“Berkarma” Album Ke-2 Sumadiyasa Feat Balawan Sebagai Wujud Syukur
Perpaduan antara seni lukis, seni vokal, musik (gitar), tari dan sastra (puisi) sungguh menawan. Apalagi, para seniman, artis dan sastrawan membawakan dari dalam jiwa yang begitu kuat, sehingga menjadi sebuah pertunjukan seni yang lebih hidup. Tak hanya menjadi sajian seni yang menghibur, tetap memberikan pembelajaran serta sarat makna. Itulah penampilan perupa I Made Sumadiyasa diiringi petikan gitar pemusik kenamaan I Wayan Balawan di GEOKS (Geria Olah Kreativitas Seni) Singapadu, Gianyar, Sabtu 15 Januari 2022.
Kolaborasi seni ini merupakan acara launching album II Berkarma (BERnyanyi, berKARya dan lantunkan MAntra) karya I Made Sumadiyasa featuring I Wayan Balawan. Duet apik pelukis abstrak dan maestro musik itu menjadi lebih sempurna ketika direspons performance dance penari Adi Siput pendiri Sanggar Surapradnya beserta putri kecilnya dan Henni Kesari, sang istri Sumadiyasa. Untaian kata-kata puitis dari sastrawan Dewa Putu Sahadewa, Wayan Jengki Sunarta, April Artison, dan Mira MM Astra juga memperkuat penampilan mereka.
Alunan suara AUM (OM) menggema di keheningan petang gedung kesenian itu. Aksara suci penguasa hidup dan kehidupan, dilantunkan dengan penuh jiwa oleh I Made Sumadiyasa dengan iringan petikan gitar pemusik I Wayan Balawan yang sangat khas. Lalu, alunan mantra puja pencipta alam itu direspons gerak tari dan puisi oleh sejumlah pelaku seni. Tak hanya itu, Lagu Ratu Anom yang dibawakan Sumadiyasa-Balawan dipercantik dengan alunan seruling pelukis Made Gunawan. Kemudian diperkuat pemain keyboard, I Gede Yudisthira, sehingga aksi mereka sunggah menarik.
Tak hanya itu, ada pula sejumlah lagu-lagu yang dilantunkan dalam acara yang didukung Dedari Arts Insitute pimpinan sastrawan dan praktisi kesehatan dr. Dewa Putu Sahadewa, Sp.OG. itu. Sebut saja, Hari OM, OM Namah Shivaya, Sarvesham Svastir Bhavatu, Maha Mritynjaya, Ratu Anom dan De Ngaden Awak Bisa. Selanjutnya penampilan, Sumadiyasa merespons lagu dengan melukis abstrak di media kanvas berbentuk bulat sebagai akhir dari pertunjukan itu.
Maestro dan pemilik GEOKS Prof. Dr. I Wayan Dibia memberikan apresiasi terhadap kolaboirasi seni itu. Termasuk menyambut baik peluncuran album II Berkarma yang dimeriahkan kolaborasi senirupa, musik dan seni suara ini. Sebelumnya, GEOKS memang sering digunakan sebagai media masolah oleh para penari, namun kali ini dipakai masolah atau mayoga seni oleh I Made Sumadiyasa feat I Wayan Balawan, dan seniman lainya. “Kami sangat mengapresiasi kolaborasi seni ini. GEOKS sangat terbuka untuk siapa saja dalam berkreativitas seni, ” ujar guru besar ISI Denpasar dan mantan Ketua STSI itu.
Acara tersebut diawali dengan talk dharma oleh dr. Wayan Mustika dari Rumah Semesta yang berbicara asal muasal terciptanya alam semesta dan kehidupan. Dalam proses penciptaan itu muncul suara AUM (OM). Kemudian apa yang dilantunkan Sumadiyasa dalam albumnya, dinilai sebagai ungkapan puja puji syukur kepada sang pencipta alam atas anugerah-Nya. “Tidak terasa pada tampilan koreo dan lagu Ratu Anom serta puisi mantra Dewa Sahadewa, sudut mata saya melembap karena tak tertahan dari dalam. Setiap bagian lagu terasa sekali energinya. Terimakasih Pak Dewa, Pak Made Sumadiyasa, Bu Henni Kesari, Balawan dkk. Banyak yg tak bisa diungkap, ” ujar dr. Mustika usai menonton pertunjukan itu.
I Made Sumadiyasa menyampaikan, lewat alunan lagu itu diharapkan Sang Pencipta alam semesta selalu memberi vibrasi kesucian, dan anugerah kerahayuan kepada semesta beserta isinya. “Inilah salah satu cara saya mewujudkan syukur atas anugerah Tuhan, Sang Pencipta alam semesta. Lewat berkarma yaitu bernyanyi, berkarya dan melantunkan mantra, seperti dalam judul album II Berkarma. Semoga ada manfaatnya, ” ujar pelukis lulusan ISI Yogyakarta yang namanya sudah tersohor di mancanegara. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali