Remaja Putri Sampaikan Nilai-nilai Kebajikan Melalui Lomba Dharmawacana di UDG 2025
Lomba Dharmawacana Remaja Putri serangkaian dengan Utsawa Dharma Gita 2025/Foto: darma.
KEMAMPUAN remaja putri dalam menyampaikan pengetahuan spiritual secara sistematis dan terarah melalui lomba Dharmawacana, tak biasa-biasa saja. Lihatlah, sebanyak 9 gadis cantik ini tampil secara bergirilan serangkaian dengan Utsawa Dharma Gita (UDG) ke-32.
Remaja putri ini adu kemampuan dibidang budaya di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali, Senin 27 Oktober 2025. Mereka tampil mempesona, memadukan empat unsur utama, seperti wicara (topik), wiraga (bahasa tubuh), wirama (intonasi) dan wirasa (penghayatan) yang sangat mandalam.
Sesuai fungsinya, melalui dharmawacana, para remaja putri tersebut berhasil menyampaikan nilai-nilai kebajikan dalam memberikan tuntunan dan pitutur sesuai dengan teks sastra yang ada. Mereka menyampaikan ajar-ajaran dharma agama kepada pendengarnya menggunakan bahasa Bali.
Hasilnya, sembilan gadis remaja itu berhasil memukau penonton dan dewan juri dengan gaya penyampaian yang sistematis dan menyentuh. Mereka menyampaikan tampil secara lugas dan jelas memberi inspirasi keagamaan dalam skala yang lebih luas.
“Materi inti dalam dharmawacana adalah tuntunan tentang darma. Ketika penyampaian dengan bahasa Bali disesuaikan dengan intonasi, sehingga menarik dan mampu membuat orang tertarik. Bahasa Bali yang digunakan mesti lengut (indah dan nyambung),” kata Juri I Gde Nala Antara.
Darmawacana itu menasehati yang dilengkapi dengan sumber-sumber teks, seperti kitab suci atau sumber suci, sehingga mampu membuat suasana teduh dan meneduhkan.
“Meski demikian, masih ada yang terbawa emosi. Karena orang berdharmawacana itu mesti melihat esensi, dan memberi edukasi dan nasehat dengan sumber yang jelas. Isinya harus nyambung dengan kutipan,” papar dosen Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana itu.
Penyampaian dharmawacana yang baik dapat meneduhkan suasana dan menuntun pendengar menuju kebijaksanaan. Namun, sebagian peserta masih terbawa emosi khas remaja dan perlu memperkuat pemahaman terhadap teks suci agar pesan dharma tersampaikan secara utuh.
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana itu menambahkan, kegiatan dharmawacana perlu terus digalakkan di berbagai tempat—baik di sekolah, kantor, maupun pura—guna membangun kesadaran spiritual generasi muda Bali.
“Minat anak muda terhadap kegiatan budaya seperti ini mulai menurun. Maka dharmawacana harus sering digelar agar mereka semakin dekat dengan akar budaya dan ajaran dharma,” tambahnya.
“Apalagi, sekarang ini minat anak-anak muda semakin menurun dengan kegiatan budaya tersebut, maka kegiatan dharmawacana itu lebih sering dilakukan,” ajaknya.
Sementara itu, Dewan Juri lainnya, I Gusti Lanang Subamia, memberikan sejumlah catatan penting bagi peserta, terutama dalam penggunaan bahasa Bali yang sesuai dengan uger-uger (kaidah) yang benar.
Ia menyoroti kesalahan pelafalan dan pemilihan kosakata yang masih terpengaruh struktur bahasa Indonesia.
“Misalnya kata panureksa mestinya dibaca penureksa. Ada juga yang memakai kata bumi, padahal halusnya jagat. Ini penting diperhatikan agar dharmawacana lebih berwibawa dan berestetika,” tegasnya.
Meski begitu, dewan juri mengapresiasi seluruh peserta yang dinilai tampil dengan persiapan matang dan semangat tinggi. “Seorang pendharmawacana sejati adalah mereka yang membuat pendengar tergerak mengamalkan wejangan yang disampaikan,” imbuh Subamia.
Selain lomba dharmawacana remaja putri, pada hari yang sama juga digelar beberapa cabang lomba lainnya, seperti Membaca Sloka Dewasa Putra, Menghafal Sloka, Membaca Geguritan Anak dan Remaja, serta Dharmawacana Dewasa Putri.
Sebagai selingan, pengunjung disuguhkan pertunjukan wayang kulit di Gedung Ksirarnawa. Dari hasil penilaian, Kabupaten Badung berhasil meraih Juara I, disusul Karangasem sebagai Juara II, dan Kota Denpasar di posisi Juara III.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa bahasa dan budaya Bali tetap hidup dan berkembang melalui generasi muda yang berani berdharmawacana — menyampaikan kebajikan dengan hati dan suara yang meneduhkan. [B/darma]

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali