Ted van der Hulst Pamerkan ‘Aristocrats’ di Museum ARMA Ubud

 Ted van der Hulst Pamerkan ‘Aristocrats’ di Museum ARMA Ubud

Puluhan karya fotografi Ted van der Hulst menghiasi ruang pameran di Museum ARMA, Ubud, Kabupaten Gianyar. Pameran fotografi bertajuk ‘Aristocrats’ itu merupakan human interest yang digali dari kehidupan komunitas orang-orang bertubuh pendek (cebol) yang bertahan hidup di tengah gemuruh aktivitas pariwisata di Bali. Pameran ini sebagai cara fotografer asal Belanda untuk memberikan penghormatan kepada para anggota komunitas cebol, disamping sebagai cara berbagi pengalaman perihal humanisme kepada publik. Pameran dibuka pada, Jumat 28 Desember 2022 dan berlangsung hingga 18 Januari 2023.

Ted van der Hulst sejak lama tinggal di Bali bersama anak istrinya menjalani profesi sebagai seorang seniman potret seperti halnya seorang pelukis. Tetapi, ia menggunakan kamera untuk berkarya. Dalam memotret, ia lebih banyak menggunakan lampu studio dan tripod. Ia menghindari efek khusus dan citra digital serta memilih membiarkan lensa dan kamera bekerja untuk menjaga foto tetap jujur dan otentik. Sebut saja, pada karya pameran Aristocrat ini, ia terpikat berkarya di luar apa yang dianggap sebagai kecantikan. Ia lebih mengedepankan ‘apa adanya’ dari tangkapan lensa kameranya.

Pameran ‘Aristocrats’ ini terinspirasi dari komunitas orang-orang pendek di Bali. Hal ini menjadi bagian dari upayanya untuk menampilkan orang-orang yang tepinggirkan dan yang nyaris tak dibicarakan dalam percaturan sosial. Sebagian karya dalam pameran ini, menggambarkan aktivitas komunitas yang berjumlah sekitar 25 orang yang bekerja melalui pertunjukan tinju komunitas Midget Fun Boxing ini bagi turis di Bali. “Saya ingin menampilkan betapa gigihnya komunitas ini memperjuangkan kehidupan, sebagai hak sebagaimana warga yang lain,” ucap Ted Van der Hulst disela-sela persiapan pembukaan pamerannya itu.

Kalau menyimak dari karya-karya yang disajikan, Ted Van der Hulst seakan menuntun orang-orang kepada kondisi sulit yang tak terduga dari komunitas ini. Sepintas, orang hanya menangkap kebahagiaan mereka menjalani aktivitas dan perjuangan yang sangat keras, tetapi di sisi lain menyodorkan paradoksal. Misalnya, melalui pose-pose jenaka dengan wajah muram yang seolah menyimpan kesedihan. Keseluruhan karya dalam pameran ini memberikan suatu pelajaran bagaimana manusia menyikapi hidup. Kemewahan tak selamanya memberikan kebahagiaan, dan mungkin pula, dalam kondisi kekurangan sisi hidup manusia tetap memancarkan karunia Illahi yang patut disyukuri.

Baca Juga:  "Sisyphus Game" Karya Putrayasa Merespons Fenomena Terinspirasi Mitologi Yunani Kuno

Ted van der Hulst yang lahir di Utrecht, Belanda, 1982 ini mengeluti fotografi sejak kecil. Seusai kuliah di Fotovakschool Amsterdam (2012) ia bekerja di MRA untuk menggarap foto-foto majalah Harper’s Bazaar, Cosmopolitan, dan Esquire sambil mengajar fotografi di Lasalle College di Jakarta. Proyek pribadinya yang menampilkan karya fotografi yang sangat menyentuh pernah dipamerkan dan diterbitkan dalam sebuah buku bertajuk Dennis (2017). Pameran lima tahun silam itu menyajikan kehidupan orangutan muda yang diselamatkan kemudian belajar bagaimana hidup kembali di hutan. Kemudian berturut-turut pameran foto High Dogciety di Edwin Gallery (2019), dan JakCats di Kunstkring (2019).

Aristocrats

Ahli hukum dan pelestari budaya Tamalia Alisjahbana dalam pengantar pameran menyebut sang fotografer berhasil menggambarkan aktivitas kebertahanan komunitas oang bertubuh pendek yang survive melalui tontonan tinju. “Di sini mereka saling menjaga dan memiliki menciptakan perlindungan dari penghinaan dan luka dari apa yang disebut dunia normal,” tulis Tamalia.

Tamalia melihat dari karya fotografi ini dapat langsung dirasakan pahit-manis dunia komunitas kurcaci itu. Kepekaan Ted Van der Hulst berhasil menangkap sisi humanisme mereka melalui media fotografi. “Ted Van der Hulst dengan lembut menuntun kita dengan kameranya untuk memahami kebenaran ini,” ujarnya.

Kurator Bruce Carpenter menyebut orang cebol Indonesia sering mencari perlindungan dengan sesama mereka hingga menjadi komunitas yang berfungsi sebagai keluarga yang menawarkan perlindungan, persahabatan, dan penghasilan sambil dengan tekun menjaga kehidupan pribadi para anggotanya. Midget Fun Boxers yang didirikan Boncel pada 1010 adalah contoh utama dari fenomena ini.

Boncel adalah seorang visioner, yang berharap untuk mewujudkan sebuah komunitas permanen yang lebih besar yang akan berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi orang cebol Indonesia dan tujuan wisata yang menawarkan program pertunjukan dan kegiatan reguler.

Baca Juga:  Sanctoo Suites & Villas Unlimited Access ke Bali Zoo

Bangga namun realistis, ia melihat ini sebagai awal dari sebuah jaringan yang akan merambah negeri. Bagi Ted van der Hulst rangkaian foto-foto ini adalah hasil kerja sama Boncel dan kawan-kawan yang mengizinkannya mengabadikan tidak hanya persona panggung mereka, tetapi juga memberikan pandangan sekilas yang intim tentang aktivitas sehari-hari sebagai bukti bahwa mereka adalah anggota terhormat dari keluarga manusia. [B/*]

Balih

Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali

Related post