SMK Festival 2025 Wadah Kreatif Merepresentasikan Semangat Kolaboratif Anak Muda Bali

 SMK Festival 2025 Wadah Kreatif Merepresentasikan Semangat Kolaboratif Anak Muda Bali

Tari Pendet mengawali acara penutupan SMK Festival 2025/Foto: darma

MASIH INGAT tokoh Tualen dan Merdah yang memandu pembukaan SMK Festival 2025 lalu? Pada acara penutupan pun, dalam pertunjukan wayang kulit itu berlanjut. Hanya saja, tokoh yang tampil bertambah, yakni ada Delem dan Sangut padaacara penutupan itu.

Penampilan tokoh punakawan yang ada dalam kisah pewayangan di Bali itu berperan sebagai Master of Ceremony (MC) yang memandu acara tersebut. Walau demikian, disela-sela acara dalang yang memainkan boneka dua dimensi itu terkadang memasukan pesan moral.

SMK Festival 2025 ditutup oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (Kadisdikpora) Provinsi Bali, Ketut Ngurah Boy Jayawibawa mewakili Wakil Gubernur, I Nyoman Giri Prasta di di Panggung Ardha Candra, Taman Budaya Bali, Sabtu 12 April 2025.

Posisi kelir wayang memang sama, yakni di Panggung Ardha Chandra, berbentuk setengah lingkaran itu sebelah kanan. Dalam menarikan wayang, sang dalang didukung oleh 2 penabuh gamelan gender berlaras selendro.

Baca Juga:  Phangsanny Solo Fashion Show ‘Le Jardin Poétique’, Mirip Pertunjukan Seni

Acara penutupan dibuka dengan tari penyambutan, yaitu Tari Pendet yang dibawakan oleh siswa SMK Negeri 5 Denpasar. Tari ini terkesan klasik, sebagai ucapan selamat datang bagi para undangan.

Sebelum prosesi penutupan, Kadisdikpora Boy menyerahkan piala kepada para Juara I pada lomba ajang talenta di Panggung Ardha Candra, Taman Budaya Bali. Lomba itu, terdiri dari Mengetik Antuk Keyboard Aksara Bali, dan Lomba Olimpiade Akuntansi.

Termasuk Lomba Making Bed Competition, Kompetisi Project IPAS, Olimpiade Matematika Terapan, Lomba Debat Bahasa Inggris serta Lomba Hiburan antara lain Mobile Legend Antar Siswa SMK se Bali dan Lomba Memancing.

Kadisdikpora Boy mengatakan, SMK Festival bukan hanya sekadar ajang perlombaan, namun menjadi wadah kreatif merepresentasikan semangat kolaboratif anak muda Bali. “Festival ini hasil kerja bersama antara pemerintah, siswa, guru, kepala sekolah, bahkan orang tua,” ucapnya.

Baca Juga:  Festival ‘Jaman Baheula’ Pentaskan Wayang Kulit Tanpa Bayang-bayang

Kadisdikpora Boy kemudian menyoroti pentingnya ruang-ruang ekspresi yang inklusif dan bebas biaya bagi generasi muda Bali. “Kami ingin menghadirkan ruang kolaborasi dan panggung kreativitas yang tidak eksklusif,” ungkapnya.

Kadisdikpora Boy kemudian memberikan apresiasi tinggi kepada seluruh peserta, orang tua, dan para pemenang. Namun ia menekankan bahwa kemenangan sejati adalah keberanian untuk tampil.

“Bukan soal juara atau tidak, tapi keberanian mengekspresikan diri di panggung besar inilah yang patut dibanggakan,” pungkas Kadisdikpora Boy.

Ketua Panitia, Arisanjaya dalam laporannya mengatakan, festival ini mengimplementasikan Strategi Revitalisasi SMK yang menyasar 7 Strategi yaitu Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), Link and Match dengan DUDIKA, Kurikulum Berbasis Industri.

Baca Juga:  Biznet Gelar ‘NgabubuRUN’ Menjalin Silaturahmi di Bulan Suci Ramadhan 1445H

Termasuk pula lomba Teaching Factory, Penggunaan Media Video Tutorial dan Portofolio Berbasis Video e-Report Skill, Mengembangkan Kearifan Lokal dan Peran SMK Sebagai Penggerak Ekonomi Lokal.

“Ini ajang ekspresi dan kolaborasi lintas generasi, khususnya bagi siswa dan komunitas guru SMK. Festival ini mulai 6 Maret – 12 April yang diawali di kabupaten dan kota di Bali. Ajang ini mengawali di Kabupaten Jembrana sampai di Kabupaten Tabanan,” jelasnya.

Ajang festival ini untuk menyampaikan sebuah pemikiran yang tidak murni satu pikiran saja, tetapi bentuk kolaborasi lintas sektor dan generasi. Acara dengan karakter muda, sehingga beda. “Pendidikan budaya penting, sehingga menjadi faktor bangkitnya Indonesia Emas,” imbuhnya.

Arisanjaya juga menyinggung tentang kurangnya ruang kreativitas saat ini. Bali banyak memiliki ruang kreativitas, namun ruang yang berbayar. Hal ini menjadi keresahan, sehingga ajang SMK Festival untuk membuat ruang kreativitas budaya.

Baca Juga:  Seni Baligrafi Potensial di Dunia Kreatif

“Di SMK Festival ini, siapa pun bisa tampil, dari penampil teater, pembaca puisi, hingga monologis. Semuanya gratis, dan ini adalah bentuk nyata dari pemerataan akses budaya,” tegasnya. [B/darma]

Related post