Sesolahan Teater Angin, “Karma Ening” Sampaikan Pentingnya Air dalam Kehidupan

 Sesolahan Teater Angin, “Karma Ening” Sampaikan Pentingnya Air dalam Kehidupan

Kreatif dan kental dengan pesan. Teater Angin, SMAN 1 Denpasar tampil secara total dalam sesolahan (apresiasi sastra) serangkaian Bulan Bahasa Bali IV di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Art Center, Provinsi Bali, Sabtu 26 Pebruari 2022. Terater berjudul “Karma Ening” yang didukung oleh 25 aktor dan aktris ini dikemas menjadi sebuah sesolahan (pertunjukan) seni yang sangat atraktif, namun masih terbingkai dengan “Gitaning Toya Ening”, Air Sumber Pengetahuan sebagai tema Bulan Bahasa Bali IV. Para pemain yang memiliki pengalaman pentas itu begitu pasih dalam membawakan kisah. Penonton, berdecak kagum dibuatnya.

Teater yang disutradarai oleh, I Putu Kevin Raditya Hadi Wardana dan Asisten, Made Indira Larasati Dwijaksara ini menyajikan pola seni pertunjukan begitu jelas. Cerita dibeber diatas panggung melalui gerak laku pemain dan olah vocal, serta didukung kostum yang membedakan setiap peran, iringan musik yang mampu menciptakan suasana, juga lighting yang menegaskan dalam setiap pembabakannya. Setiap adegan didukung dengan penataan panggung (dekorasi) dan property tang dibawaknya. Semua itu bukan sekedar tempelan, tetapi menjadi satu kesatuan dalam adegan, bahkan menjadi bagian dari setiap pembabakan.

Teater yang didukung Anak Agung Ngurah Raja Inggas sebagai pimpinan produksi dan
A.A Ketut Bagus Rai Lanang Sumalidaga sebagai Co Perlengkapan menyajikan kostum yang
Sederhana. Namun, kostum itu justru sangat mendukung suasana yang ingin disampaikan, yakni menggambarkan masyarakat desa yang hidup dalam keseharian, seperti dekat dengan sawah, lumpur dan air. Diawal pertunjukannya dimulai dengan musikalisasi yang mampu membangun dan membangkitkan kesan, sehingga penonton mendapatkan gambaran awal dari kisah yang diangkat, yakni pentingnya air dalam kehidupan manusia.

Sementara di tengah-tengah memasukan suara suling untuk menambah suasana pedesaan yang arsi dan damai, serta petikan gitar memberi suasana tegang pada saat adegan konflik. Music itu sangat membantu dalam membangun suasana. Sedangkan diakhir pertunjukan, teater ini kembali menyajikan musikalisasi puisi sebagai bentuk penegasan pesan yang disampaikan itu. “Teater ini mengangkat kisah di dalam kehidupan manusia sehari-hari,” kata Made Indira Larasati Dwijaksara.

Baca Juga:  Naskah, Masih Menjadi Problem Pementasan Drama Bali Modern dalam Lomba di Bulan Bahasa Bali

Karma Ening

Air sebagai salah satu elemen terpenting. Manusia, sangat bergantung kepada air untuk bertahan hidup. Maka dari itu, menghargai dan menjaga air itu sangat penting sebagai bentuk terima kasih kepada Sang Pencipta. Jika tidak memanfaatkan dan menjaga air dengan baik, maka akan muncul petaka sebagai suatu akibat. “Karma Ening ini suatu cerita mengenai akibat dari perbuatan manusia kepada alam di sekitarnya. Cerita ini mengajarkan betapa pentingnya air dalam kehidupan kita dan bagaimana alam memiliki relasi yang kuat dengan perbuatan manusia,” bebernya.

Indi demikian sapaan akrabnya mengaku, sesolahan Teater Angin ini sebagai bentuk kebanggaan karena diberi kesempatan tampil dalam ajang Bulan Bahasa Bali menampilkan teater dalam bentuk Bahasa Bali. Melalui kesempatan ini, ia dan teman-temannya dapat belajar dan menggali bahasa Bali dan aksara untuk sebuah pertunjukan teater. “Jujur, kami sangat senang menjadi gester, pembawa acara dalam ajang tahunan ini. Kami sebagai siswa merasakan ada pembelajaran, khususnya dalam berbahasa Bali. Ada pembelajaran lebih untuk menambah pengetahuan di sekolah dan di masyarakat,” ungkapnya.

Sebelumnya, dalam setiap pentas drama selalu menggunakan bahasa Indonesia dan sekarang justru menggunakan bahasa Bali. “Lumayan menguras waktu latihan dalam menggunakan bahasa Bali. apalagi Bahasa Bali itu ada soor singgih basa (berbagai tingkatan), sehingga harus betul-betul paham, sehingga pesan bisa sampai kepada penonton. Pesan yang kami sampaikan pasti menjaga air dan lingkungan, menghargai pencipta dan seluruh alam ciptaan-Nya. Salah satunya menghargai air dengan doa, membuat ikatan terhadap Tuhan, dan dengan menjaga kebersihan serta tidak melakukan eksploitasi terhadap alam,” imbuhnya.

Kurator Bulan Bahasa Bali IV Tahun 2022, Gede Nala Antara mengapresiasi penampilan garapan Teater Angin. Kemampuan mereka berdialog di atas sekaligus menjawab bahwa remaja masa kini tak melupakan bahasa Bali. Akan tetapi memang ada beberapa catatan terkait penampilan tesater ini. “Seperti kekuatan vokal dan pematangan dialog berbahasa Bali masih perlu ditingkatkan,” ucapnya.

Baca Juga:  “Tari Baris Sesandaran” Terinspirasi dari Kesenian Barong Landung

Menurut Nala Antara, dialognya perlu dikuatkan. Begitu juga bahasa dan kekuatan vokal mereka untuk mengucapkan Bahasa Bali agar tidak terkesan menghafal. “Ada intonasi setiap mengucapkan. Tapi secara umum, untuk tingkat remaja, penguasaan panggung mereka lumayan, dan sudah bisa menggambarkan tema Gitaning Toya Ning itu,” ujarnya memberi apresiasi. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post