Musikalisasi Puisi Bali, Jaga Danau dan Sumber-sumber Air
Bulan Bahasa Bali IV sebagai ajang kreativitas bagi generasi di Pulau Dewata. Lihat saja aksi mereka pada Wimbakara (Lomba) Musikalisasi Puisi Bali yang digelar di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Art Center, Kamis 10 Pebruari 2022. Mereka tampak kreatif dalam mengaransemen puisi Bali, serta lihai dalam menyajikan lewat seni musik itu. Puisi dan music dipadu menjadi satu sajian seni yang menarik. Mereka menyajkan dengan sangat manis, sehingga tema dan pesan dalam puisi, yakni tentang pelestarian sumber-sumber air sesuai dengan tema Bula Bahasa Bali VI yakni tema “Danu Kerthi: Gitaning Toya Ening” sampai kepada penonton.
Sebut saja, Kelompok Seketika yang tampil membawakan Puisi Ulun Danu sebagai puisis wajib, menginterpretasikan suasana ketenangan alam, seperti Ulun Danu yang tenang, adem dan bahagia. Sementara untuk puisi bebas menampilkan Puisi Blabar Momo yang menggambarkan tentang banjir bandang, dan keriuhan bencana. “Kami membawakan aransemen puisi yang diiringi suara gemericik air, dengan menggunakan batok kelapa. Sementara puisi Blabar Momo itu menampilkan beragam alat music, salah satunya kentungan music sebagai penanda tanda bahaya,” ucap Nina dan Nando dari Kelompok Seketika.
Teater Blabar SMA Negeri 4 Denpasar juga membawakan puisi wajib bertajuk Ulun Danu dan Puisi Kota Mandanu sebagai puisis bebas. Kelompok teater ini menggambarkan Ulun Danu sebagai sebuah gambaran memuja anugrah dari Tuhan dan Kota Mandanu sebagai cara mensyukuri berbagai sumber-sumber air yang mampu memberikan kehidupan. Kelompok ini menampilkan aransemen puisi sesuai dengan makan puisi tersebut. “Kami memakai dua gitar, alat music untuk suara air dan kajon untuk mendukung suasana. Kami juga menata vocal seperti memberikan suara satu dan dua. Patinya juga mengatur hamming untuk memperhalus dan mengisi bagian-bagian kosong,” ucap Adel coordinator Teater Blabar.
Sedangkan Polsinity (Polnas Music Community) dari Politeknik Nasional Tanjung Bungkak Denpasar membawakan dua pusisi yaitu Ulun Danu, puisi wajib dan Titiang Dani sebagai puisi bebas. Puisi Titiang Dani itu diciptakan dan diaransemen oleh Polsinity sendiri. Pesan yang ingin disampaikan lewat dua puisi itu, yakni mengajak semua orang untuk menjaga sumber-sumber air yang ada. “Danau-danau di Bali ini banyak yang sudah tercemar, bahkan dari 4 danau yang ada 3 danau sudah tercemar, sehingga perlu dijaga dan dirawat. “Lewat puisi ini kami mengajak semua orang menjaga danau sebagai sumber air,” ucap Sang Nyoman Bagus Satyawira perwakilan Polsinity.
Kepala bidang (Kabid) Sejarah dan Diokumentasi Disbud Provinsi Bali Anak Agung Ngurah Bagawinata mengatakan, lomba musikalisasi pada perhelatan Bulan Bahasa Bali IV ini diikuti oleh 14 peserta, karena 2 peserta berhalangan. Walau lomba ini diikuti oleh umum, namun para peserta datang dari berbagai kalangan. Sebab, ada pula peserta dari tingkat umur anak SD. “Lomba ini tidak membatasi umur. Hanya saja, di masa pandemi ini, semua peserta dan yang hadir wajib menerapkan protocol kesehatan yang cukup ketat. Semua peserta harus melakukan vaksin dan mewajibkan mereka untuk scan PeduliLindungi sebelum memasuki tempat lomba. Tempat duduk juga diatur, sehingga ada jaga jarak diantara peserta dan opisiel yang hadir,” ucapnya.
Masing-masing kelompok maksimal tampil 30 menit mulai dari persiapan pentas sampai pentas. Original arassemen diutamakan. Dalam wimbakara musikalisasi puisi Bali ini menghadirkan tiga dewan juri dari unsur akademisi I Komang Darmayuda S.Sn.,M.Si, sastrawan Drs I Made Suarsa, M.S. dan dari unsur praktisi Drs I Ketut Mandala Putra, M.Hum. Ada lima kreteria dalam lomba ini yaitu originalitas aransemen, penghayatan puisi dalam lagu, kualitas vocal, harmonisasi puisi dengan musiknya, dan keutuhan penampilan. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali