50 Peserta Ikuti Kriyaloka Artikel Mebasa Bali

 50 Peserta Ikuti Kriyaloka Artikel Mebasa Bali

50 Peserta Ikuti Kriyaloka Artikel Mebasa Bali

Dinas Kebudayaan Propinsi Bali menggelar Kriyaloka (workshop) Artikel Mebasa Bali, serangkaian Bulan Bahasa Bali 2020, di Ruang Cinema, Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Senin 3 Februari. Kriyaloka menghadirkan pembicara Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra ( Fak.Ilmu Budaya Unud) dan Dr. I Made Dian Samputra, M.Hum (IHDN) dan Dewa Ayu Carma Citrawati, (dosen Dwijendera) sebagai moderator. Pesertanya diikuti oleh 50 orang terdiri dari kalangan mahasiswa, dosen, media dan masyarakat.

Kepala Seksi Inventaris dan Pemeliharaan Dokumentasi Budaya Made Mahesa Yuma Putra Kriyaloka disela-sela membuka Kriyaloka itu mengatakan, kegiatan workshop ini digelar supaya generasi muda tidak antipati, khususnya dalam penulisan artikel bahasa Bali. Melalui kegiatan ini juga diberharapkan memunculkan kegairahan menulis artikel berbasa Bali semakin meningkat.

Karena masih sedikit penulisan artikel mabasa Bali, maka menyertakan berbagai kalangan untuk bersama-sama belajar menulis khususnya dalam menulis artikel mebasa Bali. Menariknya, dalam Kriyaloka ini para peserta diwajibkan membuat judul karya artikel kemudian disebarkan ke media sosial masing- masing. “Kami wajibkan peserta menulis judul artikel mabasa Bali, lalu dishare ke media sosial, baik Instagram, facebook dan sebagainya,” ucapnya.

Prof. Nyoman Darma Putra membawakan materi berjudul “Ngripta Artikel Ilmiah Mabasa Bali” lebih menekankan penulisan ilmiah berdasarkan data yang kuat. Membuat karya ilmiah beda dengan cara memhuat puisi, cerpen dan sebagainya. Penulisan karya ilmiah, yang baik adalah kemampuan membuat argumentasi yang baik, mampu menelorkan berbagai persoalan baru dengan data yang valid atau kuat.

Kalau datanya lemah, argumenya lemah, bagaimana caranya menulis artikel ilmiah. “Jadi menulis karya ilmiah bukan seperti menulis puisi, cerpen yang lebih ke ranah rasa seni dan sebagainya. Karya ilmiah itu adalah metode menghadirkan persoalan baru dengan kajian, artinya menulis karya ilmiah ibarat perang, dimana pelurunya itu adalah data itu sendiri,” tandasnya.

Baca Juga:  Jangan Hilangkan Taksu Kesenian Sakral

Dr. Dian Samputra menyoroti terkait pedoman atau uger uger Bahasa Bali dalam menulis Karya Ilmiah hingga kini belum ada kesepakatan bersama. “Saat ini belum ada uger-uger Bahasa Bali Ilmiah, kalau dalam bahasa Indonesia ada ejaan yang disempurnaan. Mudah mudahan melalui kegiatan atau forum bulan bahasa Bali ada kajian, dari para pakar untuk membuat satu kesepakatan membuat ugeruger dalam penulisan basa Bali,” ucapnya. (B/AR)

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post

45 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *