I Ketut Muka Pendet; Patung Baru Berangkat dari Tradisi Trend Pasar Sekarang
Seniman atau penggiat seni yang bergerak dibidang seni rupa mesti mampu menghasilkan karya yang beda, baik itu berbeda dari segi konsep maupun visual, ide dan gagasan. Sebab, kalau membaca peminat (pasar), sekarang ini banyak orang yang ingin patung baru. Walau dari segi teknik dan bahannya sama, tetapi ada sesuatu kebaharuan yang muncul. “Kebaharuan itu muncul, namun tetap berangkat dari tradisi, sehingga memiliki karakter karya yang kuat,” kata seniman patung, Dr. I Ketut Muka Pendet, belum lama ini.
Patung-patung untuk dekor juga laris manis, baik secara local, nasional dan internasional. Itu membuktikan perkembangan patung dekor luar biasa. Sebut misalnya patung di Mas, Ubud Gianyar, ada inovasi pergeseran dari bahan kayu ke batu padas. Dulunya, dari kayu sekarang dari bahan padas yang diolah dari bahan campuran serbuk padas dan semen, dan bisa laku keras. ” Kita harus mampu membuat terobosan, misalnya penggalian yang ada hubungan dengan alam recycle (daur ulang) itu luar biasa untuk isu lingkungan, disamping sadar akan lingkungan. Kalau mampu berinovasi membuat karya cipta recycle itu, saya yakin banyak peminatnya,” ujar pria kelahiran Banjar Nyuh Kuning, Desa Mas Ubud, Gianyar, 31 Desember 1961 ini.
Sejak pandemi melanda dunia, banyak sektor mengalami keterpurukan, tak terkecuali Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bergerak dibidang kerajinan. Setelah pulihnya sektor pariwisata, denyut nadi ekonomi pun perlahan mulai bangkit. Termasuk para seniman khususnya pembuat patung juga ikut bergeliat. Adanya trend karya seni rupa patung itu mendapat apresiasi, karena masih kental dengan akar tradisi. “Saya salut dan bangga seni patung tidak pernah mati. Banyak ikon-ikon patung bermunculan di sejumlah tempat strategis yang mendukung sebuah destinasi atau perwajahan perkotaan di Bali,” tambah penggagas patung penjaga angkul-angkul di Banjar Nyuh Kuning, Ubud itu.
Muka Pendet menegaskan, pasca pandemi ini perkembangan pariwisata di Ubud dan Bali umumnya memberikan angin segar bagi seniman Bali dan pegiat seni, baik seni rupa atau pun seni pertunjukan yang memiliki peluang bagus. Hanya saja bagaimana cara menyikapinya. “Kalau kita ingin berbuat dan meneruskan daya cipta itu kan sudah ada yang berminat dan melirik. Apa lagi dengan adanya ruang Bali Mega Rupa dan Pesta Kesenian Bali (PKB), ini memberikan arah yang cukup signifikan untuk berkaryacipta dalam hubungan dengan berkesenian,” papar seniman yang biasa memberi workshop di luar negeri ini.
Dr. I Ketut Muka Pendet seniman patung dan dosen ISI Denpasar.
Demikian pula pariwisata Ubud, yang dapat memotivasi seniman seni rupa di Bali. Karena pecinta seni itu, baik yang nasional atau mancanagera sudah mulai melirik terutama kebutuhan-kebutuhan terkait dengan ruang pajang atau rumah. Butiknya, setiap seniman menggelar pameran, pengunjungnya luar biasa. Bahkan, tidak sedikit yang laku. “Itu sebuah angin segar buat karya lukis patung dan sebagainya. Karena karya-karya seni patung sudah mulai dilirik kembali,” ucap seniman patung yang menerima penghargaan Adi Sewaka Nugraha serangkaian Pesta Kesenian Bali ke-44 tahun 2022 itu.
Wakil Rektor Bidang, Umum, Keuangan dan Kepegawaian Insitut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini menambahkan, pulihnya sektor pariwisata menghidupkan denyut nadi ekonomi Bali. Hal itu, mendorong munculnya pameran-pameran seni di museum ataupun di gallery seni. Karena itu, dirinya bersama dosen-dosen lainnya, menggelar pameran seni. “Kami, dosen ISI Denpasar, bila tidak ada halangan akan menggelar pameran teracota di Museum Puri Lukisan, Ubud,” ujarnya.
Pameran itu akan digelar pada Juni 2023 bakal menyajikan sekitar 40 karya. Patung-patung itu sedang digarap. Disamping itu merayakan geliat kebangkitan ekonomi, ide pameran teracota itu muncul ketika di kampus membuat terakota setinggi 7 meter. Ide tersebut dari Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Adnyana yang selalu mendorong dosen dan mahasiswanya untuk berkreativitas. “Ide dan gagasan tersebut kemudian kami, dosen-dosen terutama dari Program Studi Kriya Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Denpasar menterjemahkan, sehingga bentuk patung yang dibuat itu tampil beda,” pungkasnya. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali