Pameran Bertajuk “Land of Paradise” Gusti Buda Dengan Gaya Abstrak dan Oka Astawa Angkat Tema Sawah

Land of Paradise
Bagai ujian doktor saja. Peserta yang hadir, satu-persatu melempar komentar atau pun dengan jujur memberi apresiasi terhadap karya-karya yang dipajang di dinding tembok hotel yang wah itu. Sang perupa, menjawab dan memaparkan dengan berbagai alasan serta argumen yang lugas dan tenang. Ya, acara itu memang beda, kreatif dan penuh persahabatan. Itulah pembukaan pameran tunggal bertajuk “Land of Paradise” di Lv8 Resort Hotel Canggu, Selasa, 28 Januari 2020 dan akan berlangsung 25 Juni 2020.
Perupa Bali yang menggelar pameran tunggal itu adalah I Made Oka Astawa, perupa asal Desa Pangkung Tibah, Kediri, Tabanan dan I Gusti Ngurah Putu Buda, perupa asal Br. Batusari, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Oka Astawa memajang karya seninya di areal Lobby, dan Koridor Lantai 1dengan menampilkan sebanyak 57 karya, Sementara I Gusti Ngurah Putu Buda memanfaatkan Koridor Lantai 4 yang menghiasi dinding itu dengan 80 karya seni rupa.
Nyoman Sujana Kenyem, Ketut Putrayasa dan Tatang BSp perupa yang melontarkan beragam komentar. Salah satu komentar Tatang adalah perihal tema tanah Bali, daerah yang telah dia pilih menjadi rumah baginya untuk hidup dan memilih jalan seniman selama 30 tahun lebih. Tanah Bali adalah ruang yang spesial menjadi tempat untuk tumbuhnya seni budaya yang tumbuh subur, hingga saat ini. “Saya sengaja mengundang tiga kolega untuk memberikan apresiasi langsung terhadap karya-karya yang saya pamerkan,” kata Gusti Buda.
Pameran tunggal kedua perupa itu telah berlangsung dari, 1 Oktober 2019. Selain pameran tunggal dari dua perupa itu, juga berlangsung pameran rutin yang melibatkan puluhan seniman dari Bali, Yogyakarta, Makasar dan Gorontalo. Pameran kelompok itu menempati ruang di Koridor Lantai 5 dan restoran yang memajang sekitar 50 karya lukisan.
Oka Astawa lebih fokus mengangkat tema sawah, pertanian dan petani. Karya seninya itu lebih banyak menyuarakan sikap kritisnya tentang keberadaan sawah kini. Baginya, seni merupakan media yang sangat halus untuk menyampaikan sebuah kritik. Tapi, bisa sangat menohok bagi penghayatnya. “Lukisan mempunyai unsur artistik dan estetik yang bisa membuat penghayatnya menyelami dan masuk kedalam pesan yang ingin disampaikan dalam lukisan. Kritik melalui seni adalah kritik terhadap jiwa,” sebutnya.
Gusti Buda menyajikan lukisan dengan gaya abstrak. Hasil karyanya pernah pendapat apresiasi yang antusias di luar negeri, ketika berpameran di Hongkong dan Singapura. Dari aktivitas kreatifnya itu, ia pernah dianugrahi penghargaan pernah Fillip Morris Word dan meraih 10 besar Serpenguad Pelukis Hongkong. Ia pernah belajar seni patung, dan pernah mencoba menekuni seni peran. “Saya merasa lebih nyaman dan dapat menunjukkan jati diri dibidang seni lukis. Lewat seni ini merasa gampang berinteraksi dengan orang lain,” ungkapnya. (B/AD/AR)

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali