Lomba “Ngewacen Puisi Bali Anyar” Ajang Pengembangan Aksara, Bahasa dan Sastra Bali. Ni Putu Renaisan Andari Teja Juara I

 Lomba “Ngewacen Puisi Bali Anyar” Ajang Pengembangan Aksara, Bahasa dan Sastra Bali.  Ni Putu Renaisan Andari Teja Juara I

Lomba Ngwacen Puisi Bali pada pelaksanaan BBB tahun 2023/Foto: doc.balihbalihan

Ni Putu Renaisan Andari Teja, I Made Suartama Yasa dan I Gusti Ayu Andhini Lestari terpilih sebagai pemenang Wimbakara (Lomba) Ngewacen Puisi Bali Anyar serangkaian Bulan Bahasa Bali ke-5 di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali, Selasa 7 Pebruari 2023. Masing-masing terpilih sebagai Juara I, II dan Juara III. Ketiga peserta ini memang tampil lebih mempesona dari peserta yang lain. Itu tak hanya tampak pada pengucapan kata dan intonasi, tetapi juga ekspresi yang dibarangi gerak tubuh yang mendukung dari isi puisi tersebut.

Pada lomba kali ini, diikuti sebanyak 24 peserta setingkat SMP, dan hampir semua peserta tampil memikat. Puisi Bali tak hanya dibaca dengan suara yang lugas, tetapi juga diekspresikan melalui mimik dan gerak tubuh mereka. Mereka betul-betul menjiwai setiap puisi yang dibawakan. “Saya sangat bangga dengan penampilan peserta lomba Ngewacen Puisi Bali Anyar kali ini. Saya mengapresiasi terhadap minat anak-anak dalam kegiatan membaca puisi bahasa Bali itu,” kata Dewan Juri, Ketut Sudewa yang didampingi dua juri lainnya, I Made Sugianto dan Putu Supartika.

Lomba puisi bahasa Bali, biasanya menjadi kendala pada bahasa. Namun, anak-anak yang tampil kali ini memang rata-rata baik, khususnya dalam pengembangan aksara, bahasa dan sastra Bali, sesuai dengan kebijakan Gubernur Bali. “Walau secara seluruh tampil bagus, namun beberapa peserta ada yang tidak tahu arti dari bahasa itu. Harusnya mereka mulai dari mengetahui arti kata, baru menafsirkan selanjutnya mengekspresikan. Tetapi, dari keinginan mereka untuk ikut lomba sangat bagus dan patut diacungi jempol,” paparnya.

Namanya juga baca puisi, maka harus membaca. Walaupun sudah hapal, tetapi tetap saja membaca. Pada lomba kali ini, ada yang tak membaca puisi tetapi menghapal. Saat membaca puisi itu, juga ada peserta yang bergerak bagai seorang pemain drama. “Itu boleh saja, tetapi jangan lebay, dan melebih dari inti dari baca puisi itu. Bergerak itu bagus, namun porsinya harus pas, karena ini ajang membaca puisi, bukan bermain drama,” paparnya.

Baca Juga:  Gong Suling Inovatif Sibang Kaja Tampil Syahdu

Ngewacen Puisi Bali Anyar

Kalau membaca puisi itu harus menjadi dirinya sendiri. Artinya, sesuai dengan ekspresi sendiri. Karena itu, Sudewa yakin kedepan bahasa Bali tak akan hilang, yang panting mau melakukan kegiatan seperti ini. Bahasa itu kan alat untuk budaya kita. “Kegiatan ini mestinya diikuti oleh daerah dari kabupaten dan kota madya. Bila perlu, ini dilakukan dari tingkat desa, dan kecamatan. Kalau hanya dilakukan dari atas, terkadang tidak menjangkau semua yang dibawah. Sebab, yang tahu keadaan di bawah kan pemerintah di tingkat bawah,” bebernya.

Apalagi, kedepan jaman semakin canggih, maka bahasa Bali harus dijaga agar tidak tersisih dengan budaya lain. Bahasa Bali adalah salah satu sumber budaya Bali. “Teman-teman sastrawan, harusnya membina dari tingkat bawah. Jangan hanya membina yang sudah di atas. Teman-teman sastra Bali kan banyak sekali, mulai dari kabupaten lalu direkrut di tingkat provinsi,” papar Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unud ini.

Lomba ngewacen puisi Bali anyar ini merupakan ruang yang diberikan oleh Gubernur Bali, maka itu teman-teman sastra Bali modern kembali membina pada anak-anak khususnya bagi anak SD dan SMP. Terutama dalam penguasaan bahasa Bali, sehingga mengerti pemakaian bahasa alus, dan bahasa kasar. Kegiatan ini sangat baik untuk mengasah otak dan pikiran. Terkadang mengasah pikiran itu kurang dilakukan kaena harus mengejar teknologi. “Saat ini banyak anak-anak yang jurusan IPA menekuni sastra, teater dan kegiatan seni lainya. Itu kan untuk mengasah otak, menyeimbangkan otak kanan dan kiri,” sebut sastrawan asal Karangasem ini.

Sementara Made Sugianto mengaku bangga dengan salah seorang peserta yang membawakan puisi karya sendiri sebagai puisi pilihan. Anak setingkat SMP sudah bisa menulis puisi, bahkan sangat percaya diri dalam membawakannya dalam lomba. “Puisinya bagus. Berbakat sebagai penulis puisi. Saya sangat mengapresiasinya,” puji Sugianto yang juga Perbekel Desa Kukuh Marga Tabanan ini sambil menitip pesan titip pesan kepada para guru pembina untuk mengajarkan pelafalan kata a dan e yang sering membuat peserta keliru dalam menyampaikannya. [B/*]

Related post