.
Di tengah dunia global yang semakin seragam, karya-karya ini menegaskan bahwa kekuatan Bali justru terletak pada kemampuannya menjaga perbedaan the only one in the world. [B]
Penulis: I Gede Made Surya Darma, seniman asal Tabanan

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali