PKB Ajang Regenerasi Penari Dramatari Arja Klasik
Dramatari Arja tergolong klasik, itu betul. Regenerasi penari arja juga sangat susah didapat, ini juga tidak salah. Tetapi, tidak demikian halnya dengan Sekaa Dramatri Arja Sari Dharma Kerti, Banjar Lantang Bejuh, Kelurahan Sesetan. Sebagai duta seni Kota Denpasar, sekaa arja ini memanfaatkan ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-44 untuk melahirkan regenerasi. Dan itu benar, Dramatri Arja Sari Dharma Kerti tampil dengan para penari dan penabuh dari kelompok remaja hasil dari regenerasi dramatari arjua klasik.
Dalam pentas itu, sekaa dramatari arja itu melibatkan 12 penari dan 15 penabuh. Meski sebagai pemula, namun penampilan sekaa arja klasik itu berhasil membius penonton yang hadir untuk tidak beranjak dari tempat duduk masing-masing di Kalangan Ayodya hingga acara usai. “Penari arja yang senior di banjar (dusun) kami sudah banyak yang meninggal, sehingga kami ambil kesempatan tampil di PKB ini sekaligus untuk regenerasi para pemain arja,” kata koordinator Sekaa Dramatari Arja Sari Dharma Kerti, I Wayan Manuaba disela-sela pementasan, Sabtu 9 Juli 2022.
Selain itu, Banjar Lantang Bejuh memiliki “sesuhunan” Barong Landung yang disucikan dan setiap masolah (menari) juga diiringi dengan pengarjan (kesenian arja), sehingga kesenian arja ini selalu pentas. “Ida Sesuhunan akan “masolah” (tampil) ketika ada yang naur sesangi (bernazar),” ucap Wayan Manuaba di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali itu, tempat dramatari arja itu pentas.
Meskipun untuk tampil di Pesta Kesenian Bali (PKB) ini proses latihan baru dilakukan sejak Mei 2022, para pemain Arja Klasik sudah lihai membawakan perannya masing-masing. Bisa dibilang, pementasan ini relatif tidak menemukan masalah karena para anak muda ini memang hobi menari dan beberapa juga telah menjuarai lomba-lomba makekawin. “Intinya melalui pementasan ini, kami ingin terus melestarian kesenian Arja Klasik agar jangan sampai hilang dan kebetulan semua penarinya juga berasal dari Banjar Lantang Bejuh,” tegasnya.
Sebelum dipentaskan di PKB, para seniman Dramatari Arja Klasik dari Banjar Lantang Bejuh tersebut berkesempatan pula ngayah pentas saat ritual piodalan di Pura Kahyangan desa setempat pada 13 Juni lalu. Selain untuk ‘ngayah’, ajang ini sekaligus untuk mengenalkan mereka bagaimana berinteraksi dengan para penonton. Untuk memeriahkan PKB ke-44, Sekaa Arja Sari Dharma Kerti membawakan garapan berjudul Swadharmaning Suputra.
Dramatari Arja ini mengawali kisah di kerajaan Swana Gangga tersebutlah dua bersaudara Galuh Diah Agra Manik dan adiknya Mantri Manis yang bernama Raden Wijaya Sena. Ibu mereka telah tiada dan ayahnya pergi berguru sastra. Sementara itu di kerajaan Goa Maya, Prabu Sureng Rana (Mantri Buduh) yang merupakan ayah Galuh Diah Agra Manik dan Raden Wijaya Sena belajar berguru sastra kepada Bhagawan Dharma Sakti. Prabu Sureng Rana belajar bersama sama dengan Liku yang bernama Diah Ulakesa. Setelah tamat belajar, Sang Prabu Sureng Rana ke Dharma Putra memperistri Diah Ulakesa dan dinobatkan menjadi raja di kerajaan Goa Maya.
Sementara di kerajaan Swarna Gangga, Mantri Manis berkeinginan mencari ayahnya yang sedang berguru sastra. Setelah bertemu dengan Mantri Buduh (ayahnya), Mantri Manis tidak diakui sebagai anak dan atas perintah Liku Dyah Ulakesa. Mantri Manis dibunuh dan berita itupun sampai kepada Galuh Diah Agra Manik. Setelah Diah Agra Manik mengetahui adiknya telah dibunuh maka Diah Agra Manik dengan kesedihannya ingin mengkhiri hidupnya. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali