Wanita Hindu Membuat Banten Sesuai Sastra
Wanita Hindu mengikuti pelatihan Membuat Banten “Ayaban Tumpeng Pitu” di Banjar Tainsiat Desa Dangin Puri Kaja.
Walau ibu-ibu ini sudah biasa membuat banten, tetapi mereka ingin lebih meningkatkan pemahaman terkait makna upakara sesuai sastra. Disamping itu, mereka juga belajar filosofinya, sehingga nantinya bisa menjelaskan banten yang dibuatnya itu, bukan gugon tuhon.
Itulah alasan wanita Hindu ini mengikuti pelatihan Membuat Banten “Ayaban Tumpeng Pitu” di Banjar Tainsiat Desa Dangin Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Jumat 24 Maret 2021.
Pelatihan yang digelar Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Denpasar ini dibuka oleh Wakil Ketua WHDI Kota Denpasar Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa. Materi yang diberikan berupa penjelasan makna dan filosofi banten sesuai sastra agama.
“Pelatihan banten ini bukan untuk menggurui masyarakat tentang cara membuat banten, namun sebagai upaya meningkatkan pemahaman masyarakat terutama wanita Hindu terkait makna dan filosofi dari Banten,” katanya.
Pelatihan ini juga untuk berbagi ilmu tentang cara mejejaitan dan metanding sesuai dengan sastra agama Hindu. Melalui pelatihan banten ini diharapkan ibu ibu bisa mandiri membuat banten minimal untuk diri sendiri maupun keluarga.
“Kedepan, bisa sendiri mempersiapkan banten. Wanita Hindu di Bali tidak terlepas diri ritual upacara, sehingga isa membuat banten juga bisa membantu perekonomian keluarga,” paparnya.
Narasumber Ni Wayan Sukerti mengatakan, pelatihan banten ini untuk memberikan pemahamam tentang banten sesuai dengan sastra dan mencegah mencegah istilah “nak mula keto”.
“Jika pemahaman tentang banten tidak diberikan maka Agama Hindu tidak akan berkembang. Untuk itu dalam pelatihan ini dijelaskan makna dari setiap banten, cara mejejaitan dan metanding yang benar. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali
