Mario Andi Supria Pamerkan ‘Mata Mata’; Mengungkap Kekuatan Seni di ARTOTEL Sanur
Karya lukis ini begitu mempesona. Goresnnya tampak tegas, warna cerah dengan pilihan yang sangat kuat. Maka itu, pesan yang disampaikan juga terasa kuat, sehingga pameran dengan puluhan karya itu bukan sajian seni biasa, tetapi lebih dari sekadar pameran.
Itulah pameran seni lukis bertajuk “Mata Mata” di Artspace ARTOTEL Sanur – Bali. Pameran tunggal oleh seniman Bali yang bernama Mario Andi Supria ini menjadi atraksi budaya di resor yang terletak di Jl. Kusuma Sari No.1, Sanur, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali itu.
Tak hanya tamu hotel, para seniman dan penggiat seni serta masyarakat umum tertarik untuk membaca setiap garis dan simbol-simbol yang ada dalam di dalam kanvas itu. Karya-karya seni itu sungguh menjadi daya tarik, untuk menyelami makna atau sekedar menikmati saja.
Karya seni yang dipajang semuanya merupakan karya seni lukis di atas kanvas dengan berbagai ukuran. Walau bentuk dan goresan dan warnanya hampir mirip-mirip, tetapi masing-masing memiliki makna yang berbeda.
“Pameran ini, sepertinya mengungkapkan kekuatan seni untuk menjembatani visual dengan visual yang mendalam,” kata Wahyu, seorang penulis yang juga pecinta seni lukis di sela-sela pambukaan pameran “Mata Mata” Senin, 29 April 2024.
Berdasarkan rilis dari ARTOTEL Sanur – Bali, Mario Andi Supria lahir pada tahun 1981 di Bali, Indonesia. Ia memulai perjalanan profesionalnya dalam bidang fotografi pada tahun 2006, dan berlangsung hingga tahun 2020.
Perjalanan Mario ke dunia seni lukis dimulai sejak masa kecilnya, terinspirasi dari ayahnya yang merupakan seorang pelukis. Sang ayah selalu menanamkan keindahan yang mendalam kepada Mario. Menariknya, Mario merasa tertarik, ia kemudian serius menggelutinya.
Sebagai seorang seniman, Mario menggunakan wawasan fotografinya untuk menenun elemen-elemen visual yang terfragmentasi menjadi ekspresi kohesif yang mendekonstruksi dan merekonstruksi realitas.
Mata, motif utama dalam karyanya, berfungsi sebagai subjek sekaligus pencerita, merangkum emosi mulai dari rayuan hingga melankolis, kebahagiaan hingga introspeksi.
Setelah pensiun, Mario memeluk hasratnya yang sudah lama untuk melukis, mengembangkan gaya kontemporer yang mengintegrasikan elemen-elemen coratcoret, abstrak, dan cubism art.
Uniknya, Mario bertransisi ke seni lukis tanpa pendidikan seni formal. Ia dapat mencapai kedalaman, seperti itu hanya dalam waktu tiga tahun. Itu adalah bukti dedikasi dan bakat bawaan Mario yang begitu kuat.
Pada awalnya, karya seni yang digarap hanya sebagai pelipur lara pribadi, dengan menggunakan sketsa monokrom. Evolusinya ke dalam kanvas yang lebih besar memperkenalkan palet yang hidup yang dipengaruhi oleh irama musik dangdut yang energik yang bergema di studionya.
Musik ini memengaruhi warna emosional dari setiap karyanya. Mulai dari warna merah menyala dan biru yang tenang hingga warna jingga yang penuh gairah dan ungu yang penuh teka-teki, menciptakan pengalaman sensorik yang kaya bagi penikmatnya.
Mario Andi Supria, yang terkenal dengan kariernya yang cemerlang sebagai fotografer profesional, terjun ke dunia cubism art dan lukisan abstrak. Hasilnya bukan main. Ia seakan menemukan karakter tersendiri.
Karya seninya melibatkan bentuk geometris yang dinamis yang bermandikan spektrum warna-warna cerah. Di mana abstraksi bentuk dan kejernihan mata menyatu untuk membangkitkan resonansi emosional yang mendalam.
“Karena keunggulan yang dimiliki Mario Andi Supria itu, ARTOTEL Sanur – Bali berkolaborasi dengannya. Kahadiran karya-karya Mario akan memberikan warna, sehingga setiap pameran selalu ada yang beda,” ungkap General Manager, Agus Ade Surya Wirawan.
Menyajikan karya seni dalam resor sudah menjadi komitmen ARTOTEL Sanur – Bali untuk terus mendukung para seniman lokal tanah air khususnya seniman lokal Bali. “Kami memfasilitasi pameran seni mereka di Artspace, ARTOTEL Sanur – Bali setiap dua sampai tiga bulan sekali,” ujar Agus Ade Surya Wirawan. [B/*/puspa]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali