Lontar Griya Satria Hanya 117 Bisa Diidentifikasi. Sisanya “Duang Sok” Rusak
Konservasi dan identifikasi lontar menjadi bagian dari pelaksanaan Bulan Bahasa Bali (BBB) VI tahun 2024. Kegiatan perawatan naskah tradisional Bali yang disebut dengan lontar itu dilakukan oleh Tim Penyuluh Bahasa Bali yang bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.
Pada senin, 12 Pebruari 2024, konservasi dan identifikasi lontar berlangsung di Griya Satria, Jalan Abimanyu No. 15, Desa Dangin Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Utara. “Ini cara untuk menyelamatkan naska lontar,” kata koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar, Wayan Yogik Aditya Urdhahana, S.S., M.Pd.H.
Kegiatan konservasi dan identifikasi naskah lontar ini memiliki tujuan untuk menyelamatkan, merawat naskah lontar, serta memberikan edukasi kepada masyarakat yang memiliki naskah berupa lontar agar dapat melestarikan warisan leluhur yang adi luhung ini.
Griya Satria Banjar Tampak Gangsul Denpasar memiliki koleksi ratusan naskah lontar dengan berbagai judul dan jenisnya. Mulai dari jenis weda/mantra, usada, kakawin, susastra, wariga dan yang lainnya. Berbagai jenis naskah lontar ini merupakan warisan dari para leluhurnya.
Lontar ini biasa dibuka dan diupacarai setiap hari Saraswati. Itu karena masih ada beberapa anggota griya yang aktif membaca naskah lontar tersebut.
Tim Penyuluh Bahasa Bali juga merawat lontar yang berjudul Kidung Udakan Pangrus yang berbahasa Jawa Tengahan dan berangka tahun 1815 saka. Setelah melakukan identifikasi, ternyata lontar tersebut ditulis dan disurat pada tahun 1893 masehi.
Kidung Udakan Pangrus merupakan salah satu naskah kesusastraan yang berisikan tentang cerita panji dalam peperangan. Selain itu, Tim juga menemukan naskah lontar Kidung Panji Malat Rasmi yang berbahasa Jawa Tengahan dengan jumlah halaman sebanyak 300 lembar.
“Naskah itu merupakan naskah kidung Panji yang lengkap dan jarang dimiliki oleh masyarakat lainnya. Naskah Kidung Panji Malat Rasmi ini menceritakan tentang cerita cinta Pangeran Kahuripan yang bernama Raden Panji terhadap Putri Daha,” paparya.
Pemilik lontar, Ida Pedanda Gede Oka Mas mengatakan, lontar yang ada di Griya Satria ini berjumlah 117 cakep. “Kami menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Bali dalam hal ini Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dan juga Tim Penyuluh Bahasa Bali,” ucapnya.
Rasa terima kasih itu disampaikan, karena Tim Penyuluh Bahasa Bali sudah merawat lontar sebagai warisan naskah para leluhurnya. “Kami berharap agar program perawatan lontar ini dapat terus berlanjut, sehingga warisan budaya leluhur Bali dapat dilestarikan,” harapnya.
Setelah diidentifikasi, Griya Satria memiliki koleksi 117 cakep lontar dengan berbagai judul warisan dari para leluhur yang konon berasal dari Intaran Sanur. Sisanya sebanyak duang sok (2 tempat dari anyaman bambu) dinyatakan rusak tak bisa dibaca.
“Umur lontar ini sekitar 300 tahun. Lontar-lontar tersebut sempat mendapatkan perawatan dari Fakultas Sastra Bali Unud tahun 2006. Mahasiswa itu tak hanya merawat, tetapi juga melengkapi lontar yang judulnya telah hilang,” imbuhynya. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali