Gemuruh Jegog Mebarung di PKB XLIII

 Gemuruh Jegog Mebarung di PKB XLIII

Pernah menyaksikan Jegog Mebarung? Pasti seru. Dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIII Duta Kabupaten Jembrana menampilkan Jegog Mebarung bertempat di Gedung Natya Mandala, Kampus ISI Denpasar, Senin 14 Juni 2021 malam. Dua Sekaa Jegog Mebarung itu yaitu Sekaa Jegog Dau Mekar Desa Manistutu dan Yayasan Kesenian Jegog. Mereka memainkan gamelan terbuat dari bamboo besar itu dengan penuh semangat. Lagu-lagu yang dimankan juga sangat indah, terutama pada saat teruntung yang menghasilkan suara yang sangat klasik. Apalagi, alat gamelan jegogan itu dipukul suaranya bergemuruh hingga kejantung.

Mereka menabuh sambal menari-nari riang hingga mengangkat dan menggoyangkan badannya mengikuti irama gending. Tangannya lues, mengayun panggul lebih tinggi lalu menghentak diatah bamboo saking gembiranya. Walau semua penabuh memakai masker, namun badan dan seluruh anggota tubuhnya memberikan respon kalua mereka memainkan gamelan dengan rasa senang gembira. Maklum, tampil di masa pandemi para penyaji seni ini juga wajib menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes).

Sekaa Dau Mekar Desa Manistutu mengawali pementasan dengan menyajikan Tabuh Truntungan Mekar yang menggambarkan dau, sebuah pohon yang tumbuh di hutan dan berbunga di musim kemarau. Kemudian menyajikan Tari Penyambutan Puspa Gargita yang penuh ekspresi sebagai luapan rasa kegembiraan. Tari ini dibina oleh Ketut Wijana Raga dan Made Subarwanta sebagai pembina tabuh. Selanjutnya menyajikan Tabuh Petegak Sekar Gadung, sebuah bunga berwarna ungu yang indah dan menawan. Garapan musik dengan media alat musik gamelan jegog menonjolkan permainan kekotekan, namun tetap terbingkai dalam melodi dan jajar pageh pada gending-gending jegog.

Jegog Mebarung

Sementara Yayasan Kesenian Jegog menampilkan Tabuh Trungtungan “Ngelangun Semeng” yang menggambarkan hijaunya pepohonan bergoyang gemulai tertiup angin menyambut Sang Surya terbit di ufuk timur. Suasana itu, di iringi dengan siulan burung yang menyapa pagi. Selanjtnya menapilkan Tabuh Petegak Jalak Putih, yang menggambarkan seekor burung jalak putih dengan warnanya yang indah, sifat dan karakteristik burung yang kadang
hinggap di pepohonan dengan loncat ke atas, ke bawah ke samping serasa tanpa batas.

Baca Juga:  "Wreksa Kastuba" Sendratari ISI Denpasar interpretasi Tema PKB XLIII

Selanjutnya menyajikan Tari Mekepung, merupakan garapan tari karya I Ketut Suwentra, SST. Tari ini menggambarkan atraksi balapan kerbau sebagai bentuk keceriaan dan kegembiraan para petani ketika mengangkut hasil panennya dari sawah menuju rumah mereka masing-masing. Tari ini sangat terkenal ang sering ditampilkan untuk menyambut wisatawan, baik di Bali, luar daerah dan luar negeri. Untuk tampil diajang PKB ini, sekaan ini menurunkan pembina tari Pekak Rindu dan Mbah Rindu sebagai pembina tari.

Sebagai sajian pamungkas, kedua sekaa jegog memainkan gamelan secara bersama-sama (mebarung) dengan memainkan gending maisng-masing. Kedua Permainan mereka sungguh atrakltif, suarana menggema hingga ke hati setiap penonton. Suara gemuruh kedua jegog saling bersahutan dan menggema di Panggung Natya Mandala. Penampilan ini tentu mengundang decak kagum penonton yang menyaksikan, tidak saja di Gedung Natya melainkan penonton di rumah melalui channel YouTube Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post

1 Comment

  • The most common reasons for infidelity between couples are infidelity and lack of trust. In an age without cell phones or the internet, issues of distrust and disloyalty were less of an issue than they are today.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *