I Nyoman Winarta Miliki 29 Lontar, 9 Teridentifikasi Sisanya Rusak
Masyarakat yang memiliki lontar, jangan biarkan rusak hingga tak bisa dibaca. Lontar merupakan sumber ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan budaya Bali. Maka, jaga dan rawatlah lontar dengan baik, sehingga kondisinya tak menjadi rusak. Lihatlah, lontar milik I Nyoman Winarta yang beralamat di Banjar Kesimpar Kelod Teben, Desa Kesimpar, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. Dari 29 lontar yang diwarisi para leluhurnya itu, hanya 9 lontar yang kondisinya masih bagus, dan sisanya rusak.
Rusaknya lontar itu, diketahui setelah Tim Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Karangasem khususnya Penyuluh Bahasa Bali Kecamatan Abang yang bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Bali melakukan konservasi dan identifikasi di rumahnya, Kamis 16 Pebruari 2023. Kegiatan tersebut serangkaian dengan Bulan Bahasa Bali ke-5 itu melibatkan tim penyuluh. Setelah melakukan persembahyangan, Tim Konservasi Lontar Dinas Kebudayaan Provinsi Bali menyerahkan alat-alat konservasi lontar berupa minyak sereh, kuas, lap, benang, dan tisu kepada Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kecamatan Abang, I Wayan Sejana,S.Pd. Tim kemudian melakukan konservasi dan identifikasi lontar.
Kegiatan yang bertajuk Festival Konservasi Lontar itu mengkonservasi lontar milik Winarta sebanyak 29 lontar, terdiri dari 3 lontar cakepan dan 26 lontar embat-embatan. Tim kemudian berhasil mengidentifikasi sebanyak 9 lontar yang terdiri 1 lontar cakepan dan 8 lontar embat-embatan. “Lontar yang tidak bisa teridentifikasi karena kondisinya dalam keadaan rusak dan kebanyakan lembarannya hilang,” kata Wakil Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kecamatan Abang, I Nyoman Suita,S.Pd.
Lontar yang berhasil diidentifikasi, diantaranya jenis lontar Pupuh Dangdang, Geguritan, Iti Jatining Keputusan, Keputusan Sanghyang Aji Siwa Sumadang, Keputusan Taru Premana, Pasisigan, Wariga dan 2 buah Lontar Kekawin. Lontar-lontar yang masih lestari ini biasa dibaca oleh pemilik lontar. Walau tak begitu sering namun ia memiliki semangat untuk membaca kembali lontar yang sudah ada semenjak ia lahir itu. “Pemilik lontar biasa membaca lontar bersama temannya,” ujar pria tamatan IKIP PGRI Bali S1 Jurusan Bahasa Sastra dan Daerah Bali ini.
Lontar-lontar yang merupakan warisan para leluhurnya itu disimpan di tempat Gedong suci, sehingga tak sembarang orang yang bisa membacanya. Lontar itu diupacarai pada hari-hari tertentu. Termasuk dalam kegiatan konservasi dan indentifikasi lontar ini pun diawali dengan upacara yang dilanjutkan dengan persembahyangan. Tim Penyuluh kemudian membersihkan setiap lembar lontar agar debu yang menempel pada lontar hilang, dengan menggunakan kuas. Selanjutnya membersihkan dengan minyak sereh yang sudah dicampur dengan alkohol 95% kemudian dilap dengan tisu.
Upaya yang dilakukan Tim Konservasi dan Identifikasi Lontar ini, diapresiasi oleh Winarta. Ia mengucapkan banyak terima kasih kepada tim penyuluh Bahasa Bali, serta Dinas Kebudayaan Provinsi Bali yang memiliki program konservasi dan identifikasi lontar milik warga. Apalagi, konservasi dan identifikasi lontar miliknya dilakukan bertepatan dengan Bulan Bahasa Bali, maka ia merasa sangat bersyukur. Adanya program pemerintah ini, ia merasa sudah ada yang memperhatikan dan merawat lontar miliknya. “Tim dari Dinas Kebudayaan Provinsi Bali bisa hadir dalam kegiatan ini, saya ucapkan banyak terima kasih. Tim Penyuluh Bahasa Bali sudah memperhatikan lontar kami, sehingga nantinya bisa dirawat dan diselamatkan, sehingga bisa diberikan kepada generasi berikutnya,” ucapnya penuh syukur. [B/*]
Balihbalihan merupakan website yang membahas seputar informasi pariwisata dan seni budaya di Bali