Di Geria Dauh Buruan Sanur, Cakepan Lontar Sebagian Besar Kekawin dan Usadha

 Di Geria Dauh Buruan Sanur, Cakepan Lontar Sebagian Besar Kekawin dan Usadha

Geria Dauh Buruan, Sanur Kaja, Kota Denpasar mengoleksi puluhan naskah lontar yang masih terawatt dengan baik. Cakepan lontar itu merupakan warisan dari kakek buyutnya yang tersimpan dengan sangat rapi. Sayangnya ada sebagain yang hilang, gara-gara dipinjam dan tidak dikembalikan lagi. “Saya mendengar ada beberapa lontar yang diperjual belikan. Kalau benar, itu parah sekali, Itu patut menjadi perhatian semua pihak,“ ucap salah satu Penglingsir Geria Dauh Buruan, Ida Bagus Putu Dirga disela-sela Festival Konservasi Lontar serangkaian dengan Bulan Bahasa Bali IV, Minggu 6 Pebruari 2022.

Cakepan lontar, koleksi naskah yang masih tersimpan di Geria Dauh Buruan, diantaranya Kekawin, Tatwa, Tata Titi Pertanian, Usadha, dan Usadha Putih. Perawatan lontar ini sangat penting, terlebih sekarang ini banyak lontar-lontar yang dibaca saja jarang, apalagi dirawat. Maka itu, lontar-lontar ini harus dirawat karena memiliki ilmu pengatahuan yang bagus generasi penerus. “Untuk regenerasi membaca lontar di geria berjalan baik. Anak-anak penerus di geria ini, tetap melestarikan dan baru tahap membaca saja, regenerasi berjalan baik,“ ungkapnya.

Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar, Wayan Yogik Aditya Urdhahana mengatakan, kondisi lontar di Geria Dauh Buruan, Sanur Kaja, Kota Denpasar terawat dengan baik. Terutama lontar-lontar kakawin yang tidak pernah lepas dari lingkup geria yang sering dibaca mengiringi pelaksanaan upacara yadnya, dan upacara lainnya. “Lontar milik Geria Dauh Buruan yang dirawat sebagian besar berupa naskah lontar kakawin dan usadha yang jumlahnya sekitar 70 cakepan,” ucapnya.

Dalam hal ini, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali melibatkan Tim Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar terdiri dari 15 orang itu bertugas membersihkan debu, kemudian mengolesi dengan minyak sereh yang dicampur dengan alcohol. Apabila huruf atau aksara kurang jelas, maka lontar itu diolesi cairan kemiri, sehingga lebih hitam dan dapat dibaca. “70 cakepan lontar milik geria yang kami rawat itu, terdapat lontar Kekawin, Usadha, Arjuna Wiwaha, dan beberapa lontar usadha yang dibersihkan dengan menggunakan obat khusus,” sebutnya.

Baca Juga:  Seniman Drama Gong Lawas Bakal Meriahkan PKB XLVI Tahun 2024

Selama konservasi lontar itu di Kota Denpasar, tim berhasil mendata sebanyak 791 cakepan naskah lontar yang tersebar di berbagai lokasi di Kota Denpasar. Keberadaan lontar sebagian besar di wilayah Sanur, Denpasar selatan dan Denpasar Timur dan Utara. Terbanyak koleksi lontar berada di wilayah Sanur. Berbagai lontar itu milik warga atau kelompok, seperti dadya, geria, dan balian. “Sejatinya banyak yang mengantre untuk minta dilakukan perawatan, hanya saja kendala yang dihadapi Timk Penyuluh ini adalah ketersediaan bahan obat yang digunakan,” papar Yogik

Kabid Sejarah dan Dokumentasi Disbud Bali, A.A Ngurah Bagawinata mengatakan, Bulan Bahasa Bali IV berlangsung selama satu bulan (1-28) Februari 2022. Bulan Bahasa Bali Tahun 2022 mengusung tema “Danu Kerthi: Gitaning Toya Ening”, Air Sumber Pengetahuan, bermakna Bulan Bahasa Bali sebagai representasi pengetahuan yang mengalir tiada henti memancarkan kebajikan, kesejahteraan, dan kemuliaan dunia. “Festival Konservasi Lontar serangkaian Bulan Bahasa Bali IV ini digelar di seluruh kabupaten/kota se-Bali. Masing-masingn dihelat perawatan lontar yang digerakan oleh para penyuluh bahasa Bali. Tujuannya untuk menjaga warisan leluhur, agar naskah-naskah lontar tidak punah,” ujarnya. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post