Pentas Mahima, Angkat “Raya Raya Cinta” Libatkan Aktor Muda
Petikan gitar itu seakan mengajak setiap yang hadir focus pada kisah. Layar biru diatas panggung, petanda hujan sepanjang musim seirama dengan gitar dan cinta. Dua sejoli, Raya dan Cinta menari memadu kasih ungkapkan hati sejati. Cinta pada kekasih, cinta pada keluarga dan cinta pada semua yang dilahirkan dan harus dirayakan. Itulah awal Adilango (Pergelaran) Komunitas Mahima dalam Festival Seni Bali Jani (FSBJ) III tahun 2021 di Gedung Ksirarnawa, Art Center Taman Budaya Denpasar, Jumat 29 Oktober 2021.
Pada Adilango kali ini, komunitas yang bersekretariat di Bali Utara itu mengangkat naskah “Raya Raya Cinta” yang ditulis dan disutradarai oleh Kadek Sonia Piscayanti. Tema cinta yang diusung merupakan tema universal yang bisa dimaknai sebagai cinta kepada diri, cinta kepada manusia dan cinta kepada bumi. Para pemain yang rata-rata memiliki pengalaman dalam dunia panggung itu begitu lihai dalam menyampikan pesan yang ada dalam kisah. Meski dengan penataan kostum sederhana, namun karakter dalam setiap tokoh tampak sangat jelas.
Dalam pergantian adegan dan menuju babak berikutnya dilakukan dengan permaian lampu gelap dan terang. Ketika lampu gelap para pemain telah mengatur tempat dan posisinya, lalu setelah lampu itu hidup kembali para pemain pun mulai berperan kembali, seperti menyaksikan drama dalam layar kaca. Hal ini memberikan penonton waktu untuk jeda, tetapi hal itu sesungguh membuat penonton penasaran apa dan siapa adegan berikutnya, sehingga enggan beranjak dari tempat duduk. Manik Sukadana dan Ganesha selaku penata cahaya dan backstage sangat paham lokasi dan apa yang akan dan dilakukan para pemeran itu, sehinga gelap dan terang menjadi bagian dari pergelaran itu.
Music iringannya bukan hanyak bersifat eksplorasi, tetapi memang ditata apik sesuai dengan kebutuhan peran dan mendukung suasana setiap adegan. Dalam beberapa adegan, antara pemain dan pemusik menampilkan lagu terkait dengan kisah dan perasaan sang tokoh. Pemusik yang terdiri dari Carolina Ajeng, Tika Puspita, AAN Anggara Surya dan Pandu itu, meski berada di luar panggung, namun mereka sesungguhnya juga pemeran, sehingga mampu memberikan jiwa dalam setiap musiknya.
Satu hal menarik lagi dari pementasan Komuniktas Mahima kali ini, adanya actor baru. Entah itu aktor yang sudah biasa pentas, ataupun yang baru. Artinya, sejak awal berdirinya Komunitas ini terus melahirkan generasi. Termasuk pada pergelaran Raya Raya Cinta ini melibatkan aktor muda berusia 10 tahun dan belasan, yakni Gek Princessa (10) yang berperan sebagai Asa dan Putu Putik Padi (13) yang berperan sebagai Laut. Mereka adalah pembaca puisi yang langganan juara sejak belia. Mereka tak hanya hadir sekedar, namun memberi penampilan yang berbeda.
Naskah yang diangkat juga menarik. Naskah berdurasi satu jam ini mengungkap konflik batin dan konflik keluarga Cinta yang terdampak pandemic. Ayahnya di PHK, ibunya berjualan tapi tak seramai biasanya. Adik-adiknya empat orang perempuan semua yang masih bersekolah, memiliki kebutuhan yang tak sedikit. Di saat yang bersamaan Cinta juga memiliki kekasih yang mencintainya dan mengajaknya menikah. Konflik muncul ketika Cinta harus menyadari posisinya sebagai sulung dari lima bersaudara perempuan, sehingga ia harus mencari laki-laki yang mau nyentana. Sementara Raya, sang kekasih adalah anak tunggal di keluarga yang ayahnya bersaudara tunggal pula.
Cinta hampir menyerah dengan cintanya, apalagi ada sahabat dekatnya yang ternyata jatuh cinta pada Raya. Seakan semuanya tiada berujung, bagaimana Cinta dan Raya menyelesaikan semuanya. Itulah yang menjadi alur konflik dalam naskah ini. Pemeran Raya, Agus Wiratama adalah aktor teater yang telah lama berpengalaman di dunia teater, dia dikenal sebagai penulis dan juga aktor yang mumpuni. Selain berproses di Mahima, Agus juga berproses intens di Teater Kalangan. Partnernya, Santi Dewi, juga adalah aktor di Mahima, dan saat ini juga bergiat di Singaraja Literet, dimana dia belajar sastra bersama teman-teman sebayanya.
Ada sebuah kutipan puisi yang menjadi benang merah pertunjukan ini. “Karena cinta adalah alasan kita hidup di dunia. Tanpa cinta tak ada yang abadi. Tapi cinta untuk selamanya”. Akhirnya memang bahwa cintalah yang membuat kita tetap semangat hidup. Juga Asa sebagai harapan akan hidup yang lebih baik. Pentas Raya Raya Cinta akan menunjukkan optimisme itu di atas panggung. Mari rayakan cinta bersama sama.
Menurut Sonia, pandemi berkepanjangan membuat manusia terjebak dalam chaos tiada henti. Namun yang membuat kita bertahan senantiasa adalah cinta. Raya Raya Cinta adalah naskah yang menitikberatkan pada cinta pada manusia, sosial dan sekaligus adaptasi terhadap pandemi sebagai bentuk eksistensi manusia dan cara-cara memandang hidup yang lebih beragam. Dengan perspektif beragam, menurut Sonia, masalah dapat diatasi.
Tim produksi Raya Raya Cinta adalah Raya : Agus Wiratama, Cinta : Gusti Ayu Eka Susanti Dewi, Gita : Musti, Ayah : I Gusti Bagus Weda Sanjaya, Ibu : Githa Swami, Kala : Dian Ayu Lestari, Cahaya : Wahyu Gitari, Laut : Putu Putik Padi, Asa : I Gusti Ayu Agung Princessa Wedacwari, dan Ayah Raya : Tobing Crysnanjaya. Sementara vocal menghadirkan Mila Romana, Juni, dan Rossa. Make up : Noviyantini dan dokumentasi : Deuh Rendra, Yudiastra, juga Kardian Narayana serta Publikasi : I Made Adnyana. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali