Rayakan Kebudayaan Dunia, BWCC Tampilkan Tiga Komunitas Gamelan Bereputasi Internasional
Dalam perhelatan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-44 dimeriahkan dengan Bali World Cultural Celebrations (BWCC) atau Perayaan Kebudayaan Dunia. Ajang ini diawali dengan penampilan tiga komunitas gamelan yang telah memiliki reputasi secara nasional dan internasional. Pentas pertama dalam gelaran BWCC itu, yakni Sekaa Gong Belaluan Sadmerta; Roras Ensemble dan Jes Gamelan Fusion bertempat di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandhi, Kota Denpasar, Selasa 14 Juni 2022.
Sekaa Gong Belaluan Sadmerta telah terbentuk dari 1957, cikal bakalnya bermula dari Legong Belaluan yang tersohor sejak tahun 1918. Beberapa tokoh terdahulu dan pembina diantaranya Made Regog dan Wayan Berata. Selama 60 tahun, sekaa telah tampil di berbagai pertunjukan nasional dan internasional seperti di Bangkok, Filipina, New dan Jerman.
Kemudian Grup Roras Ensemble didirikan oleh Wayan Gede Yudana pada 2018 yang merupakan ensembel perkusi musik baru, yang memperjuangkan musik eksperimental dan gamelan kontemporer. Sedangkan Jes Gamelan Fusion merupakan grup musik yang didirikan pada 2006. Jes singkatan dari jegog dan semar pegulingan serta gamelan fusion di definisikan sebagai sebuah perpaduan gamelan.
Grup ini kerap tampil di berbagai festival musik nasional maupun internasional, termasuk berkolaborasi dengan musisi ternama Indonesia. “BWCC ini merupakan apresiasi pada kebudayaan dunia yang bertujuan mewujudkan Bali sebagai Pusat Kebudayaan Dunia atau Bali Padma Bhuana,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Prof. I Gede Arya Sugiartha.
Penampilan komunitas atau sekaa gamelan di Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandhi, Kota Denpasar itu menyampaikan Perayaan Kebudayaan Dunia tahun ini merupakan gelaran yang pertama kalinya dilaksanakan di Bali. BWCC akan digelar dari 12-25 Juni 2022 secara Dalam Jaringan (Daring) dan Luar Jaringan (Luring) dengan mengangkat tema Danu Kerthi: Resilience and Harmony (Kebertahanan dan Harmoni).
Prof. Arya Sugiartha menegaskan, BWCC bertujuan memperkuat posisi strategis kesenian dan kebudayaan Bali yang turut mewarnai dan membangun nilai-nilai kesatuan, harmoni, dan perdamaian (unity, harmony, and peace) antarbangsa di dunia melalui pemanggungan dan presentasi beragam genre pertunjukan. “Melalui BWCC kami harapkan dapat mendorong terbangunnya konektivitas dan ruang kolaborasi sesama seniman dan pegiat kreatif lintas negara,” ujar mantan Rektor ISI Denpasar itu,
Sementara itu, Prof Dr I Made Bandem selaku salah satu kurator BWCC mengatakanm, terdapat 20 sekaa, komunitas, penampil gamelan dari Bali, Indonesia serta mancanegara berpartisipasi dalam BWCC ini. “Partisipasi dari mancanegara yakni dari Amerika, Belanda, Belgia, China, Jepang, Perancis, Spanyol dan Taiwan,” ucapnya.
Komunitas ataiu sekaa itu, diantaranya Gamelan Terang Bulan (Japan); Gamelan Swara Shanti (Belanda); Gamelan Galak Tika (USA); Shackled Spirits Collage of The Holy Cross (USA); Gamelan Gita Lestari, National Taiwan University (NTU, Taiwan); Gamelan Barasvara (Barcelona); dan Gamelan Puspa Warna (Prancis). Kemudian Gamelan Bintang Wahyu–Brigham Young University’s (USA); Gamelan Sekar Jepun (Japan); Gamelan Tunas Mekar (Denver); Jack Quartet (NYC); Gamelan Geinoh Yamashirogumi (Japan); Saling Asah vzw (Belgium); Gamelan Burat Wangi (USA); Jingdezhen Ceramic Institute, Jiangxi Province (RRC).
Selain itu Sanggar Seni Makaradhwaja (Bali-Indonesia); Gamelan Belaluan Sadmerta (Bali-Indonesia); Roras Ensemble (Bali-Indonesia) dan Jes Gamelan Fusion (Bali-Indonesia). Akan tampil di penghujung acara BWCC pertunjukan “Bee Dance: kolaborasi koreografer Andhika Annisa (Indonesia) dan Kareth Schaffer (Jerman), pada 25 Juni 2022 di Gedung Ksirarnawa-Taman Budaya Provinsi Bali.
Pergelaran diadakan pula tiga seri Dialog Budaya dengan pembicara terpilih bereputasi internasional, mengetengahkan tema “Water as Source of Innovation and Creation of Performing Arts”; “Contemporary Balinese Gamelan”; dan “Balinese Gamelan on Global Stage”. Beberapa narasumber yang akan berbagi pandangan dan pengalamannya terkait tiga tematik tersebut, diantaranya Prof Dr Made Mantle Hood (Taiwan), Prof Dr Wayan Rai S (Indonesia), Prof Dr Jody Diamond (USA), Prof Dr Wayan Dibia (Indonesia); Prof Dr Made Bandem (Indonesia) dan Wayan Gde Yudane (New Zealand). [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali