Parade Gong Kebyar Wanita PKB XLIII Duta Kabupaten Buleleng Tampilkan “Kebyar Susun” dan Bangli Sajikan “Serdah”

 Parade Gong Kebyar Wanita PKB XLIII Duta Kabupaten Buleleng Tampilkan “Kebyar Susun” dan Bangli Sajikan “Serdah”

Siapa bilang wanita itu lemah. Lihat saja penampilannya pada Utsawa (Parade) Gong Kebyar Wanita dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIII di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Art Center Bali. Para wanita ini mampu memainkan bilah gamelan yang tergolong rumit memiliki tingkat kesulitan tinggi. Tekniknya luar biasa. Satu persatu tabuh dan iringan tari dimainkan tanpa beban. Dengan balutan busana tertata rapi, hiasan kepala menawan dan indah, serta makeup (rias) yang menegaskan wajahnya yang memang cantik membuat penampilannya semakin menarik.

Parade Gong Kebyar Wanita Duta Buleleng

Itulah penyajian Sekaa Gong Kebyar Banda Sawitra, Desa Kedis, Kecamatan Busungbiu sebagai Duta Kabupaten Buleleng dan Sanggar Jegeg Bulan SMK 4 Bangli sebagai Duta Kabupaten Bangli melalui Chanel You Tobe Dinas Kebudayaan Provionsi Bali, Jumat 18 Juni 2021. Kedua duta ini didominasi oleh anak-anak muda enerjik dan cantik. Mereka memainkan tabuh dengan mengedepankan rasa, bukan sekedar bergaya dan hura-hura di tengah busana yang bungah. Tentu saja, tabuh-tabuh yang dimainkan tak hanya terdengar manis, tetapi menjadikan penampilan mereka lebih menawan, memikat hingga masuk ke relung hati para penikmat.

Mengawali penampilannya, Sekaa Gong Kebyar Wanita Banda Sawitra, Desa Kedis Buleleng menampilkan Tabuh “Kebyar Susun”. Tabuh Kebyar Susun ini salah satu komposisi instrumental dengan rasa “ngebyar” dimana dikonstruksi musikal dengan awalan kebyar bersamaan dengan ordinal gong pertama untuk nada deng. Komposisi ini biasa disebut juga sebagai “Kebyar Deng”. Tekstur kebyar berlapis dan terbangun atas skema transposisi singkat seolah, upaya reduksi verbalistik untuk memvisualisasikan bahwa konstruksi musik kebyar dalam Kebyar Susun dibangun secara bertingkat dan tersusun dengan pola yang sama. Komposisi ini menyediakan banyak ruang ekslusif untuk memperlihatkan kemampuan virtuistik dari hampir seluruh musisi untuk setiap instrument dalam gamelan Gong Kebyar.

Baca Juga:  Musikalisasi Puisi Nusantara, Budang Bading Badung Juara II

Kebyar Susun diciptakan oleh Ketut Merdana, salah seorang seniman kenamaan
Buleleng pada tahun 1956 di desa Kedis untuk sekaa Gong Jaya Eka Paksi pimpinan Ketut
Merdana. Dalam beberapa dekade tidak pernah ditampilkan dalam hubungannya dengan
pertunjukan Gong Kebyar. Komposisi ini direkonstruksi oleh Sekaa Gong generasi kedua,
yakni Banda Sawitra dibawah pimpinan Putu Sumiasa dan saat ini ditampilkan oleh generasi
wanita desa Kedis sebagai upaya pelestarian dan penghormatan terhadap Ketut Merdana dan
Putu Sumiasa.

Penampilan berikutnya, Tari Merpati yang mengisahkan kehidupan sekelompok Burung Merpati. Merpati adalah kelompok burung cerdas karena mampu mengingat tempat-tempat tertentu. Oleh karenanya zaman dahulu burung merpati digunakan sebagai sarana komunikasi jarak jauh untuk mengirim surat pada seseorang. Adegan dramatik divisualisasikan dengan kemunculan burung Elang yang mengganggu dan memangsa sekawanan burung merpati. Konstruksi gerak tarinya didesain dengan transisi-transisi yang halus memperkuat tafsir visual gerak burung Merpati. Tari ini ditata oleh Ketut Cakrabawa dan I Gede Artaya sebagai penata karawitannya.

Tari Pedanda Baka

Selanjutnya Tari Kreasi “Pedanda Baka” yang ditata oleh Ni Putu Diah Kusuma Dewi dan I Ketut Pany Ryandhi sebagai penata karawitannya. Tari ini mengisahkan Pedanda Sidemen, seorang wiku besar kenamaan Bali telah meprediksi bahwa pada zaman Kali Yuga akan banyak muncul orang-orang yang memanfaatkan jabatan Brahmana mereka untuk menutupi segala sisi buruk mereka. Fenomena ini, bukan sebuah ramalan belaka, melainkan saat ini telah menjadi kenyataan bahwa banyak orang-orang suci berkedok agama memuluskan tipu dayanya untuk mengintervensi umat. Pedanda Baka, sebuah komposisi koreografi untuk gamelan Gong Kebyar disusun dengan pendekatan gerak alternasi, merespon setiap detik aksen dalam musik dengan tujuan memperkuat makna lewat visualisasi gerakan ke lima orang penari.

Baca Juga:  Tari Janger dan Legong Banjar Bengkel tetap Lestari

Parade Gong Kebyar Wanita Duta Bangli

Duta Kabupaten Bangli memulai dengan menyajikan Tabuh Kreasi Kekebyaran “Serdah” yang ditata oleh I Dewa Gede Darmayasa. Tabuh kreasi kekebyaran ini tetap berpatokan pada uger-uger dalam tabuh tradisi Bali, yaitu ada pengawit, pengawang dan pengecet. Ritme dan melodi ditata secara dinamis, sehingga menjadi lebih menarik. Tabuh Serdah dipentaskan pertama kali oleh Sekaa Gong Kebyar Banjar Pangkung, Desa Blantih, Kecamatan Kintamani sebagai Duta Gong Kebyar Dewasa Duta Kabupaten Bangli pada Pesta Kesenian Bali tahun 1990.

Penampilan selanjutnya Tari Merak Angelo. Tari ini diciptakan oleh I Ketut Rena dan I Dewa Gede Darmayasa sebagai penata iringannya. Tari ini menggambarkan burung merak jantan dengan bangganya memamerkan keindahan bulu ekornya yang panjang dan berwarna-warni. Untuk menarik perhatian burung merak betina, ia meliuk-liukkan badannya. Walau sebagai kreasi baru, namun tari ini tetap menonjolkan gerak khas tarian Bali. Para penari lebih banyak bergerak memamerkan keindahan ekornya. Ragam gerak tari, agem, tandang, dan tangkep dirangkai sedemikian rupa, seperti tingkah laku burung merak.

Untuk sajian terakhir, Sanggar Jegeg Bulan SMK 4 Bangli menampilkan Tari Kreasi “Ngatag” yang terinspirasi dari upacara Tumpek Uduh, Tumpek Bubuh, Tumpek Pengarah atau Pengatag. Upacara ini sebagai rasa syukur kehadapan Sang Hyang Maha Pencipta dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Sangkara atas ciptaan-Nya. Sang Hyang Sangkara akan dipuja di arah Wayabiya atau barat laut dari pengider mata angin Bali yang digambarkan dengan warna hijau mewakili tumbuhan. Garapan tari kreasi ini oleh Ni Wayan Nova Jayanti dan I Dewa Gede Darmayasa sebagai penata iringan. [B/*]

Related post

45 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *