Anak-anak “Ngelawang” Barong Bangkung Cara Menciptakan Generasi Seni

 Anak-anak “Ngelawang” Barong Bangkung Cara Menciptakan Generasi Seni

“Ngelawang” Barong Bangkung Anak-anak/Foto: doc.balihbalihan

Pada Hari Raya Galungan dan Kuningan, akan sangat mudah menemukan tari tradisional Barong Bangkung atau yang lebih dikenal dengan tradisi Ngelawang. Itu karena Barong Bangkung ditarikan di jalan-jalan, terkadang menuju rumah-rumah warga, sehingga menjadi sangat unik.

Karena kesenian tradisional ini dilakukan di jalan-jalan, sehingga warga setempat mudah menyaksikan, termasuk orang luar Bali, bahkan luar negeri yang sedang liburan di Pulau Dewata. Kesenian ini tergolong menarik, karena dilakukan dengan sifat kebersamaan.

Sebagai seni jalanan, Barong Bangkung menjadi bagian dari keberagaman budaya dan tradisi unik, merupakan warisan leluhur dan juga berkaitan dengan ritual-ritual keagamaan masih dipertahankan dan berkembang baik sampai saat ini.

Menariknya, sekaa Barong Bangkung lebih banyak digeluti oleh anak-anak dan sekaa teruna yang mengarak Barong Bangkung keliling desa dengan diiringi gamelan. Perkembangan kini, itingan Barong Bangkung bukan hanya gamelan batel, tetapi juga balegenjur.

Baca Juga:  Aprililia Gelar Pameran Tunggal ‘Resonansi Keberadaan’ di Sika Gallery Ubud

Dari sebelumnya yang hanya menggunkan kempur, klenang, klemong, tawa-tawa, cengceng dan kendang, namun kini ditambah dengan cenceng kopyak, sehingga iringannya menjadi lebih ramai dan meriah. Bahkan, ada penatataan khusus, sehingga iringannya menjadi lebih indah.

Para penabuh Barong Bangkung Anak-anak/Foto: doc.balihbalihan

Demikian pula dalam penyajiannya, Barong Bangkung kini tak hanya berdiri sendiri, tetapi juga dilengkapi dengan penari-panari yang menggunakan topeng (tapel penutup wajah) dengan berbagi rupa. Penari topeng ini ikut menari sambil menggoda penonton, khususnya anak-anak.

Pada Hari Raya Galungan kemarin, Rabu 28 Pebruari 2024, di sebuah desa ada tiga Sekaa Barong Bangkung yang ngelawang di desa itu. Sekaa yang pertama merupakan sekaa Barong Bangkung anak-anak, setingkat kelas 3 – kelas 6 SD.

Karena pendukungnya adalah anak-anak setingklat SD, maka Barong bangkung yang diarak juga mini. Walau demikian, mereka sangat memikat masyarakat untuk nanggap (ngupah), sehingga hampir setiap pintu rumah menanggapnya.

Ketika seorang nenek bersama cucu-cucunya nanggap, salah satu anggota dari mereka menyuruh penari barong itu mengejar sampai dimanapun. “Kepung nyen, kepung nyen” (kejar nanti ya),” ucap anak itu sambil negen (menjinjing) kempur.

Baca Juga:  AHLI Merayakan World Tourism Day Ke-44 dan HUT Ke-3 dengan Meluncurkan E-Book ‘Memberi Arti Garap Potensi’

Musik gamelan pun mulai di tabuh, anak-anak penari barong, yang satu di depan dan satu penari ada di belakang langsung menari kegirangan. Setelah menari beberapa detik di depan Sanggah/Merajan (pura di masing-masing rumah di Bali), mereka langsung mengejar anak-anak.

Dua penari topeng, yang bentuknya seperti Gorila mendekati penonton anak-anak wanita yang sedang duduk-duduk manis di telajakan rumahnya. Ketika barong dan penari topeng itu datang, mereka berteriak dan langsung berlarian menuju rumah mereka.

Penari barong mengejarnya, namun tak berani masuk ke rumah para gadis belia itu. barong itu hanya menari dengan menengok-nengok ke rumah gadis itu. Sementara para penabuh tetap bersemangat memainkan gamelan, walau hanya menunggu di jalan.

Walau tidak menentukan upah dalam setiap pentasnya, namuan sekali pentas sekaa barong ini ditanggap dengan uang Rp 10.000, bahkan Rp 20.000 tergantung dari penanggap itu. Uniknya, anak-anak itu tak tahu berapa upah yang diberikan, namun mereka hanya menari dan menari.

Semangat anak-anak dalam menari barong itu, bukan karena nilai uangnya, tetapi semangat kebersamaan mereka yang positif. Bahkan, ajang ini menjadi dorongan untuk nantinya secara terus menerus menggekuti kesenian Bali.

Tumbuhnya sekaa-sekaa kesenian anak-anak ini, juga menjadi bagian dari lestarinya seni budaya di Pulau Dewata. jiwa berkeseniannya tumbuh sejak dini, lalu tumbuh menjadi remaja yang tentunya seni terus tumbuh dalam dirinya.

Barong Bangkung itu, merupakan seni pertunjukan tari dengan menarikan barong berbentuk babi besar yang dilakukan oleh 2 orang penari. Tarian ini, konon memiliki ajaran cinta terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Masyarakat Bali mempercayai, adanya tarian Barong Bangkung ini dipercaya sebagai penolak bala (malapetaka). Bagi masyarakat yang memelihara babi dengan ngupah (nanggap) barong bangkung ini dipercaya babinya akan melahirkan banyak. [B/puspa]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post