Mengangkat Tradisi Lokal, Teater Ombak Tampil Memukau dengan ‘Bulan Kuning’
Seni teater menjadi salah satu cara terbaik untuk mengekspresikan keindahan budaya dan tradisi suatu daerah. Hal ini terbukti dari antusiasme Teater Ombak yang turut serta dalam lomba teater Topenk Party 17 tingkat SMA/SMK se-Bali yang diadakan rutin setiap tahunnya oleh Teater Topenk dari SMAN 2 Denpasar.
Dalam lomba teater yang berlangsung di Dharma Negara Alaya, Rabu 8 Januari 2025 itu, Teater Onbak tampil dengan semangat yang membara. Mereka membawakan cerita bertema kelahiran yang terinspirasi dari tradisi adat Bali, di mana kelahiran seorang anak disambut dengan berbagai upacara sakral pada hari-hari tertentu.
Dalam naskah teater berjudul ‘Bulan Kuning’, para siswa mengambarkan kisah tentang keluarga Bali yang belum memiliki keturunan. Mereka merasa putus asa, sehingga melakukan ritual untuk memohon keturunan. Kebetulan saat itu di hari Tumpek Wayang, maka lahirlah putri pertama mereka yang di beri nama Bulan Kuning.
Mereka sangat bahagia karena telah memiliki keturunan hingga mereka lupa kalau putri mereka dianggap salah wadi (lahir salah). Saat bulan kuning beranjak dewasa, banyak kejadian-kejadian aneh yang menimpanya, setelah kejadian itu, nenek bulan kuning baru mengingat bahwa bulan kuning lahir di Tumpek Wayang dan belum sempat melakukan Upacara Sapuh Leger.
Dalam tradisi Bali, kelahiran seorang anak memiliki makna spiritual yang mendalam. Sejak hari kelahiran, bayi dipercaya membawa energi suci yang memerlukan penyucian. Oleh karena itu, ada berbagai upacara yang dilakukan, terutama untuk anak yang lahir di hari tertentu seperti Bulan Kuning.
Latihan Intensif dan Dedikasi Para Siswa
Untuk mengikuti lomba teaetr ini, kelompok teater ini melakukan persiapan serius, bahkan tidak main-main. Sejak dua bulan sebelum lomba, mereka sudah berlatih intensif. Para siswa juga terlibat langsung dalam riset mengenai budaya Bali, hingga detail ritual kelahiran.
Dengan bimbingan dari pembina, para pemain ini berhasil menciptakan pertunjukan yang autentik dan penuh jiwa. Selain itu, mereka juga memperhatikan elemen panggung, seperti tata cahaya, kostum, dan property, sehingga menjadi sebuah pertunjukan seni panggung yang memikat.
Salah satu properti yang mencuri perhatian adalah replika batu besar yang dibalut dengan kain hitam putih. Replika itu ditata secara apik yang memang mirip batu, lalu digarap hingga menjadi satu kesatuan dalam adegan teater itu.
Respon Penonton
Penampilan teaeter ini memang terkesan lain. Suasana panggung terasa magis. Suara tiupan kerang menyambut penonton, menciptakan suasana sakral sebelum cerita dimulai. Akting para siswa mampu menghidupkan emosi penonton, mulai dari kebahagiaan menyambut kelahiran hingga ketegangan saat keluarga harus menentukan hari baik untuk upacara. [B/ingga]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali