Drama Gong ‘Kadga Maya’ di PKB Ke-47: Menghibur dan Sarat Pesan
Drama Gong ‘Kadga Maya’ dyta Kabupaten Badung di PKB Ke-47/Foto: dok. Tim Kreatif PKB
JIKA menyaksikan utwasa (parade) drama gong tradisi dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 pasti terhibur dibuatnya. Tak hanya itu, tuntunan dalam berprilaku juga ada yang dikemas dalam bentuk lawakan diperankan oleh dua punakan berhati baik dan dua punakawan berhati buruk.
Sebut saja suguhan drama gong berjudul “Kadga Maya” dibawakan oleh Sanggar Seni Harsa Wirasana, Banjar Jabajero Kuta, Kabupaten Badung. Saat tampil di Kalangan Ayodya Taman Budaya Bali, Minggu 22 Juni 2025 malam, darama gong ini dipadati penonton.
Ratusan pasang mata terpukau menyaksikan penampilan duta seni Kabupaten Badung ini. Itu membuktikan daya magisnya sangat tinggi, sehingga saian ini menjadi daya tarik. Drama ini sarat dengan tuntunan moral dan spiritual.
“Itu karena para pemain memadukan humor cerdas dan akting kuat yang membuat penonton terhanyut,” kata pimpinan Sekaa Drama Gong Sentananing Samudra, I Wayan Adi Wiguna disela-sela pementasan itu.
Lakon “Kadga Maya” mengisahkan perjalanan penuh liku I Made Ripta, pemuda pemburu yang tak sengaja memanah putri raja hingga masuk ke pusaran konflik politik dan cinta kerajaan. Intrik berdarah, pengkhianatan, dan pengorbanan berkelindan dalam drama ini.
Pergulatan antara sifat baik dan buruk, hingga akhirnya terungkap bahwa Ripta bukan orang biasa, melainkan putra mahkota kerajaan Surya Negara, Raden Semara Putra, yang menghilang sejak kerajaannya dihancurkan 27 tahun silam.
“Puncaknya, keris pusaka Kadga Maya, pemberian Hyang Berawi, menjadi simbol kebenaran dan identitas yang tak bisa dibungkam,” ujar I Made Ripta dengan detail proses penggarapan drama gong tersebut.
Penampilan para aktor yang memukau, tata busana dan riasan gemilang, hingga tabuhan gamelan yang menghentak menjadikan pentas ini sebagai salah satu penampilan paling berkesan di PKB tahun ini.
Drama ini digarap serius selama 3,5 bulan, melibatkan 16 aktor dan 26 penabuh. Di balik suksesnya, ada tangan dingin sutradara dan penulis naskah Drs. I Gusti Lanang Subamia, M.MPd., serta pembina tabuh I Nyoman Tri Sugiantara dan I Gede Suparka, S.Sn.
Sentuhan visual ditata apik oleh tim rias Windekoleh Fashion dan Kicuk Collection. Penampilan ini turut disaksikan langsung oleh tokoh-tokoh penting, termasuk Ny. Putri Suastini Koster, Kadis Kebudayaan Badung I Gede Sudarwita, dan jajaran tokoh masyarakat Kuta.
“Kami ingin menghidupkan kembali semangat maestro Kuta seperti Bapak Lotring. Drama Gong adalah warisan agung. PKB adalah panggung untuk membangkitkan dan mewariskannya ke generasi muda,” ujar Sudarwita.
Sementara Koordinator Parade Drama Gong Duta Badung, Wayan Eka Adnyana, S.Tr.Par., M.Tr.Par., berharap ajang ini menjadi batu loncatan munculnya seniman-seniman muda drama gong, terutama di wilayah Kuta.
Drama gong berjudul “Kadga Maya” ini bukan sekadar pertunjukan. Ia adalah panggilan untuk mengingat asal, menghargai pusaka, dan menjaga warisan. Kemasan cerita yang relevan, PKB kali ini menunjukkan seni tradisi tidak tua, hanya menunggu disentuh kembali dengan cinta dan kreativitas. [B/sana]

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali